Beranda / Romansa / MY SEXY CEO / 4. Menerima Tawaran

Share

4. Menerima Tawaran

Penulis: Noviyadep
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-14 10:19:02

"Arion, kamu baru pulang, Nak? Segera bebersih, Bunda punya tamu spesial buat kamu." Nyonya Harrison menyapa hangat ketika mendapati putra sulungnya datang.

Masih sama seperti biasa ketika dia pulang ke rumah, selalu menerima kasih sayang yang tiada tanding meski usianya sudah kepala tiga.

Biasanya Arion tinggal di Penthouse pada salah satu gedung apartemen paling mewah di Ibu Kota atas kepemilikan keluarganya, Harrison Group. Apartemen itu masih satu kawasan dengan kantor, sehingga memudahkan Arion untuk pulang pergi melakukan kewajibannya sebagai Direktur Muda penerus ayahnya kelak.

"Siapa, Bun?"

"Rahasia. Ada di ruang baca Mama, nanti kita makan malam bersama. Kamu bersiaplah seganteng dan serapi mungkin."

"Andre datang bersama istri dan anaknya?" Arion bisa menebak dengan mudah, sebab tadi sempat dapat kabar jika si sulung akan datang sesuai pinta ayahnya yang sedang sakit.

"Itu nggak salah, tapi masih ada kejutan lain."

Arion tersenyum, mengecup pipi sang bunda dengan penuh kasih. "Kalau begitu aku bebersih dulu, Bun. Nggak sabar pengin lihat di bayi juga. Dia pasti menggemaskan."

Nyonya Harrison mengangguk riang. "Dia cantik dan gembul banget, mirip Andre. Lucu, Bunda senang ajakin dia main dari tadi."

"Kenapa mirip Andre? Harusnya mirip Litzi saja."

"Arion, jangan jahil sama adik kamu. Kebiasaan kalau dia pulang, diajakin gelut terus. Namanya hasil perbuatan Andre, wajar kalau mirip papanya. Yang bahaya itu kalau mirip kamu, nanti Litzi dikira selingkuh."

"Nggak kelihatan kalau Litzi bakal selingkuh dari Andre, Bun. Memangnya dia berani dikunyah Andre?"

Nyonya Harrison menggertakkan gigi. "Mereka saling mencintai, syukurlah. Gih sana, mandi yang wangi. Bunda tunggu di rumah makan."

"Iya, Bun. Jangan kelelahan, kantong mata Bunda kelihatan banget, pasti habis begadang. Nanti biar gantian sama aku jagain Ayah."

"Ayah sudah baikan, apalagi lihat kamu, Andre, mantu, dan cucu kesayangannya kumpul di sini. Obat Ayah itu nggak susah, tinggal kalian yang lebih banyak ngerti buat pulang lebih sering."

"Arion setiap hari ketemu ayah di kantor, Bun. Andre dan Litzi tuh, sibuk di Surabaya terus, lupa kalau punya orang tua di sini."

"Hutsss, Arion. Litzi 'kan habis lahiran dan jaga bayi sekecil Aurora, wajar kalau nggak sempat ke mana-mana."

Arion hanya tertawa kecil. "Aku ke kamar dulu, Bun, capek banget." Memeluk Nyonya Harrison sebentar selalu bisa mengurangi rasa lelah dan pusing. Obat paling ampun ada pada wanita kesayangannya ini.

Sepanjang langkahannya menuju lantai dua, Arion menghela napas panjang. Setiap melihat keluarga kecil Andre, hati kecilnya selalu bergerimis.

Takdir memang tidak sejalan dengan rencana. Arion niatnya tidak ingin dilangkahi oleh sang adik menuju pernikahan. Namun apalah daya, ternyata Tuhan memiliki garis hidup penuh rahasia. Terbukti sekarang Andre sudah jauh meninggalkannya yang masih jalan di tempat. Andre lebih muda lima tahun dari Arion, tapi pria itu sudah memiliki istri dan anak yang baru lahir tiga bulan lalu.

Ah, Arion sedih jika terus memikirkan keadaan di antara mereka. Tidak dipungkiri, dia sangat iri melihat kehidupan sang adik yang kelihatannya sangat membahagiakan.

Niat Arion sama seperti Andre, menikah muda. Hanya saja sudah kepala tiga dia belum pernah memiliki kekasih. Arion sangat sulit tertarik dengan wanita, bahkan beberapa keluarganya meragukan kernomalan dirinya.

Meletakkan ponselnya untuk mengisi daya, satu pesan muncul pada layar ponselnya.

Nomor Tidak Dikenal: Permisi, dengan Pak Arion? Ini Airyn Gershon, salah seorang mahasiswi semester lima yang akan magang di kantor Bapak. Apakah ada persyaratan khusus yang harus saya penuhi selain proposal magang, surat izin dari fakultas, dan transkip nilai? Saya mendapatkan nomor Bapak dari Ibu Laila, maaf jika lancang mengirimkan pesan ini. Terima kasih.

Senyum Arion tercetak seketika.

Bagi sebagian orang mungkin ini terbilang tidak sopan kerena langsung menghubungi ke orang yang bersangkutan, tapi kali ini justru Arion-lah yang meminta agar Ibu Laila bisa memberikan nomornya kepada Airyn untuk menghubunginya secara pribadi.

Arion Harrison: Selamat sore. Sertakan daftar riwayat hidup, pas foto, dan sertifikat pelatihan jika kamu memilikinya (akan lebih baik).

Airyn Gershon: Maaf bertanya lagi. Pas fotonya latar merah atau biru, Pak Arion? Kalau tidak punya sertifikat pelatihan bagaimana, Pak? Terima kasih sebelumnya.

Arion Harrison: Latar merah. Tidak apa.

Melihat pesannya hanya dibaca dan Airyn tidak lagi terlihat aktif, Arion menaikkan alis, lalu tersenyum singkat.

***

Airyn masih terjaga untuk menunggu Guntur pulang padahal jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Bayangan sang papa tidak terlihat sama sekali bahkan suara motornya pun belum menggelitik pendengaran. Airyn harus izin dulu sebelum memutuskan benar-benar mengikuti magang. Dia takut papanya tidak mengerti, nanti dikira Airyn bekerja.

Alasan utama untuk menghindari rasa malu jika papanya marah-marah di tempat umum tanpa aturan. Apalagi tempat magang yang akan Airyn tuju ini salah satu perusahaan besar. Selain malu dan takut papanya dipandang buruk oleh banyak pihak lainnya, Airyn juga tidak ingin mencemarkan nama baik kampus. Terlebih ibu Laila selaku dekan sudah mempercayai dirinya.

"Ai, kok belum tidur? Jarang banget Papa lihat kamu nggak tidur jam segini." Guntur terkejut mendapati Airyn berada di sofa ruang tengah. Sejak jaman sekolah, Airyn jarang sekali begadang, kecuali jika ada tugas atau ujian yang mengharuskannya belajar lebih banyak.

Airyn tersenyum, senang melihat Guntur pulang tanpa mabuk dan keadaannya baik-baik saja seperti orang normal pada umumnya. "Papa udah makan?"

Guntur menaikkan alis. "Kenapa? Uang kamu dirampas mama lagi?"

"Enggak kok, Pa. Aku mau ngomong sesuatu, tapi kalau Papa belum makan, biar aku masakin sebentar. Papa mau?"

"Kenapa nggak tidur aja, kamu capek kuliah dan beberes rumah. Besok bukan weekend, pasti ke kampus lagi."

Airyn tersenyum, menyuruh Guntur duduk di sampingnya. "Papa mau dengerin kalau aku ngomong bentar?"

"Bikinin Papa kopi dulu, Papa sudah makan tadi. Kamu gimana? Andai tahu kamu belum tidur jam segini, Papa belikan makanan."

"Udah, Pa. Aku kenyang. Sebentar, Papa bebersih aja dulu, ganti baju. Aku tungguin."

"Ngomong apa? Kenapa buat Papa cemas? Papa nanti ganti baju, kamu buatin aja dulu kopinya."

Sepeningga Airyn ke dapur, Guntur menyalakan televisi sambil merokok. Hal yang tidak biasa seperti ini membuatnya tidak enak hati, takut terjadi sesuatu pada putrinya.

Airyn kembali dengan senyuman dan secangkir kopi, Guntur menatapnya keheranan.

"Pa, jangan marah dulu. Janji?"

"Nggak bisa janji. Papa tetap marah kalau terjadi aneh-aneh."

"Aku 'kan udah semester lima, udah boleh buat praktik kerja lapangan atau magang mandiri gitu. Sebenarnya tipe magang tuh ada dua—dari kampus ada, magang mandiri ada juga. Aku pengin ikutan itu biar ada persiapan buat masuk kerja nanti. Apa boleh, Pa?"

"Lalu gimana kuliah kamu?"

"Magangnya pas libur kuliah kok. Ibu Laila yang saranin buat magang, tanya aja kalau Papa nggak percaya. Ini bukan kerja buat cari uang, tapi aku bakal belajar. Nanti dapat sertifikat resmi dari perusahaannya pertanda aku pernah magang di sana. Kata ibu Laila, ini bisa jadi jembatan buat aku keterima kerja di sana kalau udah lulus nanti, apalagi kalau hasil belajar aku bagus."

"Kamu nggak berusaha bodohin Papa, 'kan? Papa udah berkali-kali larang kamu buat kerja."

"Enggak, Pa. Nanti ada surat izin magang dari kampus kok, aku bisa liatin ke Papa juga."

"Di mana magangnya?"

"Kantor Harrison Group yang ada di tengah kota, yang besar itu lho, Pa. Aku ditawarin langsung, mungkin karena melihat nilai aku juga bagus dan mereka tertarik."

"Ya sudah, nanti Papa anterin dulu. Papa mau liat kamu beneran ke sana atau bohong. Itu perusahaan besar yang punya banyak bisnis terkemuka, takutnya kamu ditipu sama orang nggak bertanggung jawab."

"Enggak, Pa, ibu Laila yang bantu ngurusin berkas aku."

"Tidurlah, sudah malam."

"Jadi boleh, Pa? Aku nggak bakal tidur nyenyak sebelum dapat jawaban dari Papa."

"Iya, asal nggak mengganggu waktu kuliah kamu."

Airyn tersenyum lebar, mengangguk haru. Dia menggenggam tangan Guntur, mengecup punggung tangan pria itu penuh syukur. "Makasih, Pa. Aku senang. Nanti aku bakal belajar sungguh-sungguh, biar mereka tertarik buat panggil aku kerja di sana." Memeluk Guntur, bibirnya tak berhenti melengkung.

Guntur mengiyakan, mengusap punggung Airyn. "Jangan begadang, habis ini langsung tidur. Besok pagi Papa bisa antar kamu ke kampus, tapi jangan terlalu siang."

"Iya. Terima kasih, Pa. Papa juga jangan begadang, tidur cepat biar nggak sakit. Kurang-kurangin minum, Pa, takut Papa masuk rumah sakit lagi."

Bagaimana pun kelakuan papanya, Airyn tetap menyayangi pria itu melebihi apa pun. Airyn takut jika papanya kenapa-kenapa, sedih kalau papanya dihina, dan merasa sakit hati melihat papanya dipandang sebelah mata oleh orang-orang. Airyn berharap Tuhan bisa menyentuh hati kecil papanya agar cepat berubah dan meninggalkan segala hal yang tidak baik.

Guntur sangat baik, Airyn merasakan banyak kasih sayang dan ketulusan dari sang papa meski tidak pernah mendengarnya secara langsung.

Dia berada dalam keluarga yang sangat sulit mengungkapkan kasih sayang.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Noviyadep
🩷🩷 yeaiiiii
goodnovel comment avatar
Ina Agustina
Alhamdulillah papanya Ai setuju
goodnovel comment avatar
Noviyadep
Peluk siniiiii
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • MY SEXY CEO   65. Hukuman Orang Jahat

    Airyn mondar-mandir di ruang tengah, sebab hingga jam delapan Arion belum juga pulang. Makan malam sudah siap, seketika rasanya tidak tenang, terlebih nomor pria itu tidak bisa dihubungi. Sebal, karena Arion tidak mengabari apa pun sebelumnya."Aneh. Kenapa rasanya nggak enak gini? Apa karena udah jadi suami istri?" Airyn menggigit kuku, memegangi dadanya yang berdebar lebih kencang. "Atau ini perasaan gugup karena kepikiran ancaman Mama tadi?""Aish! Sejak kapan khawatir banget gini sama Pak Arion? Padahal sebelumnya kamu sendiri yang nggak rela nikah sama dia, Ai."Airyn bermonolog sendiri. Tatapan dan gerak-geriknya memang menunjukkan kecemasan, tidak tenang sebelum memastikan Arion baik-baik saja. "Setidaknya kalau pulang telat, bilang!" gerutunya sebal. "Aku bisa makan dan tidur dengan tenang tanpa harus khawatir gini. Senang banget bikin merasa bersalah."Airyn mengambil ponselnya di meja, mencoba menghubungi Bagas sekali lagi. Nomor pria itu aktif, hanya saja tidak diangkat. K

  • MY SEXY CEO   64. Kedatangan Tamu

    Ketika jam makan siang, tiba-tiba Airyn kedatangan tamu. Sebelumnya dia tidak mengira jika yang datang adalah ibu mertua. Airyn baru saja bangun tidur, belum sempat menyiapkan apa pun karena Arion juga membebaskan Airyn untuk istirahat sepanjang hari ini. Airyn ingin menyapa sebagai basa-basi agar kelihatan tetap sopan, namun urung karena merasa sungkan. Terlebih Megan juga langsung masuk dan meninggalkannya. Wanita itu terlihat membawa sekotak kue."Kamu baru bangun jam segini?"Megan melihat sekitar ruangan tersebut. Kebetulan di wastafel masih ada piring kotor, bekas Airyn menyiapkan sandwich untuk bekal Arion tadi. Keranjang pakaian kotor mereka juga terlihat penuh karena belum dijemput jasa laundry. Niatnya memang setelah ini baru akan Airyn bereskan semuanya."M—maaf, Bun, tadi aku ketiduran. Setelah ini baru beres-beres. Bunda mau aku bikinkan minum apa?" Airyn memainkan ujung tali bathrobe-nya, gugup. Mimik Megan tidak seramah biasanya, Airyn tahu wanita itu sudah terlanjur t

  • MY SEXY CEO   63. Cintaku

    Katanya Arion punya hadiah spesial untuk Airyn. Ternyata benar. Usai Airyn berendam dan menghabiskan banyak waktu untuk merawat diri, dia dikejutkan dengan sebuket mawar di kasur. Tidak lupa, ada kertas kecil yang terselip di sana juga membuat Airyn terkekeh kecil.—Untuk cintaku yang baik hati—Airyn suka aroma mawar segar, menciptakan senyum kecil yang mewakili isi hatinya. Masih menggunakan jubah mandi, Airyn turun ke bawah sambil memanggil Arion beberapa kali. Terdengar suara kecil dari ruang makan, lagi-lagi senyum Airyn merekah."Wow!" pujinya menutup mulut sambil menatap dengan binar takjub. Di meja makan tersedia menu makan malam mereka, Arion yang memasak. "Wangi, pasti enak. Aku laper banget, dari luluran tadi perut aku bunyi."Arion selesai memotong buah, kemudian menghampiri Airyn dan mencium pipinya. "Duduk, Sayang, waktunya isi tenaga."Dengan riang, Airyn duduk ketika Arion menarik kursi untuknya. Kenapa tiba-tiba Arion semanis ini? Airyn sampai keheranan."Kamu juga wa

  • MY SEXY CEO   62. Saling Menjaga

    "Pak Arion, ngapain?" Airyn terkesiap ketika melihat sang suami itu berdiri tak jauh dari posisinya dan Aldo. Bahkan mereka baru saja ingin memulai obrolan, seketika sungkan. "B—boleh tinggalin kami dulu, ada yang mau dibicara sebantar?""Bicara saja, anggap saya tidak ada." Arion memasukkan kedua tangannya ke saku celana, menatap dengan sorot setajam belati—seolah sedang memperingati Aldo agar tidak macam-macam pada miliknya. "Lima menit, setelah ini kamu harus mengantarkan surat ke atas. Pak Abimayu sudah menunggu."Airyn menganga, lantas terpaksa senyum karena tahu mimik Arion tengah kesal. Jangan sampai dia mendebat, nanti malah muncul masalah baru."Ada apa, Aldo? Kamu repot-repot ke sini. Lain kali bilang ya kalau mau ketemu, jangan di sini. Aku posisinya lagi magang, nggak boleh seenaknya terima tamu sembarangan di luar kepentingan dengan Pak Arion." Aldo menatap Arion sekali lagi, dia juga melempar tatap permusuhan. "Lo serius menikah dengan pria aneh ini, Ai?" tanyanya senga

  • MY SEXY CEO   61. Semangat Membara

    Arion mengusap puncak kepala Airyn ketika wanita itu diam lagi saat dia meminta bantuan memasang dasi. Sejak mereka mandi bersama, Airyn tampak malu dan pendiam, Arion sangat memahami situasi ini untuk mereka yang baru saja menjalani kehangatan sebagai pengantin baru. Bagi Arion, Airyn justru semakin lucu dan menggemaskan.“Ini dasinya, Ai. Apa kamu masih merasa nggak nyaman? Kalau pegal, nanti aku panggil jasa pijat ke sini, kamu nggak usah ke kantor.”Airyn menggeleng cepat, menegak saliva cukup sulit. Dia juga kesusahan mengumpulkan kata yang tercekat di kerongkongan. Wajah Airyn tidak berhenti memanas, rasanya masih tidak sanggup memandangi pria di hadapannya ini.“E—enggak usah. Aku baik kok, aku nggak pa-pa. K—kamu agak nunduk dikit, badan aku nggak sampe.” Dengan pipi kemerahan paham, Airyn berusaha tetap waras. Dia tahu Arion terus saja memandanginya, sesekali berusaha memberi perhatian dengan kecupan hangat dan kalimat manis penuh kekhawatiran. Padahal Airyn baik, dia tidak k

  • MY SEXY CEO   60. Pengantin Baru

    "Ayah tidak percaya akhirnya kamu akan jatuh cinta." Abimayu tersenyum singkat. "Hanya saja, Ayah tidak bisa bohong, kami terkejut mengetahui siapa sebenarnya Airyn. Kamu dan Bagas sejak awal yang membuat kebohongan ini, Arion. Kamu kasih data diri Airyn yang berbeda ke Bunda, tidak salah jika Bunda juga kecewa dengan perbuatan kamu."Arion mengangguk, menyadari dosanya. Memang benar, selama-lamanya menyimpan dusta pasti akan ketahuan juga."Aku tahu aku salah, Yah. Aku juga awalnya terlalu takut memberi tahu siapa Airyn. Takut Ayah dan Bunda nggak setuju. Maaf kalau sikap aku masih kekanak-kanakan sekali.""Tunggu Bunda kamu lebih tenang dulu, lalu datanglah ke sini lagi untuk bicara padanya. Jangan sekarang, Ayah juga tidak bisa memaksakannya saat ini. Biarkan Bunda sendiri dulu, sambil belajar menerima.""Iya, Yah. Aku berharap Bunda bisa memahami pilihan aku. Percaya, aku tahu siapa yang terbaik untuk hidupku."Abimayu menghela panjang, memijat pangkal hidungnya. "Untuk saat ini,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status