Share

Jealous

Penulis: Scarleta
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-04 20:26:43

"LILAC!" teriak Luna yang melihat Lilac baru saja keluar dari supermarket. Luna yang sedang berkumpul bersama teman-teman dari luar sekolah tanpa sengaja melihat Lilac yang sudah berada di dalam supermarket.

Memang supermarketnya sangat strategis untuk anak muda berkumpul. Lilac berjalan menuju Luna dan tersenyum tipis.

"Habis beli apa, Lil?" tanya Luna yang melirik papperbag Lilac. Lilac langsung mengangkat papperbagnya dan membukanya.

"Beli titipan Bunda dan beberapa cemilan," jawab Lilac. Luna melihat beberapa bahan kue serta minuman yang sering Lilac minum ketika baru memasuki kelas.

"Lu naik apa?" tanya Luna yang tidak melihat kehadiran Voscar ataupun keluarga Lilac. Lilac langsung menunjukkan aplikasi go-jeknya pada ponselnya.

"Dianter temen gua aja gimana?" tawar Luna yang langsung mendapat gelengan oleh Lilac.

"Engga usah ... Sebentar lagi juga ojeknya sampai," tolak Lilac dengan halus. Lilac tahu bahwa teman Luna sedari tadi menatapnya tanpa berkedip dan itu membuat Lilac tidak nyaman.

"Gua anter mau?" tanya teman Luna yang sejak tadi menatap Lilac tanpa berkedip.

"Eng-engga usah," tolak Lilac.

"Gua duluan ya, Lun," pamit Lilac yang sedikit menundukkan wajahnya pada Luna dan teman-temannya. Luna langsung menganggukan kepalanya sedikit ragu.

"Ayo, gua anter," ajak teman Luna sambil berdiri dari duduknya.

"Budi, engga usah dipaksa," ucap Luna yang menatap bingung temannya begitupun yang lain. Teman Luna yang dipanggil Budi menghiraukan ucapan Luna.

"Ayo," ajak Budi yang langsung memegang lengan Lilac. Lilac yang terkejut langsung melepaskan tangan Budi. Lilac mengerjapkan matanya dan menatap Budi dengan tidak suka.

"Tidak sopan!" ucap Lilac dengan datar. Budi kembali akan memegang lengan Lilac tetapi sebelumnya ada lengan lain yang menahan lengan Budi.

"Don't. Touch. Him."

Lilac mengerjapkan matanya sedangkan Luna hanya tersenyum memelas dan Budi langsung menatap sang pemilik lengan yang menahan lengannya.

"Lu siapa?" tanya Budi dengan sedikit ketakutan. Si pemilik lengan langsung tersenyum miring.

"Voscar," jawab Voscar sambil melepaskan lengan Budi dan menarik Lilac agar berdiri di belakangnya. Voscar menatap Lilac sebentar lalu tersenyum miring dan menatap Budi dengan sedikit tajam.

"Siapanya dia?" tunjuk Budi pada Lilac.

"Teman ... Hidup," datar Voscar sambil menggenggam jemari Lilac. Lilac tersenyum lebar sambil menatap punggung Voscar.

Lilac menyukai saat Voscar menunjukkan kepemilikannya. Tatapan Lilac beralih pada genggaman tangan mereka.

"Pulang!" ajak Voscar dengan datar. Voscar menarik Lilac dengan sedikit kasar membuat Lilac hampir terjatuh.

"Pelan," ucap Lilac sambil mencoba mensejajarkan langkahnya dengan Voscar. Voscar tiba-tiba saja menghentikan langkahnya dan menatap Lilac dengan datar.

Voscar menarik jemari Lilac dan menatapnya dengan teliti, sedikit memerah memang. Voscar menatap mata Lilac dengan intens lalu secara tiba-tiba Voscar mencium jemari Lilac di dekat yang memerah membuat Lilac mengerjapkan matanya pelan.

"Ma'af," ucap Voscar dengan pelan lalu membuka pintu mobil dan mendorong pelan Lilac yang sejak tadi belum tersadar.

"Udah kali terpesonanya," ejek Voscar yang baru saja memasuki mobilnya.

Voscar mengendarai mobilnya dengan pelan sambil sesekali menatap Lilac yang sedang melihat keluar jendela.

"Lu marah?" tanya Voscar, Lilac menggelengkan kepalanya pelan lalu menundukkan wajahnya serta jemari yang saling meremas.

Voscar menatap Lilac bingung. "Lu pengen buang air kecil?" tanya Voscar. Seketika Lilac menggelengkan kepalanya panik dan menatap Voscar dengan mata yang melotot.

"Lu kenapa? Engga kesurupan, kan?" tanya Voscar dengan panik.

"Gua ...," gantung Lilac. Tanpa diduga, Lilac memeluk Voscar serta menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Voscar.

"Gua malu, Voscar," ungkap Lilac.

"Jangan gini, gua susah bawa mobilnya," ucap Voscar yang menggerakkan badannya agar Lilac menyingkir dari tubuhnya.

"Lagian, lu malu kenapa?" tanya Voscar.

"Gua engga tahu kenapa setiap lu berbuat romantis gitu gua suka malu," jujur Lilac yang sudah menjauh dari Voscar.

"Gua berbuat romantis engga sekali atau dua kali tapi lu masih ... Astaga," ucap Voscar yang heran dengan Lilac.

"Apa semua perempuan kaya lu?" tanya Voscar.

"Entah," jawab Lilac.

Voscar menghentikan mobilnya di depan rumah Lilac. Sebelumnya, Voscar sudah mengunci mobilnya agar Lilac tidak keluar terlebih dahulu. Voscar segera mengambil papperbag dari kursi belakang dan menyerahkannya pada Lilac.

"Malam Minggu nanti pakai!" perintah Voscar yang Lilac tahu bahwa tidak bisa dibantah sedikit pun setelahnya Voscar langsung membuka kunci pada mobilnya.

"Jangan manja," ucap Voscar yang tidak kunjung membuka pintu untuk Lilac. Lilac langsung mendelik sebal pada Voscar lalu keluar dari mobil Voscar.

"Awas aja besok gua tendang dari motornya," gerutu Lilac yang sudah memasuki rumahnya.

"Lama banget, Lil, dari supermarket," ucap bunda Lilac yang sedang memakan kue bersama papah Lilac.

"Tadi Voscar ke sini nyariin kamu," beritahu papah Voscar yang menerima suapan kue dari bunda Lilac. Lilac menghela nafas melihat keromantisan orangtua-nya.

"Aku sudah terbiasa dengan ke-bucinan ini," gumam Lilac yang mengambil tempat di tengah orangtua-nya.

"Ganggu!" kesal papah Lilac membuat Lilac dan Rahayu tertawa. Papah Lilac memang sangat manja dengan sang istri membuat Lilac sangat menginginkan pacar atau suami seperti papahnya.

"Biarin," ledek Lilac. Papah Lilac tersenyum lalu mengacak rambut Lilac dengan gemas membuat Lilac menatap papahnya dengan sebal.

"Papah, nyebelin banget," kesal Lilac yang langsung berdiri dan berjalan menuju kamarnya mengabaikan tatapan kedua orangtua-nya.

"Kamu sih," tuduh bunda Lilac. Papah Lilac hanya menghela nafas pelan dan tersenyum menatap sang istri, tiba-tiba saja papah Lilac langsung memeluk sang istri membuat Rahayu terkejut.

Lilac yang sedang duduk di atas kasur menatap sebal ke arah pintu kamarnya tetapi tidak lama langsung tersenyum tipis dan membuka papperbag pemberian Voscar.

Sebuah kotak berwarna putih yang berpita biru. Lilac membuka kotak tersebut dan tersenyum cerah. Dress berwarna cream, Lilac berjalan menuju kaca dan mencobanya.

"Bagus dan cantik," puji Lilac pada pakaiannya.

"Pemilihan Voscar tidak bisa diragukan," ucap Lilac sambil menggelengkan kepalanya. Lilac berjalan menuju kasur dan mengambil ponselnya.

"Aku suka dress-nya."

Isi pesan yang Lilac kirim pada Voscar tidak mendapat balasan dari Voscar. Iseng Lilac membuka I*******m dan mengunggah foto dirinya serta Voscar yang sedang berjalan santai di taman perumahannya.

TING!

"Malam Minggu pakai."

"Iya," balas Lilac yang langsung menutup mulutnya untuk tidak berteriak. Lilac langsung mengambil boneka kambing serta sapi yang pernah dibelikan oleh Voscar saat Voscar mengajak dirinya untuk berjalan-jalan di Ragunan.

Lilac menatap langit-langit kamarnya dengan tersenyum tipis lalu memejamkan matanya meresapi ketenangan di malam ini.

"Ya Allah, aku bersyukur menjadi hambamu dan aku bersyukur atas nikmat yang engkau berikan," batin Lilac dengan tersenyum. Hati Lilac begitu tenang serta lega saat ini. Nikmat yang Tuhan berikan terlalu memukau menurut Lilac.

Dilahirkan di keluarga yang begitu menyayanginya, sahabat yang selalu ada bahkan kekasih yang sangat menyayanginya walau jarang memanjakannya tetapi Lilac akan tetap bersyukur.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • MY ANNOYING BOYFRIEND   BAB 13. KESAL

    Lilac menutup pintu mobil depan dengan sedikit kencang membuat orang yang sedang makan kentang goreng menggerutu kesal karena terkejut—tidak menyangka Lilac akan menutup pintu dengan kencang. Lilac hanya tertawa kecil tanpa rasa bersalah lalu mencomot kentang goreng dan memakannya begitu saja. Lagi dan lagi mendapat tatapan sinis serta tajam dari Voscar. Menutup pintu mobil kencang serta mengambil makanannya tanpa izin sedikit membuatnya kesal, sebenarnya itu tidak membuatnya marah, hanya kesal sedikit, sedikit sekali, hanya seujung kuku tapi kuku yang panjang."Maaf, maaf, nanti di jalan mampir dulu ke restoran biasa," ucap Lilac namun masih dengan tawa kecilnya. Seperti benar-benar tidak ada rasa bersalah."Enggak usah, udah malas," ketua Voscar sambil melajukan mobilnya, meninggalkan halte sekolah.Menyusuri jalan raya yang padat oleh kendaraan-kendaraan bermotor ataupun bermobil. Terhenti sejenak di depan lampu merah, melihat kanan-kiri, mencari tukang dagang asongan yang biasa be

  • MY ANNOYING BOYFRIEND   BAB 12. PERTENGKARAN

    Tangan yang terkepal erat serta wajah yang tersenyum tipis namun mata yang memancar kemarahan menjadi tanda Lilac sangat kesal bahkan amat sangat marah. Ternyata Laura adalah pengkhianat. Ia selalu berpikir jika Laura akan sangat cocok untuk menjadi penerusnya, kapten basket putri. Membantu Alina selama dirinya pergi nanti. Hancur sudah rencana yang ia persiapkan kemarin-kemarin.Lilac menggigit jari kuku jempol sambil menahan amarahnya. Rasanya ingin sekali ia pergi dari dalam kelas menuju Laura yang pastinya masih berada di tangga. Berani sekali adik kelasnya ini mencoba mengambil miliknya. Ia tidak akan membiarkannya begitu saja.Menit berlalu menjadi jam dan sekarang adalah waktunya istirahat ke dua, istirahat di siang hari. Sejujurnya, istirahat ini hanya bisa dipakai untuk ibadah shalat saja bagi umat muslim dan yang tidak berhalangan. Lilac yang merupakan seorang muslim baru saja melipat mukena pink parasut miliknya. Mukena yang selalu ia simpan di masjid se

  • MY ANNOYING BOYFRIEND   BAB 11. PENGAKUAN DAN HUKUMAN

    Lilac dan teman-teman sekelasnya tertawa melihat Voscar yang sedang di hukum oleh Pak Budi dari dalam kantin.Voscar disuruh berlari keliling lapangan outdoor yang bisa dilihat oleh semua murid dan guru, sambil memakai kertas karton yang bertuliskan "SAYA ANAK NAKAL!". Ia ingin sekali protes dan menggerutu. Tetapi, Pak Budi pun menyuruhnya sambil menyanyikan lagu Indonesia Raya serta 17 Agustus secara berulang.Bulir-bulir keringat serta napas yang menderu bahkan tatapan mata Voscar sudah layu, pertanda ia sudah merasa sangat lelah. Ia sudah berlari sebanyak 10 kali di lapangan yang super luas ini. Begitu putaran ke 11 ia menjatuhkan tubuhnya di hadapan Pak Budi yang sejak tadi terus melihatnya dengan wajah datar. Pak Budi menghela napas pelan, merasa kasihan dengan anak murid bebal ini."Kamu istirahat dulu, sehabis itu temui Bapak di ruangan," ujar Pak Budi yang langsung meninggalkan Voscar begitu saja.Sedikit tersenyum tipis, setidaknya pender

  • MY ANNOYING BOYFRIEND   BAB 10. BELAJAR DI LUAR

    Pak Budi meminta kami—seisi kelas mengikutinya menuju lapangan outdoor. Tepat setelah menyuruh kami berganti pakaian dengan seragam yang kering. Beruntung cuaca pagi ini sedikit mendung, mungkin akan turun hujan. Pak Budi meminta kami untuk duduk lesehan di atas rumput dengan membawa alat tulis. Pak Budi pun tidak lupa menyuruh anak lelaki mengambil satu papan tulis dorong yang berada di gudang. Kami tidak ada yang berani bertanya, protes ataupun membantah, yang kami lakukan hanyalah patuh—berjalan mengikuti langkah Pak Budi."Kapan lagi kita study alam begini," celetuk Voscar begitu saja seolah tidak mengerti suasana mencekam saat ini.Dia baru datang setelah mengambil papan tulis dorong bersama teman-teman lelakinya. Ia langsung duduk tepat di depan Lilac, memasuki barisan perempuan membuat beberapa teman perempuannya tidak terima ia berada di depan karena tinggi badan yang menghalangi mereka.LIlac pun ikut memprotes keberadaan dirinya dengan mencolok-c

  • MY ANNOYING BOYFRIEND   BAB 9. KENAKALAN KELAS

    "KAK LILAC!" teriak Laura, adik kelas yang sangat menyebalkannya memasuki kelasnya sambil berteriak memanggilnya namanya.Ia dan teman-teman sekelas langsung menoleh pada Laura yang sedang berjalan ke arahnya sambil memasang wajah yang sedikit menyeramkan. Ia bingung dengan kedatangan Laura yang sangat tiba-tiba, begitu pun dengan teman-temannya yang menatap aneh pada Laura. Seingat mereka, Laura adalah sosok yang yang baik hati, polos dan lugu. Namun, lihatlah sekarang, Luara seperti sosok orang lain.Laura yang sudah berada di hadapan Lilac langsung menaruh tumpukan kertas yang sedari tadi digenggamnya. Lilac melihat serta membacanya dengan seksama, sebuah kertas yang merupakan petisi sekolah dan itu pun resmi karena ada cap sekolahnya. Lalu, ia pun membacanya sampai habis mengenai isi surat petisi tersebut. Padahal melalui website sekolah akan lebih mudah dan tidak membuang-buang kertas untuk hal sepele seperti ini.Surat petisi yang menurutnya sangat-sangat sepele dan tidak bermut

  • MY ANNOYING BOYFRIEND   BAB 8. RENCANA PERGI

    "Lilac," panggil Papah Lilac yang sedang membaca koran.Lilac yang baru saja turun dari tangga rumahnya sambil membawa sepatu sekolahnya langsung menatap Papahnya dengan senyum tipisnya. Ia pun melihat bundanya sedang mencuci buah."Sebentar lagi pernikahan Azaella di luar negri. Kita akan berangkat hari Minggu nanti dan sekalian menetap di sana sebentar karena perusahaan keluarga sedang ada masalah sedikit dan membutuhkan Papah," jelas Papah Lilac sambil menurunkan korannya dan menatap penuh pada Lilac.Lilac mengangguk-anggukkan kepalanya tanpa menjawab apapun karena semua percuma saja, Papahnya tidak pernah menyetujui apapun yang ia katakan. Jadi, ia hanya menganggukkan saja kepalanya.Ia pun menaruh sepatu sekolahnya di bawah meja dan menginjaknya santai. Lalu, dia memulai sarapannya dengan roti selai cokelat yang dibuat oleh bunda. Dia hanya fokus pada sarapannya tanpa memedulikan tatapan Papahnya yang masih menatap dirinya. Sang Papah yang merasa dirinya tidak dipedulikan oleh s

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status