Home / Romansa / MY SWEET CEO / MATI LAMPU

Share

MATI LAMPU

Author: Sun flower
last update Huling Na-update: 2024-07-14 22:39:12

David tidak ingin mengingat kejadian memalukan itu sedikit pun, namun ia tetap masih merasakan tusukan gairah kuat tersebut. Ketika Sandara mencondongkan tubuh ke depan, rambut gadis itu tergerai di wajahnya dan David mencium aroma sampo. Lavender.

Sandara menengadah menatap David lewat bulu mata, matanya menari geli. "Jujur saja,David, kamu benar-benar terlihat ketakutan! Kuyakinkan kamu, aku tidak seburuk yang kamu pikirkan."

Entah bagaimana David berhasil tersenyum. "Dan apa pun yang kuminta kamu lakukan-kurasa kamu ingin digaji untuk itu?"

Sejenak Sandara terlihat bingung dengan perkataan David, ekspresinya polos serta rapuh. Dengan tusukan rasa benci pada diri sendiri David kembali menyadari betapa belia dan tidak berpengalamannya Sandara-dalam segala hal. Lalu gadis itu tertawa, tawa dalam dan serak yang membuat David memasukkan tangannya semakin dalam ke saku, kernyit timbul di wajahnya. Sandara memiliki tawa wanita berpengalaman, tawa seksi serta sensual, dan tawa itu menimbulkan berbagai hal padanya. Sejak kapan Sandara mulai tertawa seperti itu? Sejak kapan dia mulai benar-benar tumbuh dewasa?

"Baiklah, ya, memang itu maksudku," kata Sandara, tersenyum dengan kejujuran polos yang menjengkelkan sekaligus memikat kesadaran David.

Jadi, David pun memberikan posisi itu pada Sandara, sebagaimana yang Sandara tahu pasti akan ia lakukan, kemudian ia menjaga jarak. Ia tidak berniat melibatkan diri dengan gadis polos seperti Sandara, terutama mempertimbangkan bagaimana keluarga mereka berhubungan. Dan ia berhasil... sampai sekarang. Sekarang, ketika ia melihat Sandara di ruang Aula ini, mengenakan setelan kerja krem dengan paduan syal di lehernya yang sangat pendek sehingga hampir memperlihatkan bokongnya ketika gadis itu membungkuk untuk memungut sampah dari lantai. David menatapnya, menyadari kaki putih Sandara, cara rok pendek itu membentuk lekuk-lekuk tubuh gadis itu.

la seharusnya menjauh sebelum Sandara melihatnya. Tuhan tahu ia pernah melakukan hal itu. Namun sesuatu memaksanya memasuki ruangan, dan ia berbicara. Tinggal. Melihat Sandara setelah sekian lama bagaikan menemukan air di padang pasir. Kehangatan serta keceriaan Sandara menggapainya, menyelubunginya, dan membuatnya menginginkan lebih banyak. Dan ia pun tinggal, bercanda dan menggoda, dan yang paling buruk serta membahayakan dari semuanya, ia menyinggung tentang bagaimana mereka hampir berciuman delapan tahun lalu. David tidak bisa memahami mengapa ia melakukan hal itu, ketika ia telah begitu senang karena tidak pernah lagi memikirkan hal itu, apalagi membicarakannya. Dan Sandara tentu merasakan hal yang sama... kecuali ia masih merasakan sisa-sisa cinta monyet itu? Pikiran itu seharusnya membuat David cemas, namun hal itu malah menimbulkan hal lain. Ia ingin kembali menyaksikan mata Emily menggelap menjadi cokelat tua dan melihat lidahnya menyapu mulut sensual itu.

Perasaan kesal kembali menyerbu diri David. Ia harus menguasai diri. Ini Sandara. Sandara. Gadis yang tidak cocok, tidak sesuai, dan tidak terjangkau. Titik.

"Anin Salsabiah," ulang Sandara, dan David bisa melihat gadis itu telah menemukan kembali ketenangannya. "Aku akan menantikan CV-nya-

"Sekretaris pribadiku telah mengirimkannya lewat e-mail padamu siang tadi."

"Begitu, ya.Aku akan mengeceknya nanti." Sandara melemparkan sekelebat tatapan penasaran lewat bulu matanya ke arah David dan kemudian berbalik. "Aku akan membuat catatan di CV itu."

"Bagus." David bertekad mempertahankan sisa percakapan mereka secara profesional, bahkan saat pandangannya tertuju pada gelung rambut hitam memesona Sandara yang terurai, sehelai rambut yang tergerai di lekuk payudaranya. Dengan susah payah ia mengalihkan pandangan, mulutnya membentuk garis muram, namun sesuatu masih memaksanya menambahkan, "Sebenarnya, aku belum pernah bertemu dengannya. Dia teman dari temanku, dan aku ingin membantunya. Dia sepertinya cocok untuk posisi pemula." Mengapa David menjelaskan dirinya sendiri? Itu benar-benar tidak perlu.

"Baiklah," kata Sandara tajam. "Akan kulihat apa yang bisa kulakukan."

"Bagus." David membalas nada tajam Sandara lalu memandang ruangan yang telah bersih itu sekali lagi. Ia masih harus membalas beberapa panggilan telepon dan beberapa e-mail serta menghadiri acara pencarian dana. Seluruhnya bagian dari urusan pribadi yang membuat Sandara begitu penasaran... dan yang tidak berniat untuk diberitahukannya pada gadis itu.

Sandara akan segera mengetahuinya, pikir David sembari mengerucutkan mulutnya dengan muram.

Bagus, David kembali terlihat muram, putus Sandara. Selama beberapa saat pria itu terlihat bagaikan orang yang sama sekali berbeda, dan pikiran itu membuatnya gelisah. Reaksinya sendiri membuat ia semakin gelisah, karena ketika David memelankan suara menjadi bisikan parau itu dan mengatakan bahwa pria itu kecewa...

Dengan cepat, Sandara menyingkirkan pikiran itu. Itu bukan hal yang perlu ia pikirkan. Sama sekali. Ia menatap ruangan kosong tersebut dengan puas, memastikan tatapannya tidak tertuju pada Sandara, kemudian memadamkan lampu.

Ia tidak menyadari hari telah gelap, senja perlahan menyelubungi kota, hingga ruangan tersebut mendadak gelap gulita ketika ia memadamkan lampu.

"Ups..." Sandara tertawa pelan saat berdiri di tengah kegelapan, menyadari bahwa ketiadaan cahaya membuat berbagai hal hampir terasa... intim. la bisa mendengar suara pelan napas David, dan ketika kembali meraba-raba mencari tombol lampu ia malah menyentuh dada David, otot-otot sekeras tembok yang menegang di bawah telapak tangannya. Ia tidak sadar David begitu dekat. Ia menarik tangannya secara spontan, meski sentuhan otot-otot sekeras tembok itu sepertinya tercetak di telapak tangannya. Hal terakhir yang ia inginkan adalah David menganggap ia melemparkan diri pada pria itu... lagi.

"Maaf," gumam Sandara, namun ia masih belum bergerak. Benak dan tubuhnya bagaikan membeku, hingga ia tidak sanggup berpikir atau bertindak. Tangannya menggelenyar. "Aku... aku hanya perlu menemukan tombol lampunya..." akhirnya ia berbicara dengan sedikit terbata-bata.

Kenapa David selalu bisa membuatnya menjadi gadis paling canggung?

"Di sini." David menggapai melewatinya dan menekan tombol lampu. Sandara langsung mundur lagi saat ruangan itu diterangi cahaya.

Ia merasa wajahnya memanas dan berwarna merah, yang tidak masuk akal karena tentu saja tidak ada yang perlu membuatnya malu. Anehnya, ia tetap merasa seperti yang ia rasakan delapantahun lalu, ketika ia menawarkan diri pada David dengan polos, hanya untuk ditolak.

Dan sekarang David kembali memelototinya, persis seperti waktu itu. Pria itu benar-benar terlihat marah. Sandara merasa sedikit jengkel dan perasaan itu membuatnya lega. Setidaknya itu hal yang biasa dan pernah ia rasakan sebelumnya. Ia kembali mundur selangkah. "Terima kasih," katanya tajam, menyelipkan rambut ke belakang telinganya. "Kurasa aku akan bertemu lagi denganmu jika kau tinggal di Jakarta untuk sementara waktu."

"Tentu saja." Wajah David tidak menunjukkan ekspresi apa pun namun tatapannya tertuju pada Sandara, tenang dan pasti. benar-benar tidak mengenalnya lagi, Sandara mengingatkan diri sendiri. Ia telah berubah dan jauh lebih berpengalaman sekarang daripada saat berusia enam belas tahun. Setidaknya, sedikit lebih berpengalaman. Dan mudah-mudahan tidak terlalu konyol.

"Aku yakin kamu punya banyak hal untuk dilakukan," kata Sandara dengan nada tajam serta dingin yang sama. "Dan aku harus pulang. Selamat malam, David." Tanpa menoleh ke belakang, ia bergegas melintasi lorong menuju ruang kerjanya yang aman, merasa aneh dan sangat kesal karena ia masih merasa gugup, hampir seperti gadis enam belas tahun yang berlari meninggalkan Aula pesta dengan berurai air mata dan rambut yang berantakan.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • MY SWEET CEO   BERLANJUT

    David mencium kening Sandara dengan lembut,"Bagus. Bersiaplah pukul tujuh. Aku akan menjemputmu dari apartemenmu," kata David."Baiklah. Aku akan bersiap." Jawab Sandara lega.Hari ini berlalu secepat yang ia inginkan. Sandara meninggalkan kantor sedikit lebih awal setelah meminta ijin pada David. Sandara merada sangat bahagia tetapi pada saat yang sama dia tidak bisa berhenti memikirkan tentang ranjang bersama David. Dan lagi pula jika mereka benar-benar akan melakukannya lagi, seperti apa jadinya nanti. Sandara benar-benar takut sekarang. Baiklah, jangan pikirkan sesuatu yang mungkin tidak terjadi malam ini. Dan pikirkan tentang apa yang akan terjadi. Kami akan makan malam yang enak dan biarkan sisanya menjadi misteri.Sandara sampai di apartemennya pukul enam dan segera bersiap-siap. Karena dia tahu Davif sangat tepat waktu. Sandara mengenakan gaun berwarna anggur di atas lingerie barunya. Karena gaun ini tanpa tali, Sandara memutuskan untuk memadukannya dengan kalung berwarna nude

  • MY SWEET CEO   KENCAN DADAKAN

    Saat David berjalan menuju kantor, David melihat Sandara berbicara dengan seorang pria yang mungkin salah satu dari pegawainya di kantornya. Pria itu berbicara dengan Sandara tentang sesuatu dan yang ingin David lakukan saat ini hanyalah menendangnya. David pergi mendekati mereka berdua dan memanggil Sandara ke ruangannya dengan nada yang sedikit kasar. Nada kasar yang di keluarkannya itu hanya untuk menakut- nakuti pria yang bersama Sandara agar mereka segera mengakhiri pembicaraan itu. Pria itu tidak bisa menatap gadis miliknya dengan tatapan menginginkan. David berjalan kembali ke ruangannya dan menunggu Sandara. David merasakan sesuatu yang aneh. Sikap posesif ini baru saja di rasakannya. Hal seperti ini belum pernah dirasakannya. Dorongan untuk melindungi, memperjuangkan, dan menyelamatkan Sandara hanya untuk dirinya sendiri. Sandara membuatnya kuat, tetapi di saat yang sama Sandara adalah kelemahannya. David merasa rentan di dekat Sandara. Bagaimana mungkin satu wanita mungil

  • MY SWEET CEO   PENGAKUAN HATI DAVID

    Ini adalah minggu yang sangat panjang dan melelahkan. Sandara menggenggam cangkir kopinya di dapur rumahnya , keletihan membuat seluruh tubuhnya nyeri. Namun bahkan di tengah keletihan ia merasakan kelegaan yang manis, semalam ayahnya sadar. Ini akan menjadi jalan yang panjang serta sulit, dan ayahnya tidak akan pernah sembuh total. Sandara tahu itu, ia mendengar para spesialis membahas kemampuan bicara dan bergerak yang terbatas, penggunaan kruk atau kursi roda. Sulit untuk menerima itu, tapi itu masih lebih baik daripada pilihan yang satu lagi. Itu sesuatu. Dan sesuatu itu sudah cukup. David datang mengunjungi Tuan Wijaya setiap hari selama seminggu ini, pulang-pergi dari Jakarta, dan Sandara menyambut serta menghargai kehadiran pria itu lebih daripada yang bisa ia katakan. Sandara tidak mengatakannya, karena sebagian dirinya ingin mengatakan pada David betapa berarti pria itu baginya, betapa ia mencintai David. Namun tentu saja itu tidak ada gunanya saat ini. David datang seba

  • MY SWEET CEO   PENGAKUAN TUAN WIJAYA

    Bulan berganti bulan dan Sandara mengingat kembali percakapannya dengan Agatha, serta hampir setiap momen yang ia lewatkan bersama David. la ingat hal-hal kecil, hal-hal yang diabaikan atau dilupakannya yang mendadak terasa penting sekarang. Cara David tersenyum, dan betapa manis sentuhan pria itu. Godaan-godaan lembut David, yang selalu dinikmati Sandara sampai hatinya terjerat dalam godaan itu. la ingat bagaimana dirinya selalu memercayai David, selalu tahu pria itu akan menjaganya tetap aman. Kenangan-kenangan tersebut terus melintas dalam benaknya dan membuatnya gelisah serta merindu, berharap setidaknya bisa bertemu David lagi. Menanyakan padanya... apa? Apa yang bisa ia katakan? Aku tidak peduli jika kamu hanya mencintaiku sedikit. Aku tidak butuh ekspresi hebat apa pun... Tapi ia bahkan tidak tahu apakah David memang mencintainya. Ia cukup yakin tidak, dan tidak ada ekspresi yang bisa menyatakan hal itu. Mereka tidak punya hubungan. Tidak punya masa depan. Tidak ada apa p

  • MY SWEET CEO   MAKAN SIANG BERSAMA AGATHA

    Meski tubuh Sandara mendambakan David dan benaknya berkeras bahwa ini sudah cukup, hatinya lebih tahu. Dan ketika David melepasnya dengan tiba-tiba hingga ia mundur selangkah, Sandara tidak mengatakan apa pun. Davidlah yang berbicara. "Selamat tinggal," katanya dan membelakangi Sandara. Sandara berdiri di sana sesaat, kehilangan, malu, pedih saat air mata muncul serta menyengat matanya. Ia mengerjap-ngerjap, menelan gejolak emosi yang ditimbulkan ciuman David dan meninggalkan ruang kerja pria itu tanpa sepatah kata pun. Seharusnya tidak terasa semenyakitkan ini. David tetap mengarahkan pandangan ke jendela saat mendengar pintu ditutup pelan. Ia berharap mengucapkan selamat tinggal pada Sandara akan memacu tubuh serta benaknya melupakan gadis itu. Lupakan itu. Seluruh tubuhnya nyeri, nyeri dengan pemahaman bahwa ia kehilangan Sandara, ia mencintai Sandara. Tidak. Ia tidak mencintai Sandara Loise. Ia tidak akan menenggelamkan diri dalam perasaan tak berguna itu, resep bagi kesediha

  • MY SWEET CEO   PERPISAHAAN

    Hujan sudah mulai reda saat Sandara kembali ke kantor setelah libur akhir tahun. Suasana hatinya serupa dengan cuaca suram tersebut, yang ia rasakan sejak percakapan menyakitkan terakhir dengan David. Ia belum bertemu David sejak Hari terakhir mereka makan bersama, David meninggalkan rumah sore itu untuk kembali ke Jakarta dan bekerja. Sekarang, saat menyeret dirinya kembali ke kantor, Sandara bertanya-tanya apakah ia akan bertemu David. Apa yang akan dikatakan pria itu. Apa yang akan dirinya sendiri katakan. Benaknya terasa hampa dari kata-kata, bahkan pikiran. Ia merasa kebas, walau hal itu masih membiarkan dirinya menyadari kesedihan menganga yang mengaburkan sudut-sudut benaknya, ia merasa seolah sedang berseluncur di atas es yang sangat tipis dan bisa jatuh serta tenggelam dalam pusaran emosi kapan saja. Anin menyambutnya di ruang tunggu, terlihat berseri-seri dan gembira. Sepertinya, pikir Sandara dengan lega sekaligus getir, Anin telah pulih dari perlakuan buruk Stevan. "S

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status