"AKHHHHHH........"Teriak Raline.
Tubuhnya sekarang sudah berada diatas tubuh Tristan. Raline memberontak untuk di lepaskan, tetapi seperti biasa ia kalah kuat dengan suaminya ini.
Raline tampak sudah lelah,karena lebih dari lima menit ia terus memberontak untuk dilepaskan. Helaan nafas nya terdengar berat. sedangkan,Tristan masih mendekap tubuh Raline diatas Tubuhnya. "Aku mau mandi" ucap Raline yang terdengar tidak bertenaga lagi.
Tristan akhirnya melepaskan dekapanya perlahan,Raline segera turun dari atas tubuh Tristan perlahan. Langkahnya terdengar perlahan menuju ke dalam kamar,sedangkan Tristan baru akan bangkit dari sofa untuk masuk kekamar yang sama dengan Raline.
Brukkkk....
Cekrekkkkk.....
Raline menghempaskan pintu lalu menguncinya dari dalam. Raline tidak akan semudah itu kalah dari seorang Tristan.
Tok..Tok..
Suara ketukkan terus saja terdengar dari luar. Tristan tidak berhenti mengetuk pintu unt
"Dia pikir bisa mengalahkan Raline" Gumam Raline yang sudah berada di dalam mobilnya.Pak Anton yang sedang menyetir tampak mencuri pandang kepada Raline yang sedang terkekeh sendiri di kursi belakang."Ada apa Non?" Tanya Pak Anton"Saya senang bisa mengalahkan tristan pak" jawab Raline yang kembali terkekeh."Loh non,Tuan Tristan kan suami non Raline" Ucap Pak Anton yang terdengar menasehati Raline.Raline yang tadinya terlihat tertawa, menutup Mulutnya karena satu kalimat dari Pak anton.Dirinya yang sedari tadi bersemangat karena sudah berhasil mengelabui Tristan, tiba-tiba terdiam tanpa kata di kursi belakang. Raline memikirkan kisah masa lalu nya, yang bisa dibilang dipenuhi oleh cintanya kepada Tristan. Tetapi, setelah Tristan sudah menjadi suaminya,Raline seperti tidak bahagia. Karena, dipikirannya dirinya menganggap Tristan masih menyukai Kanaya hingga sekarang.*************7 Tahun lalu.....
Raline meninggalkan Tristan setelah mengungkapkan semua isi hatinya. Sedangkan Tristan masih tertegun, Setelah mendengar pengakuan Raline yang terasa menusuk jantungnya. Raline beranjak menuju ke Pintu keluar,di dapatinya Tristan masih terdiam di sofa. "Ayo" Ucap Raline memanggil Tristan untuk berangkat ke kantor bersama. Tristan biasanya sangat senang mengajak Raline berbicara, saat ini hanya terdiam membisu dan fokus mengemudikan mobilnya. Sedangkan Raline, duduk termenung menatap Jalanan yang basah karena gerimis. Suasana hening tercipta,tidak seperti biasanya yang selalu berisik karena perdebatan mereka. Sesuatu sedang bergumul di dalam pikiran Tristan,ia sangat menyadari apa yang Raline sampaikan tadi, bukan karena emosi sesaat. Tetapi,ia paham betul kalau itu adalah ungkapan terdalam Raline yang ingin di sampaikan kepadanya. Tristan juga sedang berpikir keras bagaimana caranya harus menjelaskan agar kesalahpahaman yan
Deg..deg..deg... Jantung Raline terus berdetak kencang, saat Tristan tengah memeluknya dengan erat. perasaan ini seperti saat pertama kali melihat seorang Murid laki-laki yang tidak sengaja ia tabrak saat berlari menuju ke Aula Sekolah. *************** Semua murid sudah berkumpul di Aula sekolah untuk menghadiri sambutan dari kepala sekolah untuk menyambut para murid baru. Terlihat seorang gadis cantik dengan kulit yang putih, rambut panjang tergerai berlarian menuju ke aula Sekolah. Sudah hampir setengah jam dirinya mencari letak Aula sekolah, tetapi tidak kunjung ketemu. Ternyata Aula ini terletak di dekat Danau buatan yang ada di ujung lahan luas ini. Tertulis di tanda pengenal yang dikaitkan di bajunya, gadis ini bernama "Raline Putri Darmawan". Brukk.... Gubrak... Tubuhnya tiba-tiba saja menabrak seseorang, Lelaki tinggi yang juga mengenakan seragam yang sama dengannya, tampak berdiri
Raline menatap pintu kamar yang sudah tertutup rapat. Tristan sudah meninggalkannya dan masuk ke dalam kamar sendiri. Perkataan yang tadi Raline ucapkan, sebenarnya karena dirinya takut akan kembali berharap kepada Tristan. Ia takut cinta lamanya akan bersemi kembali, Ia takut akan mengalami sakit hati lagi, dan ia takut kalau Tristan sebenarnya tidak pernah mencintai nya. Wajar saja Raline berpikir seperti itu,dia pernah melihat sorot mata Tristan yang hanya tertuju kepada Kanaya, karena hal itu Dia Harus menahan kecemburuannya selama 3 tahun. Walaupun terlihat baik-baik saja dan selalu ceria di mata orang lain, sebenarnya Raline selalu menangis sendiri di kamarnya setelah pulang dari sekolah. dan dia cukup trauma akan hal itu. Pada saat ia melihat pandangan Tristan kepada Kanaya saat sedang berdua di taman bunga dua bulan lalu, membuat benteng di dalam hatinya semakin kuat. ia tidak ingin itu runtuh, hanya karena sikap Tristan yang berubah lembut dan
"Kau sangat menyebalkan!!" Pekik Raline yang terus memukul Tristan dengan kedua tangannya.Tristan terlihat Pasrah dengan apa yang istrinya lakukan kepadanya.lebih dari 5 menit Raline terus memukul Suaminya ini, hingga nafasnya tersengal.Ia mengistirahatkan tubuhnya setelah membuang banyak tenaga,dengan duduk di kursi yang ada di meja Bar dapur.Ia mengatur Nafas nya dalam-dalam,hingga amarahnya mereda."Apa saja yang sudah kau lihat?" Tanya Raline yang sedang memeloti Tristan yang sedang mengusap-usap tangan dan bahunya yang kesakitan atas bogem mentah dari Raline."Semuanya" Jawabnya santai."Apa!!!" Raline kembali berteriak,dan memukuli Tristan.20 menit setelah perkelahian mereka...Sembari mengutak atik remote televisi yang ada di tangannya,Raline terus menunjukkan wajah masamnya. kemarahannya belum reda, "Sembarangan melihat tubuh ku" Gumamnya sepanjang menonton acara televisi yang terus
Tristan menoleh kebelakang.. Di lihatnya tatapan tajam Raline menatap mereka berdua. ia tahu ini akan menjadi masalah nantinya, sudah susah payah ia membujuk istrinya itu untuk mau menerimanya,dan dia tidak ingin Raline kembali bersikap dingin kepadanya. "Boleh masuk?" Tanya Kanaya yang masih di depan pintu. Dengan membawa sesuatu di tangan kanannya,Wanita ini melangkah kan kakinya untuk masuk ke dalam apartemen mereka. Raline masih terus berdiri di depan pintu kamarnya,wajahnya terlihat masam. Langkah kaki Kanaya terhenti tepat di hadapan Raline,lalu ia menunjukkan sesuatu. "Ini,aku bawa sup tulang" sembari mengangkat termos makan berisi sup. Tristan yang berada di belakang Kanaya,mempersilahkan tamu nya ini untuk duduk. Sedangkan Raline,masih terlihat Acuh. "Ayo" Tristan merangkul pinggang istrinya ini untuk duduk bersama di sofa. "Raline,aku dengar dari dokter victor kamu sakit. jadi aku kesini untuk melihat kondisimu" Ucap kanaya s
"Kalau begitu ayah bisa panjang umur hingga ratusan tahun" ucap Ayah dengan senyum cerahnya.Tristan melirik ke arah Raline yang sudah terdiam, ia hanya bisa tersenyum melihat wajah pasrah istrinya itu.Bukan hanya itu yang mengejutkan Raline,lagi-lagi ayah meminta sesuatu yang membuatnya tertegun."Ayah sudah pesan tiket ke bali,dan juga resort disana. jadi kalian bisa Honeymoon selama 5 hari" Ucap Ayah."Yah,Raline masih banyak pekerjaan. hari ini saja tidak masuk kerja,pasti sudah menumpuk dokumen yang akan di tandatangani,apalagi harus 5 hari di bali" Ucap Raline yang menolak permintaan kedua ayahnya ini.Ayah bersih keras agar anak dan menantu nya itu dapat menghabiskan waktu berdua di bali."ini biar ayah cepat dapat cucu,sweety" jawab Ayah dengan wajah memelas."Yah.." Jawab Raline yang menekan suaranya."Baiklah yah,kami akan pergi honeymoon sesuai rencana" ucap Tristan memotong ucapan Istrinya.Raline yang sedan
"Bahagia?" Gumam Raline dalam hati. Pandangannya kosong.. Tetapi banyak hal yang menumpuk dalam pikirannya.. Sedangkan Tristan masih meladeni ibu ini,yang sejak tadi memuji dirinya dan istrinya. "Sayang.." "Sayang.." "Raline.." Panggil Tristan,yang menyadarkan lamunan Raline. Raline menoleh kearah Tristan yang sedang merangkulnya. Kemudian melepaskan Rangkulan hangat suaminya ini. "Ahh..?" Gumamnya yang tersadar. "Ayo pulang" Ucap Tristan sebelum mengambil Troli yang ia letakkan di belakang mereka. Kaki Raline melangkah terlebih dahulu meninggalkan Tristan yang tepat dibelakangnya. Sesampai di Apartemen... Raline tertegun,ia terus menopang Dagu. Sedangkan Tristan tengah sibuk di dapur membuat mie goreng telur mata sapi untuk istrinya itu. Suara televisi tidak menganggu konsentrasi Raline yang sedang termangu. ia memandang jauh ke imajinasinya, entah ap