Beranda / Romansa / Mabuk Janda / Wanita yang Aku Goda di Pinggir Kolam Renang

Share

Wanita yang Aku Goda di Pinggir Kolam Renang

Penulis: Saga
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-03 15:35:01

“Selamat sore, Pak. Barang kali Bapak mau memesan minuman? ”

Bagai hamparan salju saat suara lembut itu menyebut Mas. Terdengar renyah diteligaku. dan juga senyum manis bersahaja yang terpampang di bibir tipisnya. Wanita itu. Usianya mungkin empat puluhan, tapi wajahnya begitu menyenangkan dan terlihat awet muda. Siapa pria yang tidak terkesima dibuatnya.

“Woi, Men! Diajak ngomong sama mbok-nya tuh. Lo kok diam saja.” Aku terkesiap saat Gede menepuk lenganku. Segera aku mengambil posisi duduk. Buru- buru mengusap wajahku. Lantas menampilkan senyum selebar mungkin.

Wanita itu tampak menutupi senyumnya melihat gelagatku. Menggemaskan sekali.

“Sorry Mbok, saya enggak konsen, Boleh lihat menunya Mbok?”Aku ikut-ikutan memanggil Mbok. Panggilan untuk wanita Bali yang usianya lebih dewasa.

“Silakan, Pak.” Wanita itu menyodorkan buku menunya kepadaku.

“Pak? Berasa tua saya, Mbok.” Aku mulai melempar candaan.

“Maaf. Mas saja ya.” Wanita itu tampak tidak enak hati.  Sebagai hotelier, dia tentu hafal dengan tipikal tamu lokal dan kata-kata panggilan yang pas.

“Iya, boleh, Dek.”

Wajah putihnya memerah. Hahaha…kena kau Mbok!

“Adek suka minum apa?” Aku balik menyodorkan menu yang sudah aku buka di hadapannya. Memintanya untuk memilih.

“Kalau saya sukanya Jus….” Belum sempat dia menyelesaikan kata-katanya, aku langsung menyambar.

Just I wanna say I love you bukan?”

Wanita itu tidak mampu menyembunyikan senyum malu-malunya. Dari perangainya, jelas dia adalah orang yang open minded, supel, dan easy going. Namun di sisi lain, dia juga terlihat  menjaga batasan untuk lawan jenis. Membuatku penasaran ingin kenal lebih dekat.

“Mas, ini temannya kok suka gombal sih? Bukannya pesan minuman.” Dia yang tidak kuat digoda. Melempar pertanyaan ke Gede yang terlihat bengong dengan sikapku tadi.

“Kasih saja jus yang ada sianidanya Mbok, biar kapok.” Gede menyahut.

“Enggak perlu sianida, Melihat senyum Mbok saja, aku serasa mau mati.”  Aku menyeloroh. Tak henti-hentinya aku melempar rayuan. Suka atau enggak bodo amat. Salah sendiri cantik.

“Jangan gitu dong, Mas. Nanti kalau aku baper gimana?” Wanita itu membalas dengan santai. Tidak ingin terlihat baper beneran di depanku.

“Kalau Mbok bersedia, kita nikah saja.” Kalimat itu begitu mudah meluncur dari mulutku. Refleks dari hati.

“Mas, becanda saja. Jadi pesan minumnya?” Sekuat mungkin wanita itu bersikap biasa. Padahal, aku tahu kalau hatinya sedang bergemuruh.

Latte vanilla saja Mbok dua. Jangan dengerin temen saya ini. Lagi teler dia.”

Begitu wanita itu berlalu, Gede langsung mencecariku habis-habisan.

“Sarap Lo ya! Kalau dia sudah punya suami bagaimana?”

“Aku berani bertaruh kalau dia single, Men.”

“Darimana Lo tahu?”

Well, Kita kan juga bekerja sebagai hotelier, Men. Wanita yang sudah cukup matang seperti dia dengan penampilan seperti itu, mana mungkin diizinkan suaminya untuk bekerja di hotel internasional seperti ini? Apalagi berhadapan dengan tamu yang notabene bisa melakukan hal yang tidak-tidak.”

“Tapi, bisa saja itu keinginannya sendiri, Men. Dan suaminya mengizinkan. Jangan cari masalah kamu dengan menganggu istri orang. Tujuan kita berlibur di sini.”

“Gua tetap yakin kalau dia single. Sebagai buktinya, kita tungguin dia sampai selesai kerja dan ikuti dia ke rumahnya. Sekalian gua mau mampir. Silaturrahmi.”

“Gila Lo ya! Ini Bali Men, bukan Jakarta. Jangan seenaknya gitu. Lagian gimana nasib Agni kenalan Lo itu?”

“Sampai detik ini, dia belum muncul juga. Biar kan saja. Sekarang gua lagi kesensem sama janda itu.”

Gede mengusap wajahnya kasar. Tidak habis pikir dengan sikapku yang bisa dibilang ekstrim. Sebaliknya aku yang masih keukeuh menganggap wanita itu single atau janda. Instingku kuat menginginkannya menjadi istriku, menggantikan Disha di pelaminan nanti. Apapun resikonya akan kutanggung nanti.

Dengan menggunakan mobil yang kami charter selama di Bali, aku dan Gede mengikuti kemana wanita itu pulang.

Jalanan Seminyak malam itu sangat ramai, nyaris saja aku kehilangan jejak wanita itu yang pulang dengan menggunakan ojek online.

“Cepet dikit, Men! Jangan sampai hilang dia!” Seruku kepada Gede yang menyetir. Jelas karena dia lebih hafal jalanan Bali. Makanya lebih sering dia pegang kemudi dibandingkan aku.

“Iya, iya.” Dia menyahut sekadarnya. Mungkin jengah dengan sikapku yang keras. Watakku yang sangat dimaklumi oleh dia. Ketika aku sudah menginginkan sesuatu. Maka harus langsung terpenuhi saat itu juga. Dasar aku.

Sampailah di khawasan perkampungan. Sialnya, Mobil harus terhenti karena wanita itu memasuki gang sempit.

“Kayaknya harus jalan kaki ini, Men.” Gede berkata.

Apa boleh buat. Aku dan Gede turun setelah memarkirkan mobil di tepi jalan. Lalu berjalan menuju gang itu. Secara tidak diduga, beberapa langkah di depan kami, terlihat sesosok gadis yang berjalan. Aku pun mendapatkan ide untuk bertanya alamat wanita itu kepadanya.

“Permisi, Mbok.”

Sosok itu menoleh. Betapa terkejutnya aku tatkala melihat wajah dari gadis itu. Dia adalah Agni, kenalan f******k yang janji akan bertemu denganku.

“Agni?”

Gadis itu memandangku aneh. Dia seperti menatapku lamat-lamat. Berusaha mengenali aku.

Bli siapa ya?”

“Ini aku Dani. Temen f******k kamu.”

Dia mengernyit lagi. Bingung dengan perkataanku. Segera aku merogoh ponsel. Menggeser layar dan menunjukan profil dia di f******k.

“I Kadek Agni Saraswati itu kamu kan?”

Dia memperhatikan sejenak, baru kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Nama saya Devi, Bli. Bukan Agni.”

Aku menggaruk-garuk alisku sambil memandang Gede yang juga memandangku. Pertanyaan yang sama bersembul di benak kami. Kalau dia bukan Agni? Terus siapa Agni yang asli?

“Kamu serius?” Gede menyeloroh.

“Iya, Bli. Buat apa Tiyang berbohong.” Devi berkata dengan logat Bali yang khas.

Aku diam sejenak. Gadis ini tidak berbohong karena dia tidak excited  ketika bertemu denganku. Pertanda dia tidak mengenaliku. Seketika dadaku bergemuruh, Apa Agni sengaja menipuku dengan menggunakan profil palsu?

“Tapi, kalau dilihat dari namanya seperti nama meme (Ibu) ku.”

“Ibu kamu?” Gede langsung menyanggah kata meme, yang sudah jorok di pikiranku.

“Iya, Mungkin Bli berdua mau mampir buat bertemu ibu?”

Aku memandang Gede. Meminta pertimbangan. Dia terlihat mengangguk. Lantas, kami berdua mengikuti langkah gadis itu. Aku sudah tidak karuan pada saat itu.

Di depan sebuah rumah yang tampak sederhana dengan ornament Bali yang khas, Devi memanggil meme-nya. Tidak berapa lama, muncullah wanita anggun dari balik pintu. Yups, tepat apa yang kalian pikirkan, wanita bernama Agni yang menjadi meme Devi itu adalah wanita yang aku goda di pinggir kolam renang tadi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Jessica
Masukan, nama bali, I di gunakan untuk cwok. Kalo cewe namanya jadi NI. Jd seharusnya Ni kadek
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Mabuk Janda   Dinner Yang Istimewa (Tamat)

    Malam itu, Dani mengajak Agni dan Daniel untuk makan di luar. Ini adalah untuk pertama kalinya mereka makan bertiga layaknya keluarga yang utuh. Agni tentu sangat antuasias sekali dan berdandam semaksimal mungkin untuk makan malam mereka ini.Sebuah restoran mewah yang terletak di rooftop tertinggi di kota itu. Tentu nuansa outdoor yang dipilih sehingga suasana menjadi sangat mendukung dengan pemandangan kota yang tampak ekstetik dari atas sana. Ditambah lagi music yang romantis yang lebih cocok untuk pasangan muda-mudi menghabiskan waktu. Dan memang kebanyakan dari pengunjung adalah pasangan kekasih. Hanya mereka yang membawa anak. Tetapi itu tidak menjadi masalah karena keharmonisan pasangan juga berarti keharmonisan keluarga juga kan?“Mau pesan apa?” tanya Dani. Pria itu terlihat tampan dengan hem putih lengan panjang yang di tekuk di bagian lenganya. Sangat kontras dengan celana jeans biru dongker yang dia kenakan. Serta aksesoris berkelas berupa kalung titanium dan jam tangan ya

  • Mabuk Janda   Mengasyikan

    Agni menggelengkan kepalanya. Menghapus bayangan yang tidak-tidak. Dia pun duduk di meja rias. Mengalihkan perhatiannya dengan memoles lipstick di bibir sensualnya. Tetapi tetap saja libidonya sulit untuk terhapus.Tiba-tiba, Agni tersentak saat mendapati sekelabat bayangan di belakangnya. Dia langsung menoleh dan mendapati sang suami yang sedang berjalan menuju pintu dan menguncinya rapat. Begitu Pria bertubuh binaraga itu membalikan badannya, seketika pandangan Agni langsung tertuju kebagian itu. Terlihat besar menggelantung siap tempur. Agni hanya meneguk ludah. Entah kenapa pandangannya selalu tertuju di bawah sana.Agni berusaha menaikan pandangannya. Menyusuri tubuh perkasa yang ditumbuhi bulu yang halus maskulin di sana sini, sampai pandangannya terhenti tepat di wajah Dani yang tampak tersenyum nakal. Agni yang terhenyak langsung mengalihkan pandangannya ke cermin rias berpura-pura untuk memoles lipsticknya kembali.Jujur libido Agni meningkat drastis pada saat itu. Dengan han

  • Mabuk Janda   Senyum-Senyum Sendiri

    Dani baru saja pulang dari bekerja. Ada banyak beban di pundaknya, tetapi dia tidak ingin memperlihatkannya kepada siapapun terutama Agni dan Daniel. Sebagai pria dewasa, sudah biasa baginya menanggung beban yang berat.Dani berjalan dengan cepat menuju ruang tamu. Mengitarkan pandangan sejenak. Biasanya ada Daniel yang akan berlarian mendekatinya. Menyambutnya dengan pelukan. Tetapi, ini dia terheran sendiri kemana perginya buah hatinya tersebut.Sembari melonggarkan dasinya, dia menaiki tangga. Pertama dia membuka kamarnya, tetapi tidak menemukan istrinya di dalam. Dia mengernyit dahi. Berpikir kemana kedua belahan jiwanya tersebut.Akhirnya dia bergeser menuju kamar anaknya. Karena dia membuka pintu dengan tiba-tiba, terlihat orang yang berada di dalamnya langsung menoleh ke pintu. Terlihat Daniel yang sedang bersama dengan Agni di meja belajar. Begitu melihat siapa yang membuka pintu, Daniel sumringah dan berlarian memeluk kaki ayahnya.“Yeah! Papa sudah pulang,” seru Daniel. Dani

  • Mabuk Janda   Begitu Indah

    Kehidupan kembali normal. Pagi itu, Agni dan Dani melakukan aktifitas pagi seperti biasanya. Agni menyiapkan segala keperluan suaminya. Dia sangat enjoy melayani Dani meskipun dia adalah pemilik perusahaan namun tetap saja dia harus berbakti kepada sang suami.Dani melarang Agni untuk pergi bekerja. Memintanya untuk di rumah. Menjadi ibu rumah tangga dan juga mengurus PraDani. Sedangkan dirinya bertindak sebagai Ceo dan juga owner untuk memantau semua direktur yang ada di bawah perusahaan Hartono group.“Sayang, Mas berangkat dulu ya,” ucap Dani di teras rumah. Setelah selesai sarapan, Agni mengantarkan sang suami sampai ke teras untuk melepasnya bekerja.“Tunggu dulu, Mas.” Agni mengamit tangaan suaminya yang akan beranjak ke mobil. Pria itu membalikan badan dan melihat ke arah Agni. Senyumnya mengembang saat Agni ternyata mengamit tangannya dan mencium punggung tangannya dengan takzim.“Hati-hati ya, Mas,” ucap Agni yang sudah menegakkan badannya. Dani membalas dengan mengusap punda

  • Mabuk Janda   Romantisme Cepat Berakhir

    Berselang dua hari,Sampailah di penghujung bulan madu mereka. Sebenernya Agni masih belum rela jika momen kebersamaan mereka cepat berakhir. Namun, realita menariknya kepada kehidupan yang sebenernnya. Asistennya sudah memberi tahunya mengenai beberapa pekerjaan yang harus ditangani. Dan juga dia pasti sudah sangat rindu dengan anak semata wayangnya, Daniel.Dani tampak berdiri di depan cermin rias sambil mengenakan jaket kulitnya yang terlihat sesak. Tubuh Dani yang besar dan berotot bagai beruang kadang membuat Agni tersenyum sendiri. Membuatnya selalu ingin memeluknya dengan manja setiap waktu.Dani mengernyitkan dahi saat melihat dari pantulan cermin. Agni yang tiba-tiba menubruk tubuh bagian belakangnya dan memeluknya dengan erat.”Ada apa, Sayang?” tanya Dani dengan lembut sambil memegang tangan lembut Agni yang melintang di dadanya.“Enggak, apa-apa, Mas. Pengen peluk saja,” balas Agni yang membenamkan kepalanya dengan nyamannya. Dani hanya tersenyum tipis.“Pasti enggak rela

  • Mabuk Janda   Rasa Cinta

    ”Jangan berhenti, Mas,” pinta Agni. Dani yang mendengarnya pun bersemangat. Lalu yang tidak di sangka, Dani bergerak secepat kilat yang membuat Agni seperti terhentak-hentak. Ibarat naik roller coaster dengan intensitas getaran yang sangat tinggi. Sungguh Agni sangat terkejut sekaligus bahagia akan hal itu.Dani melakukannya sambil berjalan ke keluar dari kamar mandi dan berhenti di tepi ranjang. Karena sudah cukup lama melakukannya, maka Dani merebahkan tubuh Agni di atas ranjang. Di luar dugaan, Agni tampak mengulurkan tangannya pertanda dia meminta lagi.“Apa? Masih kurang?” tanya Dani menggoda. Agni dengan wajah erotis hanya mengangguk saja. Dani tampak tersenyum tipis. Dia tidak menyangka kalau gairah Agni begitu membeludak. Mungkin ini bawaan benih yang ada di dalam perutnya.Dani dengan tenang berjalan ke ruang tamu. Mengambil kotak rokok dan menyalakannya. Lalu, kembali berjalan ke kamar. Dia menikmati kepulan asap sambil melihat Agni yang terus menggeliat di atas ranjang. Dia

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status