Share

Mabuk Janda
Mabuk Janda
Author: Saga

Bau Kewanitaan Yang Menggairahkanku

“Bro, Ada hal penting yang pengen gua omongin.”

“Apa Bro?”

“Tunangan Lo selingkuh dengan Raka.”

Anas, temanku mengirimkan pesan yang mengejutkan pagi itu. Dia bekerja di bawah perusahaan kapal pesiar yang sama dengan Disha, tunanganku serta Raka.

Beberapa saat kemudian, foto-foto dia kirimkan. Terlihat di beberapa kesempatan, mereka mengumbar kemesraan, di kantin, Bar, dan pada saat hang out dari kapal. Yang lebih gila, ternyata mereka tidur se- cabin (Kamar).

“Sebenernya gua enggak mau ikut campur Bro, tapi gua kasihan sama Lo-nya. Gua dengar habis Disha sign off  Lo mau nikahin dia ya? Ini gua kasih tahu faktanya, Bro daripada Lo nyesel nantinya.” 

“Men, Ngelamun saja. tebak-tebakan warna bikini yuk?”

Aku mendecak saat Gede membuyarkan lamunanku. Lamunan tentang perkataan Anas beberapa waktu lalu yang seharusnya aku lupakan.

“Coba tebak bule itu pakai bikini warna apa?”

Aku menoleh dengan malas ke arah telunjuk Gede. Seorang Bule berkulit hitam nan seksi berenang membelah kolam hotel itu. Kalau dilihat dari penampilannya yang eksotis,  Pasti bikini warna putih yang paling cocok. Kontras dengan kulitnya. Terlihat seksi. Sial! bisa-bisanya aku menjawab perkataan Gede di tengah pikiranku yang tengah kacau ini.

“Enggak tahu, abu-abu mungkin.”

“Lo harus traktir gua minum lagi nih, jelas salah Men. Bule itu pakai bikini warna putih.” Gede terkikik. 

Aku mengedikkan bahu jengah. Ketika Bule itu muncul ke permukaan dengan kedua tangannya tertumpu ke tepi kolam. Terlihat jelas bikini putih itu. Namun, pemandangan yang lebih menakjubkan tatkala bulatan sintal yang sangat montok dan sekal terlihat oversize. Bikini putih itu jelas sangat tersiksa, atau malah beruntung.

“Lihat Men! Montok sekali! Gaya nungging pasti enak tuh.” Seketika Gede berseru. Refleks saking terkesimanya. Aku hanya menggeleng pelan. Untung saja mayoritas di kolam itu adalah Bule yang tidak faham apa maksud dari Gede. Kalau tidak bisa-bisa dia kena kasus pelecehan. Isu pelecehan sangat sensitive di pulau Dewata ini.

“Jaga sikapmu Goblok!”

Gede langsung tersadar ketika aku mentoyor kepalanya. Memang harus begitu supaya dia tidak overeacted dengan wanita-wanita yang bening. Memang pada dasarnya garangan sulit sekali dikendalikan birahinya.

“Sorry Men, Lagian, Lo Juga, Bukannya berlibur malah sering melamun. Gua niatnya menghibur Lo biar  Lo enggak galau gara-gara cewek enggak tahu diri itu.”

Aku tertohok. Memang sengaja aku mengajak Gede berlibur ke Bali. Selain, dia mempunyai masa kecil di Bali, sebelum akhirnya pindah ke Jakarta karena orang tuanya bekerja di  Syahbandar, sehingga dia cukup tahu seluk beluk Bali. 

Dia juga memiliki cara yang unik untuk mencairkan suasana, salah satunya dengan celotehannya yang jenaka . Sekaligus dia pendengar yang sangat baik. Apalagi, saat aku mengetahui berita perselingkuhan Disha, tunanganku sendiri bersama dengan Raka, orang yang aku kira sahabat, di kapal pesiar. Kepercayaan yang aku letakkan ternyata menikamku dengan sangat dalam.

“Sudahlah Men, Lupakan Gisha. Gua paham perasaan lo yang sudah berjuang, setia menunggu, bahkan lo selalu menolak kalau gua ajak enak-enak sama cewek ke puncak. Tapi, balasannya?”

Gede berbicara selayaknya cowok yang menasehati sahabatnya. Dia yang paling tahu brengseknya aku di masa lalu. Namun, semua itu aku tinggalkan semenjak aku menjalin hubungan dengan Gisha. Wanita pertama yang membuatku yakin untuk menjadi pribadi yang dewasa dan bertanggung jawab. Di mana seharusnya kepulangannya nanti akan menjadi momen sakral pernikahan kita.

“Lagian Gua masih gak habis pikir sama Raka, bisa-bisanya cewek temen sendiri diembat. Belum pernah apa dia ditelanjangin terus digantung di monas.”

Aku tertawa terbahak-bahak mendengar celotehan Gede. Bisa-bisanya dia ngebanyol ketika lagi serius seperti ini.

“Bukannya Lo satu spesies sama dia?”

“Gak lah, seburuk-buruknya gua enggak akan ngembat punya temen, Men. Meskipun, gua buaya, tapi masih kategori baik.”

Tawaku semakin kencang. Tidak salah membawa si kunyuk satu ini. Sakit perut aku dibuatnya.

“Nah gitu, Men. Ketawa. Lepaskan semua beban. Orang ganteng kayak Lo enggak pantes galau. Hilang Gisha, masih banyak yang mengantri. Apalagi sebentar lagi Lo akan bertemu dengan kenalan Lo di f******k. Siapa namanya?”

“I Kadek Agni Saraswati.”

“Widih! Sampai hafal nama lengkapnya. Fix jodoh itu.”

Aku tersenyum tipis sambil melirik wallpaper yang terpampang wajah ayu Agni. Gadis berusia dua puluh satu tahun yang menurutku lebih dewasa dari umurnya. Dari gaya bahasanya dalam mengirim pesan, perhatiannya, dan yang terpenting nyambung kalau berbicara segala hal. Jujur, aku suka sekali dengan kepribadiannya. Tak jarang aku juga memberikan atensi lebih yang membuatnya tersipu.

Sebenernya, aku bukan tipe orang yang suka berkelana di sosial media. Walaupun banyak sekali akun yang kirim pesan. Entah, akun asli atau tidak. Yang kebanyakan kirim pesan dengan sangat manja, bahkan tidak jarang kirim foto anggota badan.

Agni saja yang berbeda.

“Assalammualaikum Mas, perkenalkan nama saya Agni. Saya sudah sejak lama mengikuti akun f******k Mas, Boleh tidak kita saling mengenal.”

Aku mengernyit dahi sambil nyengir. Sopan sekali cara bicaranya. Menandakan pribadi yang menjunjung etika sekalipun mau dekat dengan lawan jenis. Terlebih pada saat itu, aku merasa kosong karena Disha sulit dihubungi, terkesan menjaga jarak.

Hanya saja, Agni selalu menolak kalau diajak video call dan memintaku langsung menemuinya di Bali. Well, it is not a big deal.

 “Oh, iya Men, gimana dengan rencana pernikahan Lo dengan Gisha? Lo cancel kan?” Gede bertanya dengan hati-hati. Dia sangat tahu betapa ribetnya aku mengurus pernikahan. Kebetulan aku akan menggunakan Ballroom Hotel di mana aku bekerja. Sebagai Manajer devisi Fnb, aku bisa meminta Gede, bawahanku bagian banquite untuk mengurus semuanya, mulai dari dekorasi, tata ballroom, dan juga makannya. Semua jajaran staff hotel mendukung penuh acara pernikahanku itu. Bisa dibayangkan kalau acara pernikahan itu sampai dibatalkan.

“Bagaimana mau dibatalkan Men? Aku sudah bayar sampai lunas. Tinggal menunggu kepulangan Disha sebenernya.”

Gede mengeratkan rahangnya. Kesal mungkin karena sahabatnya yang paling ganteng ini dipermainkan.

“Lo suruh saja Raka mengganti semuanya. Jadi yang nikah Raka dan Disha.” Gede memaparkan solusi yang mindblowing. Andai semua bisa semudah itu. Uang bisa kembali, tapi bagaimana dengan harga diri!

Belum sempat aku menanggapi perkataan Gede. Tiba-tiba, dari arah pintu penghubung restoran dan kolam renang, munculah sosok wanita anggun menggunakan kebaya bali. Langkah kecilnya begitu ciamik dengan kain jarik yang menutupi. Tubuh semampainya berjalan tegak memancarkan senyum menawan. Rambutnya tergerai curly sampai ke bahu. Aku sampai tidak berkedip saat wanita bak bidadari tanpa sayap mendekat. Mendadak aku mencium aroma kewanitaan yang semakin lama semakin menguar kuat.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status