Share

3

Penulis: Elios
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-03 15:40:34

Apartemen Raka sangat sepi. Dingin dan tak berpenghuni. Bagaimana bisa di sana ada kegiatan manusia kalau Raka hanya berada di rumah sakit dalam tujuh belas jam dalam sehari hidupnya. Hanya pulang untuk tidur dan mandi serta berganti baju.

            Dengan langkah yang sangat terseok sekok karena lelah, Raka memaksakan diri untuk berjalan lebih jauh ke arah dapur untuk mengambil minuman di kulkas karena kerongkongannya terasa sangat kering setelah ingat dia belum minum ataupun makan dari sore tadi.

            Tangan Raka memegang gagang pintu dan membuka kulkas yang hanya berisi udara kosong, dingin dan tak ada makanan sama sekali. Saking seringnya hanya pulang untuk mandi, tidur dan berganti pakaian. Raka sampai lupa kapan terakhir kali ia berbelanja untuk mengisi kulkas super besarnya dengan makanan. Sayang, decak Raka dalam hati. Kulkas besar itu hanya berisi udara kosong tak terisi apapun.

            Di ujung rak kulkas, Raka melihat satu botol air mineral yang hanya tersisa beberapa tegukan saja. Dan Raka meraih botol itu dengan menimang apakah isinya dapat menghilangkan dahaganya. Dan nyatanya, Raka membukanya dan hanya sekali tenggak, dan sialnya. Raka belum terobati dahaganya.

            Melihat ke penjuru ruangan, Raka jadi ingat kapan kali terakhir ia membersihkan apartemen, kapan kali terakhir dia berbelanja dan memasak. Dan kapan kali terakhir ia menjalankan hidup seperti manusia normal yang punya waktu istirahat, waktu bekerja, dan waktu bersenang senang. Tidak seperti sekarang yang hanya di dominasi waktu bekerja dengan sedikit istirahat dan tak ada waktu bersenang senang.

            Rasa dahaga Raka yang belum juga habis, membuat laki laki itu nekat untuk mengisi botol kosong tadi dengan air kran sampai setengah botolnya terisi air tak matang itu. tapi Raka nyatanya memang berniat menghilangkan rasa dahaganya dengan cara itu.

            Dengan beberapa kali tenggakan, air itu habis. Dan Raka nampak tak menyesal sudah mengisi perutnya dengan air kotor itu. nampak bersyukur malah. Ia tak harus ke super market malam malam seperti ini hanya untuk membeli air minum di botol dengan jumlah yang banyak tentunya.

            “Jam sepuluh malam ....” desis Raka pada dirinya sendiri. Ia tak mau mengisikan apapun ke dalam perutnya. Ia tak butuh makan hari ini. Hanya butuh istirahat.

            Dan Raka melangkahkan kakinya yang masih terseok seok karena kelelahan itu ke kamarnya. Membaringkan diri dengan melepaskan kemejanya hingga tak memakai apapun di bagian atas tubuhnya. Menampakan tubuh Raka yang sangat keras karena susunan ototnya yang sangat terlatih.

            Raka memejamkan mata. Tapi otaknya sudah berpikir untuk mengisi banyak makanan ke kulkasnya besok. Setidaknya, mulai esok, ia takan bekerja extra karena Brian yang akan membagi pekerjaan dengannya. Sekarang ada bagian di hidup Raka yang bernama bekerja dan beristirahat. Tapi Raka akan bingung, bagian hidupnya akan terisi dengan bersenang senang?? Mungkin tidak, mungkin juga belum.

^^^

            Raka terbangun sangat pagi, pukul empat pagi hanya untuk bersiap untuk bekerja? Tentu tidak. Jangan salahkan Raka kalau dia gila berolahraga tepatnya berlari. Raka akan berlari sangat pagi dan berujung pada makan sarapan berupa bubur ayam sampai dua mangkok, bahkan tiga mangkok untuk mengisi perutnya. Jadi, itulah alasan Raka kuat bekerja sampai siang. Dan itu juga alasan Raka memiliki masa otot yang sangat keras. Ia berolahraga setiap hari, bahkan saat hari sedang hujan. Menempuh jarak sampai lima kilometer untuk membunuh waktu sampai pukul tujuh pagi ia harus bekerja. Dengan rutinitas yang sama seperti itu sampai hari harinya berakhir.

^^^

            “Dokter, pasien cempaka VIP tiga sudah bangun.” Lapor seorang asisten perawat yang selalu bersama Raka, namanya dokter Mega. Perempuan di usia penghujung tiga puluhan. Dengan rambut yang keriting menggantung dan tatapan mata keibuan. Dengan jiwa kerja yang sangat produktif, membuat Raka sangat senang bisa bekerja dengannya karena terasa efisien.

            “Saya sudah tau kalau pasien cempaka VIP tiga sudah sadar.” Jawab Raka dengan sangat tenang, membuat Mega sangat bingung. Dari mana Raka mengetahui kalau pasien yang baru saja melakukan pegecekan darinya itu sudah sadar? Sedangkan Raka baru saja sampai di rumah sakit?

            Tanpa banyak kata, sekali lagi, Mega adalah tipikal pekerja yang sangat profesional dan efisien. Jadi ia takan bertanya hal penting seperti, kenapa doktr sudah tau? Apa dokter ini cenayang? Atau apapaun itu.

            Mega hanya mengikuti langkah Raka. Raka tak melakukan pekerjaanya kemarin. Saat melihat pasiennya itu bangun. Tapi dari penglihatan sekilas Raka. Ia tau kalau pasiennya baik baik saja. Apa lagi mulut sadis perempuan itu yang mengatainya, Maling?!! Sudah pasti Raka menjamin. Kalau operasi yang di lakukannya berjalan dengan amat sangat lancar tanpa ada kendala sedikitpun.

            Ruangan Cempaka VIP tiga itu di datangi Raka dan dua perawat. Membuat mata Mika membulat. Ia harus bersitatap dengan orang yang sama. Dan sialnya, kemarin ia salah kira. Menyangka kalau dokter itu adalah seorang maling.

            Mika nampak gugup dengan gelagat dokter itu. tapi dua perawat di sampingnya terlihat sangat santai dan nampak sangat mempercayai dokter itu. membuat Mika sangat berpikir, sehandal itukah dokter yang menanganinya??

            Tangan Raka mengeluarkan stetoskopnya, menaruh bagian bercabang itu ke telinganya dan menangkupkan kepala stetoskop ke arah Mika.

            Mika bungkam saat Raka menekankan tangannya untuk mendengarkan jantungnya. Alat pemantau, atau demografi detak jantungnya sudah di copot tadi pagi karena entah alasan apa itu. toh alat itu membantu untuk memantau kondisi pasien yang tak sadarkan diri. Sedangkan sekarang Mika sadar, berarti alat itu tak berguna bukan?

            “Ada gejala rasa sakit di dada selama beberapa saat terakhir?” tanya Raka dengan nada super dingin, ia tak mau terlibat banyak interaksi dengan pasien pasiennya. Image dingin selalu ia nomor satukan.

            Mika menggeleng, bukan karena rasa sakit itu tiba tiba ada. Tapi aroma mint dari mulut Raka yang sangat segar membuat Mika berpikiran yang tidak tidak, terlebih tangan Raka yang tiba tiba meraih tangannya dan menyentuh pergelangan tangannya seolah memastikan sesuatu.

            “Denyut nadi normal, sembilan puluh per menit.” Raka selesai mengatakan itu, ia menatap Mika dengan sangat tajam. Mata tajam dan rahang yang runcing itu membuat Mika jadi makin gugup.

            “Kamu sedang gugup atau memang ini masih terkena pengaruh obat?”

            Dan seperti ledakan dinamit. Nyatanya Raka diam saja saat Mika menatapnya dengan kebingungan harus berkata apa. Ya! Jawabannya karena dia sedang gugup tiba tiba mendapatkan sentuhan di tangan. Siapa yang tidak gugup?

            Tapi seringai tajam Mika tak di lihat Raka. Mana bisa dia ia tinggal diam saja saat ada seorang yang menjatuhkan martabatnya di depan dua orang perawat pula! Mikalia Abraham yang ini, anak bungsu dari keluarga Abraham tidak akan tinggal diam saat tau, Raka tersenyum sinis karena keupasan di atas awan yang sementara.

            “Ternyata Bapa itu, Dokter? Bukan maling ya....?” Mika membuat Raka marah dengan sangat tepat di ulu hati.

            “Kemarin saya kira, saya sedang ngelindur karena efek obat bius. Melihat ada laki laki yang mendendap endap ke ruangan saya. Ternyata setelah saya lihat lebih seksama, itu Bapa....”

            Kata kata Mika barusan membuat Mega, perawat yang bekerja dengan profesionalitas itu menjadi mengerutkan dahinya. Begitu juga Abila. Perawat di sampingnya. Raka bahkan terkejut mendapatkan serangan dari Mika yang membuatnya tersudut. Karena Mika dengan sengaja tidak mengatakan kalau ia mengambil jas yang tertinggal.

            Raka menatap dingin Mega dan Abila yang tak berkutik begitu mata dinginnya menatap mereka. Bergantian dengan Mika yang harus mendapatkan tatapan dingin itu. tangan Raka sudah sangat cekatan memberikan beberapa suntikan ke dalam infus Mika.

            “Banyak orang yang bilang, malaikat kematian akan terlihat tampan untuk orang yang banyak berbuat kebaikan. Akan terlihat menakutkan untuk orang yang jahat. Dan kenapa mereka punya dua sisi, karena tidak akan ada yang tau kapan mereka akan mati.”

            Setelah mengatakan itu, Mika makin ketakutan kalau yang di maksudkan untuknya adalah suntikan kematian. Kematiannya berhenti pada Raka yang tampan tapi mematikan.

            “Saya harap kamu segera sembuh.” Ucap Raka dengan gamang karena baru kali ini mendapati pasien kurang ajar yang bahkan umurnya lebih muda darinya. Tapi Mika masih mengatupkan bibirnya tak berusara.

            Mega dan Abila saja sudah sejak tadi kehilangan rohnya karena di tatap mata tajam Raka. Apalagi Mika yang berhadapan langsung dan berperang langsung dengan mata tajam Raka. Setelah Raka pergi dengan dua perawatnya, membawa beberapa hasil pemeriksaan dan beberapa sempel darah untuk di teliti di labolatorium. Mika kembali di ranjangnya dengan sangat kesepian. Bunga yang terakhir yang ia lihat itu belum berganti. Sekarang mungkin akan mengering karena tak pernah di ganti. Karena nyatanya, Mika tak mendapatkan kunjungan dari keluarganya.

            Menghempaskan diri ke atas ranjang rumah sakit. rasanya Mika sudah siap untuk mati, tapi kapan kalau begini? Mati juga butuh orang lain, sedangkan keluarganya tak peduli. Harus mati di mana Mika ini agar tidak merepotkan orang orang yang bahkan tak peduli padanya. Mati di rumah sakit pun, akan membutuhkan tanda tangan keluarga untuk persetujuan.

            Hempasan nafas berat Mika dengan tangan kiri yang di aliri selang infus itu menyentuh dadanya yang berdetak tak karuan itu.

            “Kenapa tadi tiba tiba gugup?” tanya Mika pada dirinya sendiri, mengingat kejadian barusan. Saat Raka mengatakan kalau detak jantungnya tak normal karena gugup, dan nyatanya memang benar. Ia gugup. Tapi kenapa? Harus gugup saat Raka menyentuh tangannya? Kenapa?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • MY Doctor - Bahasa Indonesia   60

    Mikaila Abraham. Tubuhnya mungil dan ringkih. Bibirnya tipis dan lengkungan bibirnya seperti bentuk hati. Indah, namun lebih sering terlihat pucat. Jemarinya lentik, kulitnya tipis seperti kulit bayi. Memerah jika mengenakan pakaian dengan kain yang kasar. Mika sangat suka buah dan benci rasa pahit. Sayangnya, ia harus terbiasa menelan pil pahit. Mika terduduk di tepi pantai dengan pasir putih yang menempel di telapak kakinya, tanganya memainkan pasir basah, mengeruknya sedikit demi sedikit dan melemparnya sampai tersapu oleh ombak kembali.Raka duduk di samping Mika, mengamati Mika yang asik bermain pasir."Indah bukan?" Tanya Mika tanpa memalingkan pandangan dari pantai."Apanya?" Tanya Raka. "Pantainya, pasirnya putih dan bersih...." Ucap Mika sembari mengangkat pasir di genggaman tangannya, kemudian melemparnya ke depan."Lautnya biru kehijauan, membentang luas seperti tak memiliki pembatas..." Lanjut Mika. "Aku tidak peduli, entah laut itu biru, hijau bahkan merah atau hitam s

  • MY Doctor - Bahasa Indonesia   59

    "Bagaimana dengan kamu, sayang?" Tanya Raka pada Mika.Tidak mungkin kan Mika mengatakan kalau ia memikirkan ide yang sama sampai ia tersedak barusan?"Apa?" Kini Mika sedikit syok karena keberanian Kama memanggilnya dengan panggilan yang mesra. "Bagaiamana dengan kamu sayang, apa kamu senang kalau kita tinggal disini begitu punya anak?" Tanya Raka."Sayang? Hah.. aku?" Ulang Mika menunjuk dirinya sendiri. Raka mengangguk, terulas senyum jahil di bibirnya. Ia sengaja menggoad Mika di depan ayahnya. "Iya, bagaimana dengan kamu sayang. Kamu tidak keberatan?""Ahahah...." Mika tertawa canggung, "Tentu saja tidak sayang.... " Jawab Mika sembari menepuk bahu Raka dengan sekuat tenaga.Raka tersenyum kecil, ia tau kalai Mika sedang menahan diri agar tidak makin salah tingkah. "Baguslah kalau kamu tidak keberatan disini Mika..." Ucap Ayah Raka.Mika mengambil cangkir tehnya, menyeruputnya dengan hati - hati agar tidak tersedak lagi seperti sebelumnya."Ayahmu bilang, kamu bisa main piano

  • MY Doctor - Bahasa Indonesia   58

    Setelah lima jam perjalanan, Raka akhirnya sampai ke tempat tujuannya. Mika kira, Raka akan membawanya ke sebuah hotel atau resort dekat dengan laut. Tapi Mika salah. Mobil Raka memasuki halaman sebuah rumah yang terlihat asri. Seorang satpam dengan sangat sigap langsung membukakan pintu gerbang, seolah sudah mengetahui kedatangan Raka."Kita dimana?" Tanya Mika, tak bosan ia menanyakan pertanyaan yang sama."Dirumahku." Ucap Raka dengan tenang. ***Mobil Raka berhenti di garasi, ia dengan sigap mengeluarkan koper milik Mika. Pantas saja Raka hanya menyuruhnya untuk berkemas, sedangkan Raka sendiri. Mika bahkan tak melihat tas atau koper berisi baju - baju Raka. Bodohnya, Mika malah masih mengira kalau ia akan diajak berlibur di hotel atau resort. "Tolong bawakan koper ini ke kamar," perintah Raka pada seorang art yang mengehampiri mereka berdua. "Baik Mas," jawab art itu dengan cepat mengambil alih koper Mika. Untung saja Mika tak jadi membawa koper 24 inchinya yang super bersar

  • MY Doctor - Bahasa Indonesia   57

    Pagi ini terasa sangat sunyi, Mika menggerakan kakinya, meregangkan tubuh bagian bawah tapi tanganya menarik selimut lebih dalam untuk menutupi wajahnya. Ini tidak seperti biasanya, tepat sebelum pukul tujuh pagi, biasanya Raka akan membangunkanya, mengajak Mika untuk berjalan - jalan di taman. Atau mungkin Raka akan sibuk menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. Tapi kali ini, bahkan sampai pukul tujuh lewat, Mika masih meringkuk di atas kasur dengan nyaman. Itu dia.... Mika bisa menciumnya, aroma tubuh Raka yang sangat khas. Wangi maskulin yang segar bercampur aroma keringat. Perlahan pria itu mendekat, ia melihat Mika yang bermalasan di atas kasur, kakinya tidak tertutup selimut, tapi tubuh bagian atasnya tertutup rapat oleh selimut. Raka menarik senyum tipis, Mika pasti sengaja menutup wajahnya agar tidak silau karena sinar matahari sudah menembus gorden. Dengan iseng, Raka malah menyibakan gorden agar sinar matahari menerobos masuk tanpa penghalang. Raka mendekati Mika, meny

  • MY Doctor - Bahasa Indonesia   56

    Raka menggengam sekaleng minuman soda yang baru saja ia beli dari minimarket, sembari berjalan melipis, Raka memutuskan untuk duduk sementara di kursi yang di sediakan untuk konsumen. Tangan Raka dengan cekatan membuka tutup kaleng dan suara minuman soda yang terbuka terdengar, dengan busa busa yang mencuat dari dalam kaleng.Raka mulai minum, sensasi soda yang sudah tak asing di lidahnya, serta tenggorokannya mampu menghilangkan rasa dahaganya, sedikit demi sedikit.Meski begitu, Raka nampaknya tidak terlalu menikmati minumannya. Dahinya berkerut, nampak tengah berpikir keras. Tentu saja ini berkaitan dengan MIkaila, siapa lagi perempuan yang wara - wiri memenuhi pikiran Raka kalau bukan MIkaila Abraham.Dengan dahi yang masih mengkerut, Raka kembali mengangkat kaleng soda, meminumnya dengan rakus seperti tak ada hari esok lagi.Tepat saat minuman Raka habis, ponsel pria itu berdering pelan. Tanda khusus kalau ia menerima telephone. Kali ini Raka tidak mengabaikan telephone, meski

  • MY Doctor - Bahasa Indonesia   55

    Akibat MIka yang kehilangan kesadaran beberapa waktu yang lalu, proses perawatan Mika jadi sedikit tertunda. Akibatnya, jadwal operasi selanjutnya di pukul mundur oleh Raka. Kondisi yang menurun secara tiba - tiba meski selalu di dalam pantauan, membuat Raka khawatir. Kawatir akan ada sesuatu yang terjadi di luar kendalinya.Oleh sebab itu, Raka memutuskan untuk menunda operasi dan hanya melakukan perawatan dan pemeriksaan rutin. Saja. Ssetelah menilik lagi ke belakang, Raka tau alasan Mika akhirnya ta ksadarkan diri secara tiba - tiba. Mika sudah melewati banyak hal berat, bahkan akhir - akhir ini, Mika sudah melalui banyak hal dengan susah payah. Ia butuh istirahat, istirahat dari semua hal yang membuatnya stress.“Kamu senang hari ini?” tanya Raka.Ia tengah duduk di kursi taman, dengan Mika yang ada di sebelahnya. Rambut gadis itu terurai dengan bebas. Seeskali hembusan angin memainkan anak rambut MIka yang mulai memanjang. Tapi gadis itu tidak peduli, ia tengah sibuk menebar biji

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status