Share

Bab 58

Aku menyadarkan tubuh di teras masjid agung. Rasanya tubuh ini enggan melangkah pergi. Begitu damai rumah Allah ini. Beban yang aku tanggung seakan hilang dalam sekejap.

Krucuukk...

Suara perut terdengar jelas. Ya, pasti cacing di dalamnya sudah protes meminta haknya. Aku baru ingat,siang tadi tak ada seciul makanan yang masuk. Akibat ancaman Om Damar yang masih mendominasi pikiran hingga membuatku tak nafsu makan.

Ah, betapa bodohnya diriku ini! Kalau sakit aku juga yang rasain. Kenapa mesti memikirkan orang lain? Bukakah orang lain bahkan tak perduli dengan perasaanku.

Febi dan Om Damar tak ada yang mengerti perasaanku. Mereka hanya mementingkan perasaan mereka sendiri. Sudah, saatnya aku berpikir jalan yang harus ku ambil untuk menyelamatkan perusahaan saat Om Damar menghentikan kucuran dananya.

Menghirup oksigen agar masuk ke paru-paru, aku menetralisir amarah yang ada di dada.

Melajukan kendaraan roda empat, aku mencari rumah makan padang. Entah kenapa aku menginginkan maka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status