Anya menghabiskan cukup banyak waktu di kamar mandi. Berusaha menghindar dari Arsyad. Ia mengenakkan salah satu baju terusannya yang masih cukup bagus dan memoles wajahnya dengan sedikit make up. Setidaknya, ia harus tampil lebih rapi karena sekarang ia telah menjadi seorang istri.
Setelah selesai bersiap, ia segera menuju ke ruang makan, menemukan Arsyad sudah duduk di meja tersebut dengan pakaian yang rapi meskipun Anya telah menguasai kamar mandi utama selama sekitar satu jam hari ini. Sepertinya, pria itu menggunakan kamar mandi lain. Namun, alih - alih terlihat kesal, senyum tipis terlihat di wajah pria itu saat ia berbicang - bincang dengan Haris dan Hana. Sepertinya suasana hati pria itu sedang baik hari ini.
Dari kejauhan, Anya mengamati Arsyad. Pria itu memakai pakaian gelap seperti biasa. Kemejanya berwarna abu-abu gelap, sementara sebuah jas hitam tersampir dengan rapi di belakang kursinya. Rambutnya sudah di tata dengan rapi dan kacamata hitam
"Hallo..." jawab Anya saaat mengangkat telepon itu. "Anya, apakah kita bisa bertemu? Ada hal yang ingin ayah bicarakan," kata Deny. Bahkan pria itu tidak menanyakan bagaimana kabar Anya setelah sekian lama mereka tidak bertemu dan mengobrol. "Ada apa?" tanya Anya. ia merasa aneh tiba - tiba saja ayahnya ingin bertemu dengannnya. Namun, dari bicara pria itu, Anya tahu bahwa ayahnya mencarinya bukan karena rindu dan ingin bertemu. " Ayah akan menunggumu di cafe, akan ayah kirimkan lokasinya padamu." kata Deny dan kemudian ia langsung menutup teleponnya. Bahkan pria itu tidak memberikan kesempatan bagi Anya untuk menjawabnya, Anya belum sempat berkata apapun. Ia tidak sempat menjawab, apalagi mengatakan ia bersedia atau tidak menemui pria itu. Setelah panggilan itu terputus, Anya menghela napas dengan kecewa. Seharusnya ia tidak sekecewa ini. Seharusnya ia sudah tahu bahwa ayahnya itu tidak mencarinya karena rindu padan
Abdi sudah bersiap di depan mobil untuk menyambut kedatangan Anya. Saat sosok majikannya terlihat, pria paru baya itu langsung membukakan pintu untuknya." Nyonya saya di perintahkan tuan untuk mengantar anda" kata abdi." Terima kasih, pak. Panggil saya Anya saja," kata Anya sambil memasuki mobil dan berpamitan pada Hana. Abdi bisa mendengar apa yang telah di katakan oleh Anya, tetapi ia tidak terbiasa bersikap tidak formal pada majikannya sehingga ia hanya tersenyum dan tidak mengatakan apapun.Sebelum menemui ayahnya, Anya memutuskan untuk mengunjungi ibunya di rumah sakit terlebih dahulu. Ia ingin melihat kondisi ibunya dan ingin mencari tahu apakah seluruh administrasi rumah sakit ibunya benar - benar sudah dilunasi oleh Arsyad.Kakinya melangkah menuju ruang ICU, ruang yang sangat di kenalnya. Ia melihat ibunya masih terbaring koma. Anya hanya bisa memandangnya dari balik jendela kaca transparan. Matanya memerah saat menatap mata ibuny
Jam sudah menunjukan pukul 10 malam, tetapi jalanan kota masih terlihat ramai.Lampu kendaraan yang lalu - lalang memenuhi jalanan, membuat langit malam tampak berkilauan.Arsyad sedang duduk di dekat jendela kamar presidential suite - nya, mengamati hiruk pikuk kota yang berkebalikan dengan kamarnya yang sunyi. Sesekali tangannya terangkat untuk menyisir rambut cepaknya yang masih basah.Matanya tertuju pada pemandangan jalanan kota yang indah, namun sayangnya keindahan itu malah membuat matanya terasa perih dan pandangannya menjadi kabur.Ia memejamkan matanya dan ingatannya kembali ke hari itu, satu tahun yang lalu. Hari dimana takdir tidak hanya merenggut penglihatannya, tetapi juga membuat kedua kakinya lumpuh. Hari itu, takdir telah mengubah seluruh hidupnya.Namun apalah artinya takdir? Arsyad tidak percaya dengan takdir, karena bukan takdir yang menentukan jalan hidupnya, melainkan dirinya sendiri. Ia membuat sesuatu yang mustahil menjadi m
Anya langsung berbalik menghadap pemilik suara tersebut.Matanya terbelalak lebar saat melihat pria tersebut. Air masih menetes dari tubuhnya, hanya handuk mandi membalut pinggangnya sementara otot perutnya yang six pack terpangpang jelas dihadapan Anya.Wajahnya langsung memerah dan mulutnya sedikit menganga, namun tidak ada satu kata pun yang bisa terlontar dari bibirnya. Pemandangan itu terlalu menggoda!Senyum tersungging diwajah Arsyad saat melihat reaksi Anya. Satu alisnya sedikit terangkat saat ia bertanya sambil tertawa kecil, " Apakah kou menyukai apa yang kou lihat?"Anya mendongak, menatap wajah pemilik suara itu . Tidak kalah indahnya dengan tubuhnya, wajah blasteran pria itu begitu tampan. Alisnya seolah terukir dengan rapi diwajahnya, membingkai bola mata yang tampak sedikit kecoklatan dibawah sinar matahari.Ini bukan waktunya untuk mengagumi orang asing dihadapannya! Tersadar dari pikirannya, Anya langsung bertanya dengan sedi
Bagaimana tidak? Arsyad Atmajaya adalah sosok pria yang sangat terkenal dikota ini. Ia jarang sekali muncul ke publik dan sangat berhati - hati dalam menjaga namanya. Tetapi pagi ini tiba - tiba saja namanya tercantum dihalaman utama berita karena masalah perselingkuhan!Arsyad Atmajaya sudah memiliki tunangan, tetapi ia berada dihotel bersama dengan wanita lain!"Ternyata semua pria memang sama saja! Menjijikan!""Bukankah itu salah wanita penggoda? Pasti wanita itu mengginginkan kekayaannya! Dasar wanita murahan!"Natali Tirtayasa seharusnya membatalkan pertunangannya. Untuk apa bertunangan dengan tukang selingkuh!""Benar sekali. Natali tidak pantas mendapatkan perlakuan seperti ini!""Arsyad Atmajaya memang benar - benar buta. Apa coba kurangnya Natali? Cantik, kaya, anggun... Ia malah dengan wanita murahan!"Laman berita itu dipenuhi dengan berbagai komentar. Semua komentar itu ditujukan untuk menghina Arsyad dan wanita murahan y
Anya melangkahkan kakinya menuju kerumah masa kecilnya. Melihat wajah yang dikenalnya, satpam rumah itu segera membukakan pintu pagar untuknya. Sudah puluhan tahun silam bekerja dirumah itu sehingga ia mengenal Anya sejak Anya masih kecil." Wah Non Anya, tumben sekali datang ke rumah. Mau cari siapa, Non?" tanya Salim. Wajahnya yang sudah tua dan keriput tersenyum saat melihat Anya.Anya membalas senyuman Salim. " Mau bertemu Natali, pak."Anya tidak sempat bernada - basi dengan Salim. Saat ini pikirannya sedang kalut sehingga ia langsung menuju ke pintu rumah. Belum sampai di depan pintu rumah, seorang wanita paru baya buru - buru menghampiri dan mencegatnya. " Non, jangan masuk dulu. Besok saja kembali lagi. Nyonya sedang marah besar." katanya. Wanita itu adalah pembantu rumah tangga yang sejak kecil ikut merawat Anya sehingga ia menyayangi Anya seperti putrinya sendiri." Memangnya ada apa Bi, Ida?" tanya Anya dengan kebingungan." Itu, Non....
Arsyad sedang duduk di sebuah kursi kantor yang mewah, memimpin sebuah rapat yang tengah berjalan. Layar di hadapannya menunjukkan presentasi para karyawannya mengenai strategi marketin yang akan mereka galang bulan depan. Kacamata hitam tidak pernah meninggalkan wajahnya meskipun ia sedang berada di dalam ruangan.Rapat sudah berlangsung selama tiga jam dan tidak ada tanda - tanda dari Arsyad untuk menghentikannya. Semua orang yang berada di ruangan tersebut merasa sangat lelah, tetapi tidak ada satu orang pun yang berani mengeluh di hadapan atasannya.Semua orang yang berada di ruangan itu sadar bahwa suasana hati bos mereka sedang tidak baik. Mereka semua mengenal Arsyad sebagai sosok atasan yang sangat tegas dan kejam. Arsyad menuntut performa terbaik dari para karyawannya dan akan memberikan imbalan yang setimpal dengan hasil kerja mereka. Tetapi ia juga tidak segan untuk memecat karyawannya yang tidak hormat jika mereka melakukan kesalahan atau tidak tidak bisa m
Anya membuka pintu rumahnya dengan sangat kelelahan, hari ini benar - benar hari yang panjang untuknya.Ia terbangun dari tidurnya dan menemukan dirinya berada dikamar hotel mewah yang tak dikenalnya. Ditambah lagi, ia bersama dengan seorang pria asing semalaman.Entah apa yang telah terjadi kemarin malam. Ingatannya terlalu kabur untuk mengingat kembali malam kemarin. Yang ia tahu pasti, ia telah kehilangan kesuciannya yang telah ia jaga baik - baik selama dua puluh tahun untuk calon suaminya di masa depan.Kejadian ini membuatnya sangat sakit hati dan kecewa. Ia telah kehilangan sesuatu yang sangat berharga untuknya.Kenyataan menjadi lebih buruk ketika ia mengetahui bahwa pria yang bersamanya adalah tunangan Natali, Arsyad Atmajaya. Ia tidur bersama dengan tunangan Natali, tunangan saudara tirinya sendiri.Pria itu dikenal sebagai seorang tiran, pria yang kejam dan tidak berbelas kasihan sedikit pun. Semua orang menyebutnya sebagai