Share

Bab 10

Penulis: Lucy Finston
Pemandu lelang menyapu pandangan ke seluruh ruangan, lalu berucap, "30 miliar untuk pertama kali, 30 miliar untuk kedua kali ...."

Dari jauh, saat Derren melihat Jibran dan Amelia saling berbicara dengan sangat akrab, emosi dalam dirinya langsung meledak.

Derren benar-benar ingin menyeret wanita itu pergi sekarang juga dan memberinya pelajaran dengan baik. Padahal mereka belum resmi bercerai. Amelia masih merupakan istri sahnya!

Yovana merasa seolah-olah sudah pasti menang. Dia bersandar santai di kursi roda seraya merasa dirinya adalah wanita paling beruntung malam ini.

Di sisi lain, Jibran dengan santai mengangkat papan penawaran. Sambil menoleh dan melirik ke arah Derren dengan senyum samar, dia berucap, "36 miliar."

Theo yang duduk di samping langsung terkejut. Dia sudah menyelidiki latar belakang Jibran. Uang tunai yang bisa dipakainya maksimal hanya sekitar 30 miliar. Sekarang dia malah menawar sampai 36 miliar, sudah pasti tidak cukup uangnya.

Derren tentu juga menyadari hal tersebut. Dengan santai dia meletakkan papan penawaran, menyilangkan tangan, lalu bersandar tenang di kursi sambil menonton pertunjukan. Jelas sekali, dia tidak berniat menawar lagi.

Amelia tidak menyangka harganya bisa naik sampai segitu. Hatinya mulai sedikit cemas. Apakah Jibran benar-benar punya uang sebanyak itu?

Meskipun Keluarga Khoman termasuk salah satu keluarga terkaya di seluruh negeri, bahkan setara dengan Keluarga Adhinanta, Jibran sendiri hanyalah anak muda yang baru kembali ke keluarga itu. Belum tentu dia punya uang tunai sebanyak itu.

Dengan nada agak khawatir, Amelia berkata pelan, "Jangan tawar terlalu tinggi ya."

Jibran hanya mengedipkan mata padanya dan menepuk punggung tangannya dengan tenang. Dia menimpali, "Tenang saja. Kalau dia sudah berhenti menawar, wanita di sebelahnya belum tentu bisa duduk diam."

Yovana masih belum sadar bahwa semua tindakannya sudah dibaca oleh Jibran. Melihat Derren tidak berniat menawar lagi, dia pun panik dan mencengkeram lengan baju pria itu erat-erat. Dia bertanya, "Kak Derren, kamu nggak lanjut tawar? Tinggal satu kali lagi, kita pasti bisa dapat!"

Raut wajah Derren menunjukkan ketidaksabaran. Dia menarik lengannya dari genggaman Yovana sambil menjawab dingin, "Beli yang lain saja."

Pemandu lelang berkata, "36 miliar untuk pertama kali, 36 miliar untuk kedua kali ...."

Dalam hatinya, Jibran mulai memikirkan cara meminjam uang dari kakaknya. Dia memang hanya punya uang tunai sebanyak 30 miliar. Tepat sebelum palu diketukkan, tiba-tiba terdengar suara nyaring seorang wanita. "40 miliar!"

Yovana mengangkat papan penawaran dengan nekat. Kalau kakinya tidak bermasalah, dia mungkin sudah berdiri karena terlalu bersemangat. Kini dia sadar, Derren bukan tidak sanggup membayar sebanyak itu. Pria itu hanya tidak mau menghabiskan uang sebanyak itu untuk dirinya!

Dulu saat bersama Amelia, mobil mewah, tas bermerek, perhiasan, semuanya Derren belikan tanpa ragu. Bahkan, rumah setelah mereka menikah adalah properti mewah yang nilainya ratusan miliar.

Setelah tiga kali pemanggilan oleh pemandu lelang, palu pun diketukkan. "Sah, terjual seharga 40 miliar!"

Seiring terdengarnya riuh tepuk tangan dan sorakan di ruangan, raut wajah Derren menjadi sangat muram. Dia diam saja dengan rahang menegang dan ekspresi sangat tidak senang. Derren merasa bahwa selama ini, dia sudah terlalu memanjakan Yovana!

Yovana yakin, Derren tidak akan membiarkannya malu di depan umum. Namun, yang membuatnya paling marah adalah raut wajah Amelia yang terlihat bahagia setelah gaun itu laku terjual. Amelia sangat jelas ingin gaun pengantin itu terjual dengan harga tinggi.

Derren terbiasa selalu dituruti, baik di keluarga maupun di dunia bisnis. Namun sekarang baik Amelia maupun Yovana, mereka mulai terang-terangan melawannya!

Theo merasa sangat pusing. Dalam hati, dia sudah berdoa pada semua dewa yang dia tahu. Yovana sama sekali tidak tahu cerita di balik gaun pengantin itu. Kalau sampai tahu, bisa-bisa dia membuat keributan besar.

Uang 40 miliar mungkin bukan apa-apa bagi Derren. Hanya saja cara uang itu keluar ... benar-benar membuatnya geram.

Jibran menahan tawanya sambil tetap bersikap tenang. Dia diam-diam mengacungkan dua jari ke arah Amelia, lalu berucap, "Astaga, untung saja. Aku hampir harus pinjam duit tadi."

Amelia pun ikut tersenyum. Dia tahu Yovana pasti tidak punya uang sebanyak itu. Pada akhirnya, yang menanggung semua tetaplah Derren.

Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, Amelia merasa lega dalam hati. Harga yang didapat dari gaun itu sedikit lebih tinggi dari perkiraannya. Mungkin uang itu bisa dipakai untuk pengobatan atau menyewa orang untuk menyelidiki kematian ibunya dulu ....

Lamunan Amelia terhenti saat ponselnya bergetar. Pesan dari Camila masuk.

[ Kamu ke belakang panggung dulu. Sebentar lagi, giliran kamu tampil setelah semua proses selesai. ]

Amelia membalas dengan emoji "oke", lalu memberi isyarat kepada Jibran dan meninggalkan tempat duduknya.

Demi menjaga harga diri, Derren tetap mendorong kursi roda Yovana ke atas panggung untuk menandatangani perjanjian pembelian dan menyelesaikan prosesnya meskipun sangat kesal. Di bawah panggung, orang-orang mulai berbisik.

"Bukannya itu anak angkat baru Keluarga Adhinanta? Sepertinya bukan anak angkat deh, lebih mirip calon menantu."

"Bahkan sudah dibelikan gaun Sanders segala, apa lagi yang perlu dijelaskan? Masa itu cuma perhatian kakak ke adik? Aku sih nggak percaya."

"Benar banget. Derren mulai ribut mau cerai sama Amelia itu setelah wanita ini menjadi anak angkat Keluarga Adhinanta."

"Jadi, Amelia sengaja mendekati Pak Jibran? Wah, gosipnya makin panas nih."

Melihat wajah Derren yang tetap dingin tetapi tetap menyelesaikan proses penandatanganan dengan cepat, hati Yovana terasa manis. Senyuman di wajahnya pun tak bisa disembunyikan.

Derren mendorong Yovana ke sisi panggung. Saat itu, pemandu lelang mulai berbicara, "Hari ini, kita sangat beruntung karena berhasil mengundang langsung Sanders. Ini juga merupakan penampilan publik pertamanya. Semuanya, mari kita menyambutnya."

Sorotan lampu langsung tertuju ke sisi panggung. Seorang wanita melangkah mantap ke depan dengan sepatu hak tinggi. Rambut hitam panjangnya yang bergelombang dibiarkan tergerai. Gaun beludru bertali yang dikenakannya memiliki belahan tinggi. Setiap langkah Amelia terlihat begitu elegan dan memikat.

"Nggak mungkin? Astaga, masa dia sih?"

"Ini cuma sensasi doang, 'kan? Jangan-jangan, ini rekaman acara varietas? Di mana kameranya?"

"Mana mungkin bohong? Ini Acara Lelang Sofi. Nggak mungkin mereka main-main sama reputasi sendiri. Semuanya pasti sudah diverifikasi dulu."

"Aduh, nggak sanggup. Aku butuh waktu buat mencerna ini."

Yovana buru-buru meminta Derren untuk membalikkan arah. Dia tidak sabar menunggu sampai balik ke bawah panggung. Dia ingin lihat langsung siapa sebenarnya Sanders!

Saat lampu sorot benar-benar menerangi panggung, senyum Yovana membeku di wajahnya. Matanya memerah, sementara ekspresinya perlahan berubah menjadi marah dan tak percaya. Bagaimana mungkin? Mana mungkin itu Amelia?

Derren juga melihat dengan jelas sosok wanita di bawah sorotan cahaya itu. Dia berdiri dengan percaya diri dan anggun di depan semua orang.

Derren sontak mengepalkan tangan. Urat-urat di punggung tangannya mencuat, sementara matanya dipenuhi rasa kaget yang tak bisa disembunyikan. Sanders ternyata adalah Amelia!

Derren teringat saat Amelia dengan hati-hati menanyakan pendapatnya tentang gaun pengantin tersebut ....

Dengan segala cara, Derren akhirnya berhasil membeli gaun pengantin itu. Kemudian, dia memberikannya kepada Yovana seolah-olah sedang memberikan harta paling berharga.

Pada saat ini, Derren merasa dirinya benar-benar seperti orang bodoh. "Hmph .... Mempermainkanku ya."

Sepasang mata Derren sudah memerah seperti singa yang sedang marah. Dendam lama dan baru di antara mereka, tentu tidak bisa dibiarkan begitu saja!

"Kak Derren, kamu mau ke mana?" tanya Yovana yang terduduk lemas di tempat. Dia hanya bisa menyaksikan Derren menghilang ke belakang panggung.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Maaf, Cinta Telah Hampa   Bab 50

    "Aku nggak bermaksud memaksamu. Nggak apa-apa kalau kamu masih menganggapku adik. Bergantunglah sedikit padaku ya?"Tatapan Amelia meredup, lalu dia mengalihkan pandangannya. Baginya, bergantung pada orang lain adalah hal yang sangat sulit sekarang.Saat kecil, dia bergantung pada kakeknya. Setelah dewasa, dia bergantung pada Derren. Namun, pada akhirnya semua itu hanya membuatnya tidak memiliki sandaran.Sesampainya di rumah Camila, Amelia mengeluarkan kunci dan masuk seperti biasa, lalu berseru dengan nada santai, "Camila, ada apa sih?"Camila yang memakai kacamata besar berbingkai hitam dan rambut digulung dengan pulpen ke atas kepala, langsung mendongak kaget. Kantong matanya tampak sangat hitam."Amelia? Kamu sudah selesai kemo? Bukannya harus dirawat dulu buat observasi?"Jibran yang berdiri di belakang hanya menunjukkan ekspresi pasrah, menyiratkan bahwa dirinya tak bisa menang melawan Amelia.Camila bangkit, mengambil air panas, lalu membungkus Amelia dengan selimut di atas ran

  • Maaf, Cinta Telah Hampa   Bab 49

    Yovana diam-diam melirik ke arah Derren. Wajah pria itu gelap menyeramkan, tangannya mencengkeram setir erat sampai jarinya memutih. Garis rahangnya menegang, mata gelapnya menyipit tajam. Jelas sekali bahwa dia sedang dalam puncak amarahnya.Yovana merasa takut, tetapi tetap memberanikan diri untuk menambahkan bumbu, "Kak Amelia hamil ya?"Begitu ucapan itu dilontarkan, dia seperti sadar dirinya salah berbicara. Dia langsung menarik napas tajam dan menutup mulutnya, memandang Derren dengan ekspresi panik. Padahal di dalam hati, dia justru bersorak puas. 'Amelia, gimana kamu mau mengelak lagi?'Derren menyatukan kedua tangan, tanpa sadar memutar cincin zamrud di jarinya. Dia tak berpikir sejauh itu. Yang membuatnya tak tahan adalah kedekatan Jibran dan Amelia yang terlalu mesra di matanya.Amelia mengenakan jas pria itu, tampak begitu rapuh, tetapi keindahannya membuatnya tak bisa memalingkan pandangan. Dua kepala saling bersandar, berbisik. Pemandangan itu membuat hati Derren terbakar

  • Maaf, Cinta Telah Hampa   Bab 48

    Kemunculan Jibran yang mendadak justru memancing ketidakpuasan dan serangan dari Keluarga Adhinanta. Bahkan di internal Grup Khoman, banyak yang mulai mempertanyakan dirinya. Terlebih lagi, demi membantu Amelia, Jibran rela mengorbankan impiannya menjadi pembalap.Itu sebabnya, Amelia merasa bersalah.Di ruang kemoterapi, alat-alat besar berdengung. Beberapa dokter berseragam putih sibuk dengan pekerjaan mereka.Amelia melangkah masuk. Pintu tebal tertutup di belakangnya. Dia menelan ludah tanpa sadar dan telapak tangannya mulai berkeringat."Bu Amelia, kita akan mulai. Saat kemoterapi, nggak bisa menggunakan obat bius, jadi akan terasa sakit. Kalau nggak tahan, kami akan segera hentikan."Amelia berbaring di ranjang perawatan. Tubuhnya sedikit kaku. "Baik ...."Dokter tersenyum menenangkan. "Nggak perlu khawatir. Dari peracikan hingga prosedur, ini adalah tim terbaik Grup Khoman. Pak Jibran pun mengawasi langsung. Tenang saja."Amelia mengangguk pelan. Kilatan cahaya perak melintas, j

  • Maaf, Cinta Telah Hampa   Bab 47

    Tengah malam, Amelia terbangun karena rasa sakit yang menusuk.Begitu membuka mata, yang terlihat hanyalah kegelapan. Di sekelilingnya, lampu-lampu indikator dari berbagai alat medis berkedip. Wajahnya terpasang masker oksigen, tubuhnya juga terpasang berbagai selang.Efek bius pasca operasi sudah habis. Kini, setiap bagian tubuhnya terasa sakit. Padahal tadi hanya demam biasa, kenapa bisa separah ini?Untuk pertama kalinya, Amelia benar-benar merasa dirinya sangat dekat dengan kematian. Tidak, mungkin ini kali kedua.Waktu baru menikah dengan Derren, mereka pernah liburan ke pulau tropis. Amelia memang tak tahan panas, tetapi tetap saja ingin bermain. Akhirnya, dia mengalami sengatan panas yang parah hingga nyaris meninggal.Saat itu, Derren bahkan rela mengenakan pakaian pelindung lengkap demi bisa berjaga di ICU. Dia berucap, "Aku harus melihatmu dengan mata kepala sendiri. Aku nggak bisa pergi sedetik pun."Amelia masih ingat jelas betapa paniknya Derren waktu itu. "Amelia, kalaupu

  • Maaf, Cinta Telah Hampa   Bab 46

    Mungkin karena malam sebelumnya tidak beristirahat dengan baik, kepala Amelia terasa nyeri dan berdenyut pelan. Hari ini adalah hari yang dijadwalkan untuk menjalani kemoterapi, tetapi Jibran tak kunjung muncul."Jibran itu ya .... Sejak acara lelang yang mengungkap identitasnya, aku merasa sudah jarang sekali lihat dia."Amelia batuk kecil dan mengangguk pelan. "Ya, aku juga khawatir. Derren sedang menyerang Grup Khoman."Camila terlihat sangat khawatir. "Amelia, kenapa suaramu serak banget? Sini."Begitu tangannya menyentuh dahi Amelia, Camila langsung melompat kaget. "Kenapa kamu demam tinggi begini? Kamu baik-baik saja?"Sambil terus mengomel, Camila mulai panik mencari plester kompres demam. Amelia mencoba bangkit, tetapi baru sadar seluruh tubuhnya terasa lemas, bahkan tak mampu turun dari tempat tidur. Pandangannya pun menggelap.Mungkin karena tidak istirahat dan juga masuk angin. Sebagai pasien leukemia, demam adalah hal yang sangat berbahaya.Amelia merasa kepalanya berputar

  • Maaf, Cinta Telah Hampa   Bab 45

    Derren menempatkan Yovana di kursi belakang mobil Cullinan hitam miliknya, lalu ikut masuk. Mobil segera meluncur meninggalkan hotel.Yovana berusaha terlihat tenang, tetapi akhirnya tidak tahan lagi. Kepalanya dimiringkan, lalu dia bersandar di bahu Derren dan menangis tersedu-sedu tanpa henti. "Kak Derren, maaf ...."Derren tetap duduk diam, matanya menoleh ke arah gadis di sampingnya. "Kenapa minta maaf?"Yovana menyeka air matanya. "Sejak aku muncul, rasanya aku hanya membuatmu tambah repot .... Kali ini aku cuma ingin melindungi Kak Amelia, tapi tetap saja berantakan. Kenapa semua bisa jadi seperti ini ...."Derren terdiam sesaat, lalu menarik selembar tisu dan menyerahkannya. Dengan suara rendah, dia menimpali, "Aku akan menyelidikinya. Lagian, ponsel Lukman memang dibuka oleh timku."Yovana langsung menoleh dengan ekspresi terkejut. "Pantas saja. Kalau nggak, mana mungkin dia punya suara Paman Lukman sebagai bahan rekaman ...."Dalam hati, Yovana mendengus dingin. Tentu saja dia

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status