Share

2. Pandangan Pertama

"K-kamu baik-baik saja?" tanya si pria cukup kaget mendengar isak tangis Airyn. Di tengah kebingungan, pria itu tak sengaja mendapati Aldo dan dua temannya yang sedang menguntit. "Tiga cowok itu mengancam kamu?"

Airyn mengangguk cepat dengan tubuh bergemetar kecil.

Pria itu menepuk-nepuk pelan punggung Airyn, memberi tatapan tajam pada Aldo yang sedang mengawasi mereka beberapa saat sebelum akhirnya memilih pergi. "Tenanglah. Kamu aman sekarang."

"Mereka pergi?"

"Sudah."

Airyn segera melepaskan pelukannya, menjaga jarak dengan wajah memerah padam sampai ke telinga. Dia malu, tapi tidak ada pilihan lain. Airyn takut Aldo menyekap dan nekat memerkosanya di toilet.

"Maaf."

"Ambil ini." Pria itu memberikan sapu tangan, barulah Airyn mengangkat wajah untuk menatapnya.

"Enggak usah."

Tidak membiarkan dirinya ditolak, pria itu mengambil tangan Airyn, meletakkan sapu tangannya di sana. "Kamu sedang membutuhkannya."

Airyn mengeluarkan ingus yang sejak tadi membuat hidungnya padat. "Terima kasih."

"Tidak usah dikembalikan, simpan saja."

Harusnya memang tidak usah dikembalikan, apalagi bekas ingus dan air mata Airyn. Pikirannya kosong, alhasil Airyn semakin mempermalukan dirinya.

Telepon dalam saku kembali berdering, pria itu segera meninggalkan Airyn untuk kembali mengangkat telepon dan melangkah lebar menuju ruang Rektor.

Airyn menatapnya lagi, ingin membuka suara tetapi sudah terlambat.

"Dosen baru?"

Airyn memejam cemas, menjambak rambutnya karena takut jika pria tadi adalah dosen baru di fakultasnya.

Kenapa setelah pria itu pergi, Airyn baru menyadarinya?

"Astaga Airyn, harusnya tadi kamu lebih hati-hati."

Bagaimana jika kelancangannya tadi menjadi penilaian buruk untuk Airyn ke depannya? Bisa saja berpengaruh pada beasiswanya untuk semester depan dicabut?

Airyn baru satu semester ini mendapatkan pembebasan Uang Kuliah Tunggal—setelah mengurus berkas yang cukup rumit, sementara kuliahnya masih ada tiga semester lagi.

Oh, Tuhan!

***

"Airyn, kamu punya uang?" Jika tadi pagi papanya yang menodong uang, kali ini mamanya. Wanita itu tiba-tiba berada di kamar Airyn ketika dirinya baru saja tiba di rumah. Dia lelah sekali jalan kaki mulai dari kampus menuju daerah yang dilalui angkot, lalu dari terminal hingga ke rumah.

"Ma, kapan datang?"

"Kamu nggak suka kalau Mama pulang?"

"Enggak gitu. Mama udah makan? Aku belum masak, uang juga sisa lima ribu."

"Papa kamu nggak kasih uang?"

"Ma, jangankan ngasih uang, papa aja tadi pagi ambil uang aku."

Sera menggertakkan gigi dengan bibir menipis geram. "Nanti Mama carikan kamu pria kaya yang bisa kamu poroti. Kamu sudah besar, Airyn, setidaknya ada timbal balik buat Mama yang sudah besarin kamu selama ini. Jangan cupu dong, berani dan hidup bebas mulai dari sekarang. Memangnya kamu betah hidup miskin terus?"

"Ma, aku nggak mau jadi pelacur."

"Terus mau kerja apa? Jaman sekarang serba susah, Airyn, kalau nggak nekat, kiamat hidup kamu. Jadi pelacur nggak ada salahnya, yang penting uang lancar. Nggak usah kebanyakan mikir, hidup juga cuman sekali."

Airyn tidak mendengarkan, memilih beberes buku-bukunya. Dia sudah tekankan sejak dulu jika pelacur bukanlah pilihannya. Papa Airyn juga tak mengizinkan dia jadi salah seorang dari rumah susun Anggrek. Kalau papa Airyn dengar mamanya berkata demikian, mereka akan bertengkar hebat lagi.

"Masakin Mama sesuatu, Mama lapar."

"Cuman ada mie. Mama mau?"

"Terserah. Jangan lama, nanti Mama dijemput kekasih Mama yang jauh lebih muda dan ganteng daripada Papa kamu. Mau pergi jalan-jalan, menikmati sisa hidup."

Kenapa nggak makan di luar saja? Stok mie sisa beberapa bungkus, mungkin hanya cukup untuk Airyn dan papanya sampai besok pagi.

Turun dari kamar yang berada di loteng, papanya datang bersama seorang wanita. Terlihat jika pria itu sedang memegangi botol alkohol yang menjadi minuman paling disukai sehari-harinya. Sungguh, Airyn lelah sekali. Dia bosan melihat kehidupan keluarganya seperti ini. Berantakan, tidak tertolong lagi.

"Airyn, ada mama kamu?"

"Iya."

"Jangan dipinjamin uang kalau mama minta. Kebiasaan. Ini Papa ganti uang kamu yang tadi, simpan baik-baik jangan sampai diambil mama. Dihemat-hemat ya, nanti malam kalau dapat uang, Papa tambahin lagi buat tabungan kamu." Guntur menyerahkan dua ratus ribu, menyembunyikan dalam saku celana Airyn.

"Airyn, aku bawain nasi padang. Dimakan, ya." Wanita yang membersamai Guntur hari ini adalah Veroni, katanya dia kekasih papanya. Sejauh ini, wanita muda itu tak pernah membuat masalah dengan Airyn, hingga hubungan mereka bisa dibilang baik-baik saja.

Veroni salah seorang pelacur kesayangan Guntur juga, tak heran jika keduanya bisa menjalin kasih karena memang sering bersama ke mana-mana.

"Nggak usah masak, kamu makan yang ada aja dulu. Papa juga sudah makan."

"Mama minta buatin mie, Pa."

"Kenapa nggak mama kamu saja yang buat sendiri, Ai? Dari dulu sibuk memerintah kamu terus, dia itu bukannya nggak bisa, tapi memang pemalas."

"Pa, udah. Nggak usah bikin keributan. Bentar doang kok ini buat mie rebus."

"Jangan mau disuruh-suruh sama mama, kamu juga capek habis kuliah dari pagi. Lagian ngapain dia ke sini lagi, bukannya kemarin udah nggak mau nemuin kita selamanya?"

"Biarin, Pa, 'kan aku masih anak mama."

"Jangan terlalu nurut, Papa nggak suka sama sikap mama kamu. Dia selalu seenaknya sendiri. Kalau marah sama Papa, cukup ke Papa aja, nggak perlu tega ke kamu. Gimana pun kamu tetap darah dagingnya. Lihat sekarang, dia pasti lari ke kamu juga kalau butuh sesuatu."

Airyn mengangguk saja untuk menghindari perdebatan lebih banyak. Dia tidak bisa memihak salah satunya, sebab ini antara papa dan mamanya. Sama-sama seseorang yang penting dalam hidup Airyn.

"Papa pergi dulu sama Oni, kamu baik-baik di rumah. Jangan sembarangan bukain pintu kalau nggak kenal orangnya. Lapor sama Papa bila ada yang macem-macemin kamu di daerah sini. Biar Papa kasih pelajaran mereka."

"Iya, Pa. Papa juga hati-hati, jangan mabuk-mabukan di tempat umum, nanti ditangkap polisi lagi. Aku takut Papa di penjara, nanti aku sendirian."

Guntur mengusap puncak kepala Airyn. "Iya. Belajar yang pintar, jangan sampai kuliahnya sia-sia. Kamu harus jadi orang sukses."

Airyn tersenyum haru. Dia akan!

"Sembunyiin nasi padang kamu, jangan sampai dimakan mama. Itu buat kamu." Pesan Guntur sebelum benar-benar pergi.

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Noviyadep
...mama nya memang agak agak
goodnovel comment avatar
Noviyadep
.........hahaha
goodnovel comment avatar
Rizaraysa Ra Ma
setidaknya papa s,airyn masih mikirin masa depannya, ehh s,mama, ampun dahhh keluarga gini, yg sabar yaa airyn
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status