“Bro, Ada hal penting yang pengen gua omongin.”
“Apa Bro?”
“Tunangan Lo selingkuh dengan Raka.”
Anas, temanku mengirimkan pesan yang mengejutkan pagi itu. Dia bekerja di bawah perusahaan kapal pesiar yang sama dengan Disha, tunanganku serta Raka.
Beberapa saat kemudian, foto-foto dia kirimkan. Terlihat di beberapa kesempatan, mereka mengumbar kemesraan, di kantin, Bar, dan pada saat hang out dari kapal. Yang lebih gila, ternyata mereka tidur se- cabin (Kamar).
“Sebenernya gua enggak mau ikut campur Bro, tapi gua kasihan sama Lo-nya. Gua dengar habis Disha sign off Lo mau nikahin dia ya? Ini gua kasih tahu faktanya, Bro daripada Lo nyesel nantinya.”
“Men, Ngelamun saja. tebak-tebakan warna bikini yuk?”
Aku mendecak saat Gede membuyarkan lamunanku. Lamunan tentang perkataan Anas beberapa waktu lalu yang seharusnya aku lupakan.
“Coba tebak bule itu pakai bikini warna apa?”
Aku menoleh dengan malas ke arah telunjuk Gede. Seorang Bule berkulit hitam nan seksi berenang membelah kolam hotel itu. Kalau dilihat dari penampilannya yang eksotis, Pasti bikini warna putih yang paling cocok. Kontras dengan kulitnya. Terlihat seksi. Sial! bisa-bisanya aku menjawab perkataan Gede di tengah pikiranku yang tengah kacau ini.
“Enggak tahu, abu-abu mungkin.”
“Lo harus traktir gua minum lagi nih, jelas salah Men. Bule itu pakai bikini warna putih.” Gede terkikik.
Aku mengedikkan bahu jengah. Ketika Bule itu muncul ke permukaan dengan kedua tangannya tertumpu ke tepi kolam. Terlihat jelas bikini putih itu. Namun, pemandangan yang lebih menakjubkan tatkala bulatan sintal yang sangat montok dan sekal terlihat oversize. Bikini putih itu jelas sangat tersiksa, atau malah beruntung.
“Lihat Men! Montok sekali! Gaya nungging pasti enak tuh.” Seketika Gede berseru. Refleks saking terkesimanya. Aku hanya menggeleng pelan. Untung saja mayoritas di kolam itu adalah Bule yang tidak faham apa maksud dari Gede. Kalau tidak bisa-bisa dia kena kasus pelecehan. Isu pelecehan sangat sensitive di pulau Dewata ini.
“Jaga sikapmu Goblok!”
Gede langsung tersadar ketika aku mentoyor kepalanya. Memang harus begitu supaya dia tidak overeacted dengan wanita-wanita yang bening. Memang pada dasarnya garangan sulit sekali dikendalikan birahinya.
“Sorry Men, Lagian, Lo Juga, Bukannya berlibur malah sering melamun. Gua niatnya menghibur Lo biar Lo enggak galau gara-gara cewek enggak tahu diri itu.”
Aku tertohok. Memang sengaja aku mengajak Gede berlibur ke Bali. Selain, dia mempunyai masa kecil di Bali, sebelum akhirnya pindah ke Jakarta karena orang tuanya bekerja di Syahbandar, sehingga dia cukup tahu seluk beluk Bali.
Dia juga memiliki cara yang unik untuk mencairkan suasana, salah satunya dengan celotehannya yang jenaka . Sekaligus dia pendengar yang sangat baik. Apalagi, saat aku mengetahui berita perselingkuhan Disha, tunanganku sendiri bersama dengan Raka, orang yang aku kira sahabat, di kapal pesiar. Kepercayaan yang aku letakkan ternyata menikamku dengan sangat dalam.
“Sudahlah Men, Lupakan Gisha. Gua paham perasaan lo yang sudah berjuang, setia menunggu, bahkan lo selalu menolak kalau gua ajak enak-enak sama cewek ke puncak. Tapi, balasannya?”
Gede berbicara selayaknya cowok yang menasehati sahabatnya. Dia yang paling tahu brengseknya aku di masa lalu. Namun, semua itu aku tinggalkan semenjak aku menjalin hubungan dengan Gisha. Wanita pertama yang membuatku yakin untuk menjadi pribadi yang dewasa dan bertanggung jawab. Di mana seharusnya kepulangannya nanti akan menjadi momen sakral pernikahan kita.
“Lagian Gua masih gak habis pikir sama Raka, bisa-bisanya cewek temen sendiri diembat. Belum pernah apa dia ditelanjangin terus digantung di monas.”
Aku tertawa terbahak-bahak mendengar celotehan Gede. Bisa-bisanya dia ngebanyol ketika lagi serius seperti ini.
“Bukannya Lo satu spesies sama dia?”
“Gak lah, seburuk-buruknya gua enggak akan ngembat punya temen, Men. Meskipun, gua buaya, tapi masih kategori baik.”
Tawaku semakin kencang. Tidak salah membawa si kunyuk satu ini. Sakit perut aku dibuatnya.
“Nah gitu, Men. Ketawa. Lepaskan semua beban. Orang ganteng kayak Lo enggak pantes galau. Hilang Gisha, masih banyak yang mengantri. Apalagi sebentar lagi Lo akan bertemu dengan kenalan Lo di f******k. Siapa namanya?”
“I Kadek Agni Saraswati.”
“Widih! Sampai hafal nama lengkapnya. Fix jodoh itu.”
Aku tersenyum tipis sambil melirik wallpaper yang terpampang wajah ayu Agni. Gadis berusia dua puluh satu tahun yang menurutku lebih dewasa dari umurnya. Dari gaya bahasanya dalam mengirim pesan, perhatiannya, dan yang terpenting nyambung kalau berbicara segala hal. Jujur, aku suka sekali dengan kepribadiannya. Tak jarang aku juga memberikan atensi lebih yang membuatnya tersipu.
Sebenernya, aku bukan tipe orang yang suka berkelana di sosial media. Walaupun banyak sekali akun yang kirim pesan. Entah, akun asli atau tidak. Yang kebanyakan kirim pesan dengan sangat manja, bahkan tidak jarang kirim foto anggota badan.
Agni saja yang berbeda.
“Assalammualaikum Mas, perkenalkan nama saya Agni. Saya sudah sejak lama mengikuti akun f******k Mas, Boleh tidak kita saling mengenal.”
Aku mengernyit dahi sambil nyengir. Sopan sekali cara bicaranya. Menandakan pribadi yang menjunjung etika sekalipun mau dekat dengan lawan jenis. Terlebih pada saat itu, aku merasa kosong karena Disha sulit dihubungi, terkesan menjaga jarak.
Hanya saja, Agni selalu menolak kalau diajak video call dan memintaku langsung menemuinya di Bali. Well, it is not a big deal.
“Oh, iya Men, gimana dengan rencana pernikahan Lo dengan Gisha? Lo cancel kan?” Gede bertanya dengan hati-hati. Dia sangat tahu betapa ribetnya aku mengurus pernikahan. Kebetulan aku akan menggunakan Ballroom Hotel di mana aku bekerja. Sebagai Manajer devisi Fnb, aku bisa meminta Gede, bawahanku bagian banquite untuk mengurus semuanya, mulai dari dekorasi, tata ballroom, dan juga makannya. Semua jajaran staff hotel mendukung penuh acara pernikahanku itu. Bisa dibayangkan kalau acara pernikahan itu sampai dibatalkan.
“Bagaimana mau dibatalkan Men? Aku sudah bayar sampai lunas. Tinggal menunggu kepulangan Disha sebenernya.”
Gede mengeratkan rahangnya. Kesal mungkin karena sahabatnya yang paling ganteng ini dipermainkan.
“Lo suruh saja Raka mengganti semuanya. Jadi yang nikah Raka dan Disha.” Gede memaparkan solusi yang mindblowing. Andai semua bisa semudah itu. Uang bisa kembali, tapi bagaimana dengan harga diri!
Belum sempat aku menanggapi perkataan Gede. Tiba-tiba, dari arah pintu penghubung restoran dan kolam renang, munculah sosok wanita anggun menggunakan kebaya bali. Langkah kecilnya begitu ciamik dengan kain jarik yang menutupi. Tubuh semampainya berjalan tegak memancarkan senyum menawan. Rambutnya tergerai curly sampai ke bahu. Aku sampai tidak berkedip saat wanita bak bidadari tanpa sayap mendekat. Mendadak aku mencium aroma kewanitaan yang semakin lama semakin menguar kuat.
Malam itu, Dani mengajak Agni dan Daniel untuk makan di luar. Ini adalah untuk pertama kalinya mereka makan bertiga layaknya keluarga yang utuh. Agni tentu sangat antuasias sekali dan berdandam semaksimal mungkin untuk makan malam mereka ini.Sebuah restoran mewah yang terletak di rooftop tertinggi di kota itu. Tentu nuansa outdoor yang dipilih sehingga suasana menjadi sangat mendukung dengan pemandangan kota yang tampak ekstetik dari atas sana. Ditambah lagi music yang romantis yang lebih cocok untuk pasangan muda-mudi menghabiskan waktu. Dan memang kebanyakan dari pengunjung adalah pasangan kekasih. Hanya mereka yang membawa anak. Tetapi itu tidak menjadi masalah karena keharmonisan pasangan juga berarti keharmonisan keluarga juga kan?“Mau pesan apa?” tanya Dani. Pria itu terlihat tampan dengan hem putih lengan panjang yang di tekuk di bagian lenganya. Sangat kontras dengan celana jeans biru dongker yang dia kenakan. Serta aksesoris berkelas berupa kalung titanium dan jam tangan ya
Agni menggelengkan kepalanya. Menghapus bayangan yang tidak-tidak. Dia pun duduk di meja rias. Mengalihkan perhatiannya dengan memoles lipstick di bibir sensualnya. Tetapi tetap saja libidonya sulit untuk terhapus.Tiba-tiba, Agni tersentak saat mendapati sekelabat bayangan di belakangnya. Dia langsung menoleh dan mendapati sang suami yang sedang berjalan menuju pintu dan menguncinya rapat. Begitu Pria bertubuh binaraga itu membalikan badannya, seketika pandangan Agni langsung tertuju kebagian itu. Terlihat besar menggelantung siap tempur. Agni hanya meneguk ludah. Entah kenapa pandangannya selalu tertuju di bawah sana.Agni berusaha menaikan pandangannya. Menyusuri tubuh perkasa yang ditumbuhi bulu yang halus maskulin di sana sini, sampai pandangannya terhenti tepat di wajah Dani yang tampak tersenyum nakal. Agni yang terhenyak langsung mengalihkan pandangannya ke cermin rias berpura-pura untuk memoles lipsticknya kembali.Jujur libido Agni meningkat drastis pada saat itu. Dengan han
Dani baru saja pulang dari bekerja. Ada banyak beban di pundaknya, tetapi dia tidak ingin memperlihatkannya kepada siapapun terutama Agni dan Daniel. Sebagai pria dewasa, sudah biasa baginya menanggung beban yang berat.Dani berjalan dengan cepat menuju ruang tamu. Mengitarkan pandangan sejenak. Biasanya ada Daniel yang akan berlarian mendekatinya. Menyambutnya dengan pelukan. Tetapi, ini dia terheran sendiri kemana perginya buah hatinya tersebut.Sembari melonggarkan dasinya, dia menaiki tangga. Pertama dia membuka kamarnya, tetapi tidak menemukan istrinya di dalam. Dia mengernyit dahi. Berpikir kemana kedua belahan jiwanya tersebut.Akhirnya dia bergeser menuju kamar anaknya. Karena dia membuka pintu dengan tiba-tiba, terlihat orang yang berada di dalamnya langsung menoleh ke pintu. Terlihat Daniel yang sedang bersama dengan Agni di meja belajar. Begitu melihat siapa yang membuka pintu, Daniel sumringah dan berlarian memeluk kaki ayahnya.“Yeah! Papa sudah pulang,” seru Daniel. Dani
Kehidupan kembali normal. Pagi itu, Agni dan Dani melakukan aktifitas pagi seperti biasanya. Agni menyiapkan segala keperluan suaminya. Dia sangat enjoy melayani Dani meskipun dia adalah pemilik perusahaan namun tetap saja dia harus berbakti kepada sang suami.Dani melarang Agni untuk pergi bekerja. Memintanya untuk di rumah. Menjadi ibu rumah tangga dan juga mengurus PraDani. Sedangkan dirinya bertindak sebagai Ceo dan juga owner untuk memantau semua direktur yang ada di bawah perusahaan Hartono group.“Sayang, Mas berangkat dulu ya,” ucap Dani di teras rumah. Setelah selesai sarapan, Agni mengantarkan sang suami sampai ke teras untuk melepasnya bekerja.“Tunggu dulu, Mas.” Agni mengamit tangaan suaminya yang akan beranjak ke mobil. Pria itu membalikan badan dan melihat ke arah Agni. Senyumnya mengembang saat Agni ternyata mengamit tangannya dan mencium punggung tangannya dengan takzim.“Hati-hati ya, Mas,” ucap Agni yang sudah menegakkan badannya. Dani membalas dengan mengusap punda
Berselang dua hari,Sampailah di penghujung bulan madu mereka. Sebenernya Agni masih belum rela jika momen kebersamaan mereka cepat berakhir. Namun, realita menariknya kepada kehidupan yang sebenernnya. Asistennya sudah memberi tahunya mengenai beberapa pekerjaan yang harus ditangani. Dan juga dia pasti sudah sangat rindu dengan anak semata wayangnya, Daniel.Dani tampak berdiri di depan cermin rias sambil mengenakan jaket kulitnya yang terlihat sesak. Tubuh Dani yang besar dan berotot bagai beruang kadang membuat Agni tersenyum sendiri. Membuatnya selalu ingin memeluknya dengan manja setiap waktu.Dani mengernyitkan dahi saat melihat dari pantulan cermin. Agni yang tiba-tiba menubruk tubuh bagian belakangnya dan memeluknya dengan erat.”Ada apa, Sayang?” tanya Dani dengan lembut sambil memegang tangan lembut Agni yang melintang di dadanya.“Enggak, apa-apa, Mas. Pengen peluk saja,” balas Agni yang membenamkan kepalanya dengan nyamannya. Dani hanya tersenyum tipis.“Pasti enggak rela
”Jangan berhenti, Mas,” pinta Agni. Dani yang mendengarnya pun bersemangat. Lalu yang tidak di sangka, Dani bergerak secepat kilat yang membuat Agni seperti terhentak-hentak. Ibarat naik roller coaster dengan intensitas getaran yang sangat tinggi. Sungguh Agni sangat terkejut sekaligus bahagia akan hal itu.Dani melakukannya sambil berjalan ke keluar dari kamar mandi dan berhenti di tepi ranjang. Karena sudah cukup lama melakukannya, maka Dani merebahkan tubuh Agni di atas ranjang. Di luar dugaan, Agni tampak mengulurkan tangannya pertanda dia meminta lagi.“Apa? Masih kurang?” tanya Dani menggoda. Agni dengan wajah erotis hanya mengangguk saja. Dani tampak tersenyum tipis. Dia tidak menyangka kalau gairah Agni begitu membeludak. Mungkin ini bawaan benih yang ada di dalam perutnya.Dani dengan tenang berjalan ke ruang tamu. Mengambil kotak rokok dan menyalakannya. Lalu, kembali berjalan ke kamar. Dia menikmati kepulan asap sambil melihat Agni yang terus menggeliat di atas ranjang. Dia