Share

Bab 9

Author: Lucy Finston
Camila melihat dari kejauhan sebentar. Segera setelah itu, dia mengeluarkan sepasang sarung tangan panjang yang dihiasi mutiara dari dalam tasnya. Itu cocok sekali dengan perhiasan yang dikenakan oleh Amelia.

"Ini, pakailah untuk menutupi bekas luka. Selain itu, kenapa kakimu ada begitu banyak memar sih? Lain kali, jaga dirimu baik-baik," pesan Camila.

Melihat Camila berjongkok di lantai untuk menutupi memar di kakinya, Amelia nyaris saja memberitahunya tentang penyakitnya. Namun setelah dipikir-pikir, dia akhirnya mengurungkan niat.

Belakangan ini, sudah terlalu banyak hal yang harus dihadapi. Hal ini ... lebih baik nanti saja baru diceritakan kepada Camila.

Pada akhirnya, Amelia melangkah masuk ke ruang utama acara lelang. Hanya tersisa sepuluh menit sebelum acara lelang dimulai.

Amelia memeriksa daftar tamu dengan cermat dan sudah mempunyai perkiraan dalam hati. Gaun pengantin ini kemungkinan bisa terjual sekitar 20 miliar. Dengan begitu, dia tidak perlu lagi khawatir soal biaya perawatan untuk kakeknya.

Derren memasuki ruangan dan duduk. Yovana masih saja duduk di sebelahnya. Pria itu mengangkat kepala, lalu secara naluriah mencari sosok yang familier.

Derren melihat Amelia duduk di barisan depan. Punggungnya terlihat ramping dan kesepian. Rambut panjangnya yang bergelombang tergerai lembut di salah satu bahu, sementara sisi lainnya memperlihatkan tulang belikat yang menonjol. Hal itu mencolok di atas punggung putih mulusnya yang terbuka lebar.

Tenggorokan Derren terasa tercekat. Tubuhnya dilanda rasa panas yang muncul tanpa dia sadari. Rasanya ... dia belum pernah melihat Amelia memakai gaun seperti ini sebelumnya.

Amelia seperti mendengar seseorang memanggilnya. Ketika menoleh untuk mencari suara itu, pandangannya langsung bertemu dengan tatapan Derren yang penuh hasrat dan rasa ingin memiliki. Dalam sekejap, keramaian dan suara hiruk pikuk di dalam ruangan seolah-olah lenyap.

Derren melihat wajah Amelia yang berdandan dengan rapi dan cantik, tulang selangkanya yang anggun, serta kulit putih di bagian dadanya yang sedikit terbuka.

Di sisi lain, Amelia melihat gelombang hasrat di mata Derren dengan sangat jelas. Wanita itu pun menunduk dengan wajah sedikit memerah, lalu cepat-cepat mengalihkan pandangannya. Dia berdiri dan menoleh sambil melambaikan tangan.

Amarah Derren naik seiring dengan hasrat yang bergelora dalam dirinya. Dia menatap ke arah belahan gaun yang memperlihatkan kaki jenjang Amelia dengan kesal. Siapa yang menyuruhnya berpakaian seperti ini?

Dari kejauhan, terlihat putra kedua Keluarga Khoman sedang berjalan menuju Amelia. Seketika, suasana di sekitar dipenuhi bisik-bisik dan pembicaraan orang-orang. Ekspresi Derren menjadi sangat muram setelah mendengar semua itu.

"Itu Amelia? Kenapa aku nggak tahu dia secantik ini?"

"Padahal Derren ngotot mau cerai sama dia. Sekarang, aku malah nggak ngerti lagi. Menurutku, wanita cantik seperti dia nggak salah apa-apa."

"Yang duduk bareng dia itu putra kedua Keluarga Khoman, Jibran. Apa hubungan mereka? Kelihatannya dekat banget! Sejak kapan mereka saling kenal?"

"Lihat deh para pria tua di sekitar sana. Matanya seperti menempel terus ke tubuh Amelia."

Yovana juga mengikuti arah pandangan Derren dan mendapati Amelia yang berada di kejauhan. Hatinya langsung dipenuhi rasa benci.

Dari dulu, wajah Amelia saja sudah mirip wanita penggoda. Sekarang, dia malah berdandan seperti ini. Selain itu, sejak kapan dia dekat dengan Keluarga Khoman?

Saat melihat Amelia batuk beberapa kali dan Jibran memakaikan jas padanya, Yovana sontak merasa senang. Dia hampir lupa, wanita murahan ini sebentar lagi akan mati. Hari-hari dia bisa berbuat onar hanya tersisa sedikit.

Setelah Jibran duduk, napasnya masih belum stabil. Matanya yang bening terus memandang ke arah Amelia. Dia memuji, "Kak Amelia, hari ini kamu cantik banget. Boleh nggak aku lihat lebih lama?"

Amelia menyikutnya pelan sambil berujar, "Jangan main-main, kita datang ke sini buat cari uang. Kamu duduk yang tenang ya."

Jibran pun tidak bersikeras lagi. Dia duduk tegak dan mengarahkan pandangan ke atas panggung. Lelang akan segera dimulai.

Satu per satu barang lelang ditampilkan. Ada kipas dari Dinasti Kirtan, keramik Russo, anggur dari perkebunan terkenal Italea, dan juga catatan tangan asli dari penulis terkenal.

Suasana di ruangan perlahan-lahan menjadi lebih riuh. Akhirnya, tibalah pada barang lelang terakhir. Dibandingkan benda-benda antik yang mahal tadi, para tamu yang datang terlihat jauh lebih tertarik pada gaun pengantin karya Sanders ini.

Lampu-lampu di seluruh ruangan diredupkan. Sorotan lampu panggung dan cahaya dari lampu flash berkumpul ke satu titik. Gaun pengantin yang membutuhkan hampir satu tahun penuh pengerjaan dari Amelia dan sepenuhnya dibuat dengan tangan itu, kini diperlihatkan kepada semua orang.

Model mermaid yang anggun membuatnya terlihat elegan dan berkelas. Bagian belakangnya berupa ekor kipas yang bertingkat-tingkat.

Seluruh permukaan gaun dipenuhi renda bordir yang dibuat dengan teknik khusus. Bagian atasnya dibentuk dengan kilauan batu permata kecil dan mutiara untuk menonjolkan bentuk tubuh.

Jika diperhatikan baik-baik, pada lapisan renda yang bertumpuk itu, terdapat dua bunga iris yang dirancang untuk menggambarkan sepasang kekasih yang menemani satu sama lain sepanjang hidup. Teknik pengerjaannya benar-benar kelas atas.

Potongan dan perpaduan desainnya sangat sempurna. Hal tersebut membuat keseluruhan gaun pengantin memancarkan kilauan seperti dalam mimpi.

Ekspresi Derren sedikit berubah, lalu alisnya tanpa sadar mengerut. Dia sudah berkali-kali membayangkan seperti apa Amelia saat mengenakan gaun ini. Bahkan, dia selalu merasa bahwa gaun ini memang seperti diciptakan khusus untuknya.

Raut wajah Amelia tetap tenang. Dia sudah sangat mengenal gaun ini. Setiap tusukan jarum dan arah benangnya, semua dia ingat dengan jelas. Dia menjahitkan semua cinta dan harapannya terhadap pernikahan, terhadap Derren, ke dalam gaun pengantin ini satu demi satu.

Para tamu di ruangan sesekali berbisik atau berseru pelan ketika mendengar penjelasan tentang gaun di atas panggung.

Di hati Amelia, muncul rasa pahit yang tak tertahan. Mungkin setelah ini, dia tidak akan bisa lagi membuat gaun pengantin. Dia sudah tidak sanggup lagi menaruh harapan atau rasa hangat terhadap pernikahan.

Pemandu lelang berucap, "Harga awal 11 miliar. Lelang dimulai."

Jibran melirik ke arah Amelia yang duduk di sampingnya dengan tenang. Dia tidak menunjukkan tanda-tanda akan ikut menawar. Harga terus naik hingga mencapai 15 miliar, lalu intensitas penawaran mulai menurun.

Tiba-tiba, Jibran mengangkat papan penawaran sambil berujar, "17 miliar."

Ekspresi Derren langsung menjadi suram. Tatapannya yang dingin mengarah ke tempat Amelia duduk. Wanita itu terlihat menatap sekilas pada orang di sampingnya dengan ekspresi agak menyalahkan. Namun, Jibran hanya tersenyum. Dia menunduk dan membisikkan sesuatu, lalu tidak berbicara lagi.

Derren menatap wajah samping Amelia yang cantik dan dingin dengan alis mengerut. Dia tentu tidak sebodoh itu untuk terjebak dalam trik kecil yang dimainkan oleh Amelia dan Jibran.

Melihat Jibran mulai mengangkat papan untuk menawar, Yovana sontak menyangka bahwa Amelia ingin merebut kembali gaun pengantin Sanders tersebut. Dia menggertakkan giginya sambil tetap menjaga ekspresi sopan di wajahnya.

Saat Yovana hendak mengangkat papan penawaran, Derren malah mengulurkan tangan untuk menahannya. Dia bertanya, "Kamu harus banget punya gaun ini?"

Melihat harga sudah naik hingga 19 miliar, Yovana panik setengah mati dalam hatinya. Akan tetapi, wajahnya tetap manis dengan kesan sedih. Nada bicaranya juga terdengar manja ketika membalas, "Ya. Kak Derren, kamu juga tahu sendiri, 'kan? Aku sudah pernah bilang sebelumnya, tapi kamu malah lupa. Sekarang, lihat Kak Amelia mau menawar, kamu jadi nggak tega rebut ya ...."

Derren sangat emosi mendengar ucapannya, tetapi dia tidak bisa sembarangan marah. Seolah-olah kalau dia tidak membelikan gaun itu untuk Yovana, dia akan dianggap mengingkari janji.

Yovana menunduk dengan ekspresi sedih ketika menambahkan, "Ya sudah, kasih aja ke Kak Amelia saja. Aku nggak mau tawar lagi."

Derren tidak suka dipaksa seperti itu. Hanya saja, begitu teringat segala kelakuan Amelia yang membuatnya pusing dan jengkel, dia akhirnya memijat pelipis dan mengangkat papan penawaran. Dia berbicara, "30 miliar."

Seluruh ruangan pun langsung gempar. Amelia juga segera menoleh saking terkejutnya, lalu dia mendapati Derren yang berekspresi tegang. Di sampingnya, Yovana justru tersenyum manis sekali.

Jibran juga terlihat terkejut. Tak lama kemudian, dia mendekat dan berbisik di telinga Amelia, "Dia tawar setinggi itu, memangnya benaran mau beli? Jangan-jangan, dia mau kasih ke kamu?"

Amelia tersenyum sambil menutup mulutnya dengan tangan, lalu menjawab pelan, "Sekarang ... sepertinya bakal dikasih ke orang lain."

Jibran tidak bisa menahan tawa. Sesaat kemudian, dia berkomentar, "Dasar orang bodoh. Oke, kalau begitu aku tambah lagi tawarannya."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Maaf, Cinta Telah Hampa   Bab 50

    "Aku nggak bermaksud memaksamu. Nggak apa-apa kalau kamu masih menganggapku adik. Bergantunglah sedikit padaku ya?"Tatapan Amelia meredup, lalu dia mengalihkan pandangannya. Baginya, bergantung pada orang lain adalah hal yang sangat sulit sekarang.Saat kecil, dia bergantung pada kakeknya. Setelah dewasa, dia bergantung pada Derren. Namun, pada akhirnya semua itu hanya membuatnya tidak memiliki sandaran.Sesampainya di rumah Camila, Amelia mengeluarkan kunci dan masuk seperti biasa, lalu berseru dengan nada santai, "Camila, ada apa sih?"Camila yang memakai kacamata besar berbingkai hitam dan rambut digulung dengan pulpen ke atas kepala, langsung mendongak kaget. Kantong matanya tampak sangat hitam."Amelia? Kamu sudah selesai kemo? Bukannya harus dirawat dulu buat observasi?"Jibran yang berdiri di belakang hanya menunjukkan ekspresi pasrah, menyiratkan bahwa dirinya tak bisa menang melawan Amelia.Camila bangkit, mengambil air panas, lalu membungkus Amelia dengan selimut di atas ran

  • Maaf, Cinta Telah Hampa   Bab 49

    Yovana diam-diam melirik ke arah Derren. Wajah pria itu gelap menyeramkan, tangannya mencengkeram setir erat sampai jarinya memutih. Garis rahangnya menegang, mata gelapnya menyipit tajam. Jelas sekali bahwa dia sedang dalam puncak amarahnya.Yovana merasa takut, tetapi tetap memberanikan diri untuk menambahkan bumbu, "Kak Amelia hamil ya?"Begitu ucapan itu dilontarkan, dia seperti sadar dirinya salah berbicara. Dia langsung menarik napas tajam dan menutup mulutnya, memandang Derren dengan ekspresi panik. Padahal di dalam hati, dia justru bersorak puas. 'Amelia, gimana kamu mau mengelak lagi?'Derren menyatukan kedua tangan, tanpa sadar memutar cincin zamrud di jarinya. Dia tak berpikir sejauh itu. Yang membuatnya tak tahan adalah kedekatan Jibran dan Amelia yang terlalu mesra di matanya.Amelia mengenakan jas pria itu, tampak begitu rapuh, tetapi keindahannya membuatnya tak bisa memalingkan pandangan. Dua kepala saling bersandar, berbisik. Pemandangan itu membuat hati Derren terbakar

  • Maaf, Cinta Telah Hampa   Bab 48

    Kemunculan Jibran yang mendadak justru memancing ketidakpuasan dan serangan dari Keluarga Adhinanta. Bahkan di internal Grup Khoman, banyak yang mulai mempertanyakan dirinya. Terlebih lagi, demi membantu Amelia, Jibran rela mengorbankan impiannya menjadi pembalap.Itu sebabnya, Amelia merasa bersalah.Di ruang kemoterapi, alat-alat besar berdengung. Beberapa dokter berseragam putih sibuk dengan pekerjaan mereka.Amelia melangkah masuk. Pintu tebal tertutup di belakangnya. Dia menelan ludah tanpa sadar dan telapak tangannya mulai berkeringat."Bu Amelia, kita akan mulai. Saat kemoterapi, nggak bisa menggunakan obat bius, jadi akan terasa sakit. Kalau nggak tahan, kami akan segera hentikan."Amelia berbaring di ranjang perawatan. Tubuhnya sedikit kaku. "Baik ...."Dokter tersenyum menenangkan. "Nggak perlu khawatir. Dari peracikan hingga prosedur, ini adalah tim terbaik Grup Khoman. Pak Jibran pun mengawasi langsung. Tenang saja."Amelia mengangguk pelan. Kilatan cahaya perak melintas, j

  • Maaf, Cinta Telah Hampa   Bab 47

    Tengah malam, Amelia terbangun karena rasa sakit yang menusuk.Begitu membuka mata, yang terlihat hanyalah kegelapan. Di sekelilingnya, lampu-lampu indikator dari berbagai alat medis berkedip. Wajahnya terpasang masker oksigen, tubuhnya juga terpasang berbagai selang.Efek bius pasca operasi sudah habis. Kini, setiap bagian tubuhnya terasa sakit. Padahal tadi hanya demam biasa, kenapa bisa separah ini?Untuk pertama kalinya, Amelia benar-benar merasa dirinya sangat dekat dengan kematian. Tidak, mungkin ini kali kedua.Waktu baru menikah dengan Derren, mereka pernah liburan ke pulau tropis. Amelia memang tak tahan panas, tetapi tetap saja ingin bermain. Akhirnya, dia mengalami sengatan panas yang parah hingga nyaris meninggal.Saat itu, Derren bahkan rela mengenakan pakaian pelindung lengkap demi bisa berjaga di ICU. Dia berucap, "Aku harus melihatmu dengan mata kepala sendiri. Aku nggak bisa pergi sedetik pun."Amelia masih ingat jelas betapa paniknya Derren waktu itu. "Amelia, kalaupu

  • Maaf, Cinta Telah Hampa   Bab 46

    Mungkin karena malam sebelumnya tidak beristirahat dengan baik, kepala Amelia terasa nyeri dan berdenyut pelan. Hari ini adalah hari yang dijadwalkan untuk menjalani kemoterapi, tetapi Jibran tak kunjung muncul."Jibran itu ya .... Sejak acara lelang yang mengungkap identitasnya, aku merasa sudah jarang sekali lihat dia."Amelia batuk kecil dan mengangguk pelan. "Ya, aku juga khawatir. Derren sedang menyerang Grup Khoman."Camila terlihat sangat khawatir. "Amelia, kenapa suaramu serak banget? Sini."Begitu tangannya menyentuh dahi Amelia, Camila langsung melompat kaget. "Kenapa kamu demam tinggi begini? Kamu baik-baik saja?"Sambil terus mengomel, Camila mulai panik mencari plester kompres demam. Amelia mencoba bangkit, tetapi baru sadar seluruh tubuhnya terasa lemas, bahkan tak mampu turun dari tempat tidur. Pandangannya pun menggelap.Mungkin karena tidak istirahat dan juga masuk angin. Sebagai pasien leukemia, demam adalah hal yang sangat berbahaya.Amelia merasa kepalanya berputar

  • Maaf, Cinta Telah Hampa   Bab 45

    Derren menempatkan Yovana di kursi belakang mobil Cullinan hitam miliknya, lalu ikut masuk. Mobil segera meluncur meninggalkan hotel.Yovana berusaha terlihat tenang, tetapi akhirnya tidak tahan lagi. Kepalanya dimiringkan, lalu dia bersandar di bahu Derren dan menangis tersedu-sedu tanpa henti. "Kak Derren, maaf ...."Derren tetap duduk diam, matanya menoleh ke arah gadis di sampingnya. "Kenapa minta maaf?"Yovana menyeka air matanya. "Sejak aku muncul, rasanya aku hanya membuatmu tambah repot .... Kali ini aku cuma ingin melindungi Kak Amelia, tapi tetap saja berantakan. Kenapa semua bisa jadi seperti ini ...."Derren terdiam sesaat, lalu menarik selembar tisu dan menyerahkannya. Dengan suara rendah, dia menimpali, "Aku akan menyelidikinya. Lagian, ponsel Lukman memang dibuka oleh timku."Yovana langsung menoleh dengan ekspresi terkejut. "Pantas saja. Kalau nggak, mana mungkin dia punya suara Paman Lukman sebagai bahan rekaman ...."Dalam hati, Yovana mendengus dingin. Tentu saja dia

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status