"Lepaskan, ingat perjanjian kita," kata Anna mengingatkan."Bahkan memeluk pun saat ini aku berhak sepenuhnya, jadi jangan mencoba protes, Anna. Aku sakit hati dengan penolakan kamu seperti ini!" Dae Song menatap tajam pada Anna. Dia ingin dihargai oleh Anna sebagaimana Anna memperlakukan Dae Jung. "Aku tidak ingin berdebat, aku sudah kehabisan tenaga, kasihanilah aku dengan anak yang aku kandung saat ini," pinta Anna. Dae Song melemah, dia melirik ke perut Anna yang sudah diisi oleh buah hatinya. Mengacaukan pikiran Anna, sama saja membuat ketidaknyamanan pada janinnya. "Aku tahu pernikahan ini paksaan, tapi bisakah kau memperlakukan ku sebagai suami mu sehari saja, sebelum Dae Jung sadar," pinta Dae Song memohon. Dia ingin merasakan kebahagiaan menjadi suami dengan ditemani istrinya yang mengandung anaknya pula. Sementara itu Anna terenyuh, dia tahu Dae Song dari dulu mencintainya, tetapi bukan seperti ini caranya jika pria itu ingin memilikinya, pikir Anna."Kamu tidak memikir
Anna tak bergeming, tatapan Dae Song memang sudah dipenuhi nafsu lagi. Dia bahkan mulai meraba punggung Anna. "Apa kau ikhlas kali ini?" tanya Dae Song.Anna menundukkan wajahnya, batinnya bergejolak ingin kari dari dekapan Dae Song. Sementara tangan pria itu sudah nakal menjelajahi tubuh Anna. "Aku mohon Anna .." Pinta Dae Song berbisik mesra ditelinga Anna. Hembusan nafasnya melemahkan tubuh Anna.Mata indah Ibu dua anak itu menatap nanar Dae Song, Anna memejamkan matanya, pertanda bersiap menerima segala perlakuan Dae Song. Tubuh Anna dibaringkan di sofa, Dae Song tahu, lima tahun belakangan ini Anna juga berusaha menahan hasratnya. Dia ingin membusi Anna dengan sentuhan-sentuhan lembut dengan lidahnya. Anna sudah mengeluarkan suara desahan, Dae Song lebih bersemangat. "Oppa ..shhh," ucap Anna mencengkram bantal sofa. Dae Song memanfaatkan kesempatan itu, dia adalah suami Anna, sudah sepantasnya melakukan hubungan badan dengan istrinya. Di kamar calon bayinya, mereka berdua ber
Anna terbangun dari tidurnya, dia melihat Daerah Song memeluknya dengan erat, perlahan ia melepaskan diri dari Dae Song, Anna terkejut karena ia larut begitu saja dengan cara Dae Song merayunya. Air mata Anna bercucuran begitu saja, dia merasa sudah menjadi wanita murahan. "Aku harus pergi dari Dae Dong, aku bisa gula jika seperti ini terus, anak ini tidak aku inginkan, tetapi aku tidak bisa juga melakukan hal buruk padanya," gumam Anna yang duduk dilema di sofa. Suara tangis Anna di dengar lagi oleh Dae Song. Pria itu membangunkan dirinya, dia memandangi Anna dengan tatapan sendu, Anna yang ditatap mengalihkan pandangannya dari Dae Song. "Apa aju terlalu buruk untuk mu? Apa kami terlalu buruk untuk kau perlakukan selayaknya menjadi suami dan anakmu?" tanya Dae Song. Anna berdiri dari tempat duduknya, "Coba pikir, di posisi Dae Jung setelah dia sadar, apakah dia bisa menerima kita yang seperti ini?" "Tentu tidak, dia akan memukuli ku, tapi inilah kenyataannya, kisah Yama dan
Anna masih tetap duduk disamping Dae Jung, tak mengalihkan pandangannya dari pria yang sangat ia cintai itu, rasa cinta yang telah di penuhi rasa bersalah pula, sementara Dae Song di luar mengetahui Anna sedang berada di ruang rawat Dae Jung. Dae Song cemburu, tetapi tidak ada keinginan mencegah Anna menjenguk Dae Jung, baginya, kapanpun Anna dapat bersama mantan suaminya itu. Namun tiba-tiba ada Bu Nas yang mengejutkannya dari belakang, meskipun sedih dengan kondisi Dae Jung, tetapi Bu Nas tetap ingin adil memberikan kasih sayangnya untuk Dae Song dan Dae Jung. "Ada yang ingin saya sampaikan pada Tuan," Ucap Bu Nas. Dae Song mengira Bu Nas mengatakan akan memindahkan barang-barangnya dari rumah Korian, Dae Song mengira diusirnya dari rumah dipercepat oleh Kakeknya. "Apa yang ingin Bu Nas katakan? Hmm?" tanya Dae Song lebih dulu, ia tahu Bu Nas selalu segan kepadanya. Dae Song ingin Bu Nas lebih akrab seperti Bu Nas akrab dengan Dae Jung. "Kita bicara ditempat yang aman saja," Ja
Ji Yeong bersama pengawal lainnya mengunjungi rumah sakit tempat pendonor untuk Dae Jung berada. Dia bertemu dokter yang menangani pasien pria itu, Ji Yeong di jelaskan tentang kondisi calon pendonor yang semakin parah. "Pihak keluarga juga sangat ingin membantu, silahkan saja jika ingin," ucap dokter itu. "Semoga saja ini cocok, karena sebelumnya paru-paru calon pendonor itu sangat rusak," Kata Ji Yeong. Ji Yeong dan tim Korain berkali-kali mendapatkan paru-paru dari yang di jual pihak keluarga jenazah, tetapi tak ada yang memenuhi syarat, terapi kali ini kondisi paru-paru calon pendonor sangatlah sehat dan bagus, sangat cocok untuk Kim Dae Jung. "Bisakah aku melihat kondisinya? Dan aku ingin bertemu langsung dengan pihak keluarganya," Pinta Ji Yeong. Dokter mengiyakan itu, dia menemani Ji Yeong ke ruangan ICU tempat pendonor itu dirawatdirawat. Ketika melihatnya, Ji Yeong terenyuh, dokter menjelaskan bahwa usianya sudah tidak lama lagi karena geger otak yang juga menyerangnya a
Ji Yeong sudah menerima laporan dari pihak rumah sakit, bergegas dia meminta Kakek Hang dan Anna berkumpul untuk mendiskusikan itu secara langsung, seluruh keluarga Korain di kumpul di rumah tamu utama kecuali Kim Dae Song, bukan tidak menghargai Dae Song, hanya saja Ji Yeong tahu, Dae Song hanya memancing perdebatan yang tidak penting untuk mereka bahas. "Pendonor telah meninggal dunia, pihak ruang sakit bersiap mengangkat paru-parunya untuk melanjutkan transplantasi kepada Tuan Kim Dae Jung," Ucap Ji Yeong. Suaranya terdengar bergetar karena lima tahun menunggu momen itu. Anna hanya dapat memegang dadanya sambil mengucapkan syukur, Kakek Hang sangat terharu mendengar segala kemudahan yang diberikan oleh Tuhan. "Lakukan, aku ingin cucuku segera sembuh, berkumpul dengan kita lagi, aku ingin Dae Jung ku sembuh," Kata Kakek Hang. Setelah Ji Yeong mengabarkan tentang persetujuan kepada pihak rumah sakit, operasi akan dilakukan esok hari Menunggu sejam, pihak rumah sakit telah mendata
"Lalu Oppa Dae Song kemana?" Tanyanya. "Aku tidak tahu, mungkin saja sudah pulang," Jawab Yuna. Anna merasa berdosa mengabaikan perhatian Dae Song, suaminya itu memilih untuk pergi agar Anna lebih leluasa lagi lagi merawat Dae Jung."Aku pamit sebentar, mau toilet," Ucap Anna, dia bergegas menyusul Dae Song. Tanpa mendengar sahutan Yuna dan Koe Yeong, Anna terburu-buru keluar dari ruang rawat itu. "Dia mau ke toilet mana? Bukankah dikamar ini ada toilet?" Gerutu Yuna kepada suaminya. Ji Yeong tak menyahut, dia tahu maksud dari Anna yang pamit dari mereka berdua. Sementara Anna berlari menyusuri lorong rumah sakit, mmpercepat langkahnya menuruni eskalator rumah sakit. Dari jauh matanya tertuju dengan sosok Dae Song yang berjalan ke luar rumah sakit, Anna kian mempercepat langkahnya sembari berteriak memanggil nama Dae Song. Ketika hendak masuk ke mobil, Dae Song merasakan ada yang mengikutinya dari belakang, ketika ia berbalik, Anna yang pertama kali ia lihat berlari ke arahnya.
Ji Yeong dan Yuna masih menunggu jawab Anna, sadari tadi Anna hanya menangis sembari menutup wajahnya, mulutnya terucapkan permohonan maaf kepada Dae Jung. "Maafkan aku.." Lirihnya. Yuna mengusap-usap belakang Anna, berharap Anna segera menceritakan kesedihannya itu."Tidak perlu Nona katakan jika hal itu sulit dikatakan," Ujar Ji Yeong. Namun Anna malah menggelengkan kepala, dia ingin mengatakan itu kepada Ji Yeong dan Yuna. Tetapi sebelum menceritakan, Yuna memberikan Anna air putih untuk agar sahabatnya itu tenang. "Perempuan bercadar itu namanya Zura, dia tinggal di mesjid Sentral, sebelum kami bertemu, dia seringkali melihatku dari kejauhan, tidak lama itu, Zura dagang ke rumah, mengatakan ada pendonor yang siap untuk Kim Dae Jung, dia juga mengatakan..." Anna terlalu takut mengungkapkan kejanggalan yang ia rasakan. "Mengatakan apa, Anna?" Tanya Yuna yang juga sangat penasaran. "Apakah kalian seringkali diintai oleh sesosok yang tidak terlihat? Apakah kalian juga merasakann