Keesokan paginya, Mayleen bangun pagi-pagi sekali, mematut-matut dirinya di depan cermin. Setelahnya Mayleen menuruni tangga dengan cepat. Merasa sudah bisa berlari, maka Mayleen pun ingin melakukan joging pagi.
Mayleen memakai headsetnya, lalu mulai keluar rumah, William melihat ini dari balik jendela kamarnya. Dengan segera saja William mengambil kunci mobilnya, dan melajukannya mobilnya dengan pelan, mengikuti Mayleen yang sedang joging.
Mayleen berlari sambil sesekali menari, dan bernyanyi mengikuti lagu yang sedang dia dengarkan. Ini pertama kalinya William melihat kebahagian tawa senang dari wajah Mayleen. Mayleen terlihat berhenti di kios bunga, memilih lalu membelinya. Mayleen menciumi harum bunga mawar segar itu. Ada satu bunga mawar yang jatuh, lalu Mayleen mengambilnya dan memakainya di telinga.
Mayleen merasa lapar, lalu duduk di salah satu kursi yang ada di luar kedai, "paman aku mau bubur abalonnya yah satu porsi, dan teh krisan."
William benaran memanggil dokter terbaik untuk membuat kulit Reina kembali mulus seperti semula. Sementara itu malah menghukum Mayleen dengan banyak menambah beban kerja yang harus Mayleen kerjakan.Malam ini, Mayleen lembur sampai dengan tengah malam, Mayleen merebahkan sebentar tubuh lelahnya itu di atas sofa besar yang ada di ruang kerjanya. Sedikit memijit-mijit kedua alisnya, melihat jam tangan sudah menunjukan tengah malam, Mayleen pun berdiri lalu mengambil sepatu yang tadi dia lepas dan mulai memakainya, lalu mengambil jaket dan tasnya.Malam ini sedang ada pembenahan dan perbaikan listrik pada gedung Gu Corporation, karena terlalu sibuk, Mayleen melewatkan email yang memberi tahu bahwa tepat pada jam dua belas malam maka seluruh listrik di Gu Corporation akan dipadamkan. Tepat ketika Mayleen menempelkan kartu aksesnya untuk membuka pintu kaca besar yang ada di bagian departemennya, tiba-tiba semua listrik padam."I-ini ... kenapa menjadi gelap!" g
William melangkah ke arah ranjang rawat Mayleen, berdiri di samping ranjang tersebut, lalu bersedekap sambil memandangi Mayleen. Tanpa sadar William menjulurkan tangannya, merapihkan rambut panjang Mayleen dan memilin-milinnya.Gerakan tangan William terhenti ketika bayangan wajah Lisa menjuntai di pelupuk matanya, William melepaskan rambut Mayleen, lalu segera melangkah ke sofa dan mengambil tabletnya, memulai memeriksa beberapa laporan.Merasa lelah. William tertidur duduk di sofa. Merasa tidak nyaman, William pun dengan asal berjalan ke ranjang Mayleen, naik ke atas ranjang dan membaringkan tubuhnya di ranjang. Tangan kekar William menarik pinggul Mayleen untuk tidur lebih dekat ke tubuhnya. Mencium aroma tubuh Mayleen, membuat William jadi lebih cepat tertidur.Dini hari, Mayleen terbangun karena merasakan ada sesuatu yang berat, yang melingkar di pinggul rampingnya itu. Mayeen melihat ke arah pinggulnya dan mengenali itu adalah tangan William yang sed
Keesokan paginya, William terbangun dan malah mendengar Jika Mayleen sudah kembali masuk bekerja, "Apakah wanita itu robot!" pikir William.Mayleen sengaja pergi bekerja lebih awal, karena malam itu dia menjatuhkan giok dari Li Jancent, ketika Mayleen berulang tahun Li Jancent memberikan giok itu sebagai kado dan mengatakan jika dia harus menjaganya baik-baik, karena jika tidak maka itu sama saja mendoakannya cepat mati.Pada saat itu Li Jancent hanya membual bercanda, tapi melihaat keadaan saat ini maka Mayleen benar-benar takut jika Li Jancent akan mati. Karena itu meski masih merasakan sakit di sana sini, di tubuhnya maka Mayleen tetap memaksakan pergi ke Gu Corporation.Sekertarisnya Membawakan baju salin, setelah menggantinya Mayleen langsung melesat ke kantornya, lalu seperti or
24.William berjalan ke ruangannya, Mayleen segera mengikutinya. Dengan tidak sabaran maka Mayleen segera saja mencegat langkah Wiliam, "Katakan di mana?"William hanya menyeringai, "Apa kita sudah sepakat?"Mayleen menghela napas, lalu menjawab jika dia menyetujui permintaan William. Mendengar Mayleen setuju, maka hati William pun merasa senang."Aku akan memberikannya ketika tugasmu sudah selsai nanti," tukas William."K-kau …" gumam Mayleen dengan marah.William menarik tangan Mayleen, dan mengamatinya. Tangannya masih berbalut kain kasa."Apa masih sakit?" tanya William.Mayleen sed
William berdiri pintu, memasukan satu tangannya ke saku celananya. Satu tangan lagi mengendurkan dasinya. Mayleen menyadari kedatangan William, lalu menghentikan gerakan menyisir rambutnya.Mayleen meletakan sisirnya, mengambil parfum lalu memakainya lagi di beberapa titik yang biasa akan dicium oleh William. Melihat William sedang berdiri memandanginya, Mayleen pun berdiri dan menghampirinya."Tuan Muda ..." sapa lembut Mayleen dengan suara menggoda.Mayleen melepaskan dasi William, lalu membuka dua kancing atas kemeja William. Dengan tangannya yang lembut Mayleen mengusap lembut leher William lalu turun ke tulang selangka William."Tuan Gu ..." bisik Mayleen.Mayleen menciumi leher William, semerbak wangi khas tubuh Mayleen pun menyeruak ke indera penciuman William. Kedua tangan Willian merangkul pinggul ramping Mayleen. William memejamkan kedua matanya merasakan sensasi nikmat ciuman Mayleen di lehernya.William mengangkat satu tangannya
Gu Hansen tidak bisa menahan diri lagi, lalu berkata, "Apa kalian baru saja tidur bersama?"Mayleen menghentikan gerakan tangannya yang sedang membereskan berkas pekerjaannya, lalu menjawab, "Kami suami dan istri, tidur bersama atau tidak bukan urusanmu," jawab ketus Mayleen.Hati Gu Hansen terbakar panas mendengar penyanggahan dari mulut Mayleen, tapi tanda jejak merah di lehernya tidak bisa berbohong kenyataan jika tadi malam Mayleen dan Willam telah bercinta. Dengan impulsifnya Gu Hansen pun berjalan ke arah Mayleen lalu menariknya lalu mendorongnya ke dinding.Gu Hansen menundukan kepalanya dan mencium paksa bibir Mayleen. Dengan sekuat tenaga dia mendorong tubuh pria yang tengah dirasuki kemarahan, lalu sebuah tamparan keras mendarat di wajah Gu Hansen, "Kau sama brengkseknya dengan dia!" hardik marah Mayleen seraya langsung pergi meninggalkan ruangannya sendiri.Di koridor Mayleen bertemu dengan William, saat ini hatinya merasa sangat terluka. Tiba-tiba air matanya menetes terja
Terlihat raut kesal di wajah William, lalu Mayleen berkata, "Aku ada cara agar kau tidak selalu kesal, berikan aku surat cerai maka kau akan bebas." Mayleen berpikir jika William akan menyetujui permintaan cerainya itu, karena itu dia berkata seperti itu."Cerai ... cerai hanya itukah yang ada di pikiranmu?" tanya William. "Kau pikir dirimu siapa, hah!" hardik marah William seraya bangkit berdiri dari ranjang dan mendekati Mayleen. "Li mayleen, bukankah sudah aku katakan kepadamu, kau tidak akan pernah aku ceraikan di sepanjang hidupmu ini!" William sangat jengkel sampai-sampai dia meninju dinding di dekat telinga Mayleen, Tapi, sepertinya dia tidak peduli. Mayleen merasakan angin dari pukulan yang membuat telinganya terasa hangat, dia tertegun dan terkejut dengan kemarahan William yang tidak dapat dijelaskan itu. "Tuan Gu! kau tidak mencintaiku, dan aku juga tidak mencintaimu. jadi perceraian hanya tinggal menunggu waktu saja. melihat sikapmu yang seperti ini, orang yang tidak ta
William berdiri, lalu berjalan ke arah Mayleen. Menundukan Kepala lalu berkata, "Mulai malam ini dan seterusnya kau tidur sekamar dengan aku, maka aku akan izinkan kau menemui kakakmu. Jika patuh maka kapan kau mau bertemu dengan kakakmu akan aku beri izin." Mayleen menggigit ujung bibir bawahnya, William melihat ini dia pun menelan salivanya, menekan perasaan aneh dihatinya lalu berkata lagi, "Pikirkanlah penawaranku!" ujar William seraya pergi meninggalkan ruang makan. Reina meremas tangannya keras-keras, sampai-sampai kuku panjangnya menancap di telapak tangannya. Lalu dia pun ikut berdiri dan menyusul langkah William. Mayleen menahan sesak di dadanya, berpikir senjenak lalu memutuskan patuh pada pengaturan suaminya itu demi bisa bertemu dengan kakaknya.Anggap saja ini adalah jalan pintas untuk mendapatkan izin, karena jika tidak maka meski bertengkar sampai menangis maka William tetap tidak akan mengizinkan untuk menjenguk kakaknya itu. Mayleen pun meminta pelayan agar meminda