Share

TEMANI SAYA MINUM

Kini Milly sudah terbiasa dengan pekerjaannya.

Seperti biasa dia sajikan kopi pada para staf.

Tak sengaja Milly mendengar desas-desus para pegawai tentang Richie dan Daniar, mereka membicarakan kabar keretakan hubungan keduanya dan Milly jadi penasaran.

"Iya yah, padahal ... apa kurangnya coba Pak Richie?" kata salah satu staf.

"Nah iyaa, ternyata pria sempurna juga tak luput dari pengkhianatan yaaa ...." tanggapi pegawai yang lain. Milly semakin penasaran. Kini apapun tentang Richie merupakan hal penting untuk Milly.

'Oh, jadi bener kalau Artis cantik itu pernah menjalin hubungan serius sama Pak Richie? Huh, apa kurangnya Pak Richie ya ... bodoh banget artis itu!' gerutu Milly dalam hatinya.

Milly kembali ke dapur, duduk bersantai sejenak bersama Arini dan Budi.

"Kasian ya pak Richie ... padahal kurang apa dia coba?" kata Arini yang sepertinya juga sedang membahas gosip tentang Richie seperti yang lain.

"Mungkin sutradara itu lebih menarik dimata Daniar, kita kan gak tahu bagaimana perasaannya," sahut Budi.

"Menarik apanya? Sutaradar itu kan sudah tua, duda lagi, jauh lah sama Pak Richie!" cibir Arini.

"Mungkin Daniar suka pria yang lebih dewasa."

Milly jadi penasaran dengan berita itu. Tiba-tiba Milly jadi ingin menghibur Richie. Tapi bagaimana caranya? Dia sendiri pun tak tahu.

"Jadi Pak Richie benar-benar putus sama Daniar?" tanya Milly mulai ikut membahas.

"Iya, sudah ramai diberitakan di infotainment, kasihan yaa boss kita," jawab Arini, Milly juga merasa kasihan pada Richie, Milly pikir Richie itu orang yang sangat baik, dia tidak pantas untuk menerima semua sakit hatinya ini.

***

Milly bawakan kopi ke ruangan Richie,

saat Milly masuk Richie kelihatan sedang melamun dan Milly makin kasihan dengannya.

Milly letakkan cangkir kopi itu dimeja kerja Richie.

"Apa Pak Richie ... baik-baik saja?" tanya Milly pelan.

Richie hanya melirik, dan Milly bisa lihat betapa sakitnya hati Richie saat ini, itu tergambar jelas dari sorot matanya. Dia tak menyahut sama sekali.

"Sabar ya ...." kata Milly lagi pelan lalu dia memutar langkahnya, dia hendak pergi tapi ....

"Tunggu!"  Seruan Richie menahannya, Milly menahan langkahnya lalu kembali memutar badannya.

"Iya, ada lagi yang mau saya ambilkan? Ada lagi yang bisa saya bantu?" tanya Milly sigap.

"Kamu mau bantu saya?" tanya Richie.

"Heum ... tentu saja!" jawabnya, awalnya ragu tapi saat ia ingat semua kebaikan Richie, Milly pun siap untuk membantu Richie.

"Kalau begitu ... temani saya malam ini!"

Milly agak terkejut dengan permintaan Richie, dia tidak tahu pasti apa maksudnya, permintaan Richie begitu ambigu! Tapi setelah lagi dan lagi mengingat apa yang Richie lakukan padanya sejauh ini, Milly merasa tidak mungkin menolak apa pun permintaannya, sekali pun memenuhi permintaannya untuk menemaninya malam ini, apa yang kira-kira Richie inginkan dari Milly malam ini?

***

Dan pada akhirnya, Milly penuhi permintaan Richie siang tadi saat di Kantor.

Malam ini dia datang kerumah Richie dan Richie mempersilahkannya masuk, mereka duduk di ruang yang sama seperti saat mereka bersama menikmati pizza malam itu.

Kali ini berbeda, di meja sudah ada beberapa botol liquor dan jenis bir lainnya. Milly agak takut dan ragu tapi dia sudah berjanji dalam hatinya, dia tidak akan mengecewakan Richie karena bagaimana pun juga Richie sudah sangat berjasa untuknya.

"Saya butuh teman untuk menghabiskan ini semua malam ini," kata Richie dan dia mulai membuka botol-botol itu lalu menuangkannya ke gelas.

Milly ketakutan, dia gak tahu harus berbuat apa. Milly belum pernah menikmati setetes pun bir dalam seumur hidupnya. Dan tentu saja ia tak ingin mengotori mulutnya dengan minuman beralkohol itu.

"Heum ... saya gak pernah minum yang seperti ini sebelumnya, Pak!" kata Milly pelan, dia mencoba jujur pada Richie.

"Kamu gak perlu minum, cukup temani saya saja!" sahutnya, Milly pun merasa lega.

Richie sudah menghabiskan hampir satu botol, dia mulai kelihatan mabuk. Milly hanya diam, gak tahu harus berbuat apa.

"Kamu tahu gosip tentang saya?" tanya Richie memulai percakapan.

"I-iya, saya sempat mendengarnya."

"Kamu pikir saya patah hati sekarang?" tanya Richie lagi lalu menatap Milly dengan tajam seakan-akan siap untuk menusuk, membuat Milly lumayan takut.

"Dia memang istimewa! Tapi dia berikan hal menyakitkan ini buat saya! aarrrrghhh ... shit " kata Richie lalu ia berteriak dan meracau, Milly semakin takut saja dengan sikap labil Richie saat ini.

'Apa yang bisa ku lakukan?' batin Milly, dan dia juga merasakan kegetiran yang tengah Richie rasakan. Milly mengerti kenapa Richie begitu terpukul saat ini. Itu pasti karena Richie sangat mencintai Daniar.

Richie membuka botol berikutnya lalu dia teguk langsung tanpa menuangkannya ke dalam gelas.

Milly mencoba mengerti kalau saat ini Richie teramat sangat terluka, dia mencoba memaklumi itu semua.

"Dia bilang kita akan menikah secepatnya! heh .. bullshit! Pembohong!" Richie terus meracau, sepertinya bir-bir itu sudah berhasil menguasainya.

Richie hendak mengambil lagi botol selanjutnya tapi Milly menahan dan menjauhkannya dari jangkauan Richie, Milly mulai khawatir dengan Richie.

"Cukup pak!" kata Milly lalu menyembunyikan sisa botol-botol itu di belakang punggungnya.

Richie terlihat marah, dia tatap Milly dengan sangat lekat.

"Cukup!" tegas Milly dengan segenap keberaniannya.

Milly mendekati Richie walau takut, dia duduk di sofa yang sama kali ini, Milly hanya ingin mencoba menguatkan Richie.

"Kamu akan dapat yang lebih baik lagi Pak! Pasti!" kata Milly, saat ini jarak keduanya sangat dekat, Richie masih menatapnya lekat.

"Ini bukan akhir dari kehidupan kamu, masih banyak yang harus kamu raih!" kata Milly sangat bijak, Richie tak bereaksi apa-apa dia masih menatap gadis lugu di hadapannya itu.

"Sekarang sebaiknya Pak Richie istirahat ya, besok harus tetap semangat pergi ke kantor."

Tiba-tiba Richie jatuh dalam pelukan Milly begitu saja, Milly sangat takut tapi dia tak bisa berbuat apa-apa.

"Jangan pergi !!" kata Richie pelan masih memeluk Milly yang deg-deg-an setengah mati. Tapi Milly yakin kalau hal itu terjadi karena Richie sedang berhalusinasi karena terlalu mabuk berat.

"Tetap disini sampai saya bisa melupakan semuanya!" lanjutnya, pelukannya semakin erat. Dan Milly masih terdiam.

Dan setelah beberapa saat, Richie semakin lemah dan hampir terlelap.

Milly membantunya bangkit dan mencoba memapah Richie yang sangat lemas menuju kamar terdekat.

Milly membaringkan tubuh jangkung itu di atas tempat tidur. Lalu dia membantu Richie melepas sepatunya, dia memastikan Richie sudah benar-benar tertidur.

Dia matikan lampu lalu dia pergi dari kamar itu.

Setelah memastikan bos-nya istirahat dengan nyaman, Milly bereskan botol-botol minuman itu, lalu setelahnya dia juga mencoba beristirahat di sofa, dia tak mungkin pulang ke rumah kontrakannya malam ini, ini sudah sangat larut.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status