Home / Romansa / Mabuk Janda / Kemantapan Hati

Share

Kemantapan Hati

Author: Saga
last update Last Updated: 2022-03-03 15:40:00

Dia speechless. Tentu saja. Mana mungkin ada wanita yang percaya dengan pria yang bahkan hanya sekali bertemu saja, sudah langsung melamar.

Namun memang begitu adanya, Tidak butuh waktu lama untuk bisa yakin kalau aku bisa menemukan orang yang tepat untuk dinikahi. Lama tidaknya hubungan tidak menjamin bakal ke pelaminan. Justru dengan sekali melihat Agni, jiwa ini meronta hebat. Menginginkan Agni menjadi pengisi ruang hati ini sepenuhnya. Selamanya. Tidak ada wanita lain lagi. Terlebih aroma kewanitaannya yang semakin lama semakin semerbak. Aku sungguh dibuat gila oleh aroma kewanitaan itu. Ingin membauinya lebih dekat. Menjilat. Mencumbu. Merasakan diri ini mabuk gara-gara aroma itu.

“Jangan mengada-ada, Mas. Saya sudah tidak muda lagi. Sementara, anda masih bisa mencari yang lebih cantik. Sesuai dengan kriteria Mas.”

“Kalau saya maunya sama Mbok, bagaimana?” Aku bersikukuh.

Wanita itu tidak menjawab. Sepertinya ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan atau  kehabisan kata-kata karena  meladeniku yang keras pendirian ini. Apapun itu,  Aku enggak peduli. Selama, dia tidak menjawab keinginanku. Selamanya aku akan mengejar dia.

“Saya kasih waktu sampai besok sore. Mbok harus memberi jawaban, atau terpaksa saya seret Mbok ke kantor polisi.”

Agni seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi diurungkannya. Agak ragu tampaknya. Biarlah. Mungkin dengan jeda waktu sehari bisa membuatnya memantapkan pikiran. Tugasku hanya menunggu saja.

“Saya permisi.”

Aku beranjak keluar dari rumah itu. Beberapa langkah, aku kembali. Teringat Gede yang masih ketinggalan di toilet.

Rupanya, temanku yang satu itu sedang bercengkrama hangat dengan Devi di Gazebo samping rumah. Dasar kunyuk! Bisa-bisanya memanfaatkan kesempatan.

“Eh, Mas Dani. Sudah selesai ngobrol sama meme?” Devi berkata sesaat setelah aku mendekat. Dia tahu namaku padahal kita belum berkenalan. Pasti si kunyuk itu yang memberitahu. Aku penasaran apa saja yang diceritakannya kepada Devi.

“Sudah, Devi. Kami pamit pulang dulu ya. Sudah malam ini.” Aku berujar sambil menarik tangan Gede. Memang harus ditarik paksa supaya tidak kebiasaan. Kalau sudah ngobrol sama cewek, si kunyuk ini sering lupa waktu. Aku juga gitu sih, tapi enggak sering-sering amat, hehe….

“Cepet amat, Men. Enggak dilama-lamain gitu. Kamu kan yang ngebet datang ke sini buat bertemu Mbok Agni tercinta.” Gede meledekku setelah agak menjauh dari rumah itu.

“Niatnya sih begitu, tapi ini sudah malam. Kita harus tahu waktu.” Aku berdalih. Padahal sengaja aku meringkas pembicaraan supaya Agni mau memberikan jawaban yang sebenernya besok.

Gede terkekeh, “Ternyata Lo tahu aturan juga, Tadinya gua berpikir Lo mau menginap di rumah Mbok Agni. Biar gua juga ikutan bisa berduaan lebih lama dengan Devi yang manis.”

“Emang boleh nginep?” tanyaku. Jujur, aku masih belum tahu banyak tentang kultur Bali dan ingin sekali mempelajarinya. Efek menyukai Agni mungkin.

“Ini Bali, Men. Tidak seketat di Jawa kalau ada lawan jenis yang belum menikah satu rumah menjadi omongan orang. Kalau berbuat macam-macam, digrebek. Diarak keliling kampung. Di Bali enggak ada kayak begituan, Men.”

Bener juga apa yang dikatakan si kunyuk ini. Di televisi, hampir tidak ada berita yang gimana-gimana tentang Bali. Semuanya aman terkendali dengan kultur yang ada. Tapi, soal yang satu itu, tidak bisa dijadikan alasan untuk bisa berbuat melampaui batas. Harus bisa mengendalikan diri.

“Menarik, Men. Tapi masa-masa seperti itu udah lewat. Apalagi usia kita sudah tidak dikatakan muda lagi. Mau sampai kapan meniduri anak orang tanpa tanggung jawab?”

Gede nyengir. Cengiran khas buaya yang tersindir. Memang harus sering dibegitukan, supaya dia sadar dan mau berpikir menuju jenjang yang lebih serius.

“Lo kalau ngomong suka bener, Men. Jleb di hati.”

“Ngerti kan Lo? Makanya nikah Men.”

“Iya, gua bakal nyusul Lo setelah Lo nikah. Kayaknya Devi cocok buat gua.”

“Awas kalau Lo berani ngapa-ngapain calon anak tiri gua!”

“Idih, Bapak mertua marah. Eh, sebentar, Lo serius mau menikahi Mbok Agni?”

Aku tidak menjawab setelah sampai di mobil. Kali ini, gantian aku yang mengemudi. Arah menuju hotel tidaklah sulit.

“Men, Lo belum jawab pertanyaan gua tadi. Lo serius mau menikahi Agni?”

Aku melihatnya sekilas. Lantas, kembali fokus menyetir.

“Memangnya kenapa, Bro? Ada masalah?”

“Enggak gitu, Men. Gua enggak mempermasalahkan Lo mau menikah sama siapa. Sebagai sahabat gua pasti mendukung Lo, tapi bagaimana dengan kedua orang tua Lo? Dan lagi Lo belum resmi menyatakan akan membatalkan pernikahan Lo dengan Disha di hadapan semua keluarga besarnya.” Gede berubah dalam mode seriusnya.

Beuh! Aku sendiri belum berpikiran sejauh itu. Niat awal ke Bali adalah healing sampai aku benar-benar bisa melupakan Gisha. Namun siapa yang menduga, Tuhan menyediakan pengganti dengan begitu cepatnya.

“Gua akan mengatakan semuanya, Bro. Gua akan membawa serta Agni di samping gua dan memperkenalkannya sebagai pengganti Disha. Gua enggak peduli apa reaksi mereka nantinya. Disha sudah sangat keterlaluan menyepelekan kepercayaan Gua. Dan Gua berhak memilih mana yang terbaik buat gua.”

Gede menatapku dengan seksama. Can related what I feel now!

“Bener banget, Bro. Lo pantes mendapatkan yang terbaik. Stop bertahan dengan orang toxic. Lagipula, Lo beruntung seandainya Lo menikah dengan Mbok Agni. Wanita yang pernah mengalami kegagalan dalam berumah tangga, kalau sudah menemukan orang yang tepat. Tidak akan berpaling apalagi menyakiti Lo. Gua lihat Mbok Agni juga sangat keibuan dan bijak. Dia bisa membimbing Lo ke arah yang lebih baik.”

“Wait, maksud Lo Mbok Agni Janda gitu?”

Gede terkekeh melihat ekpresi gua yang mirip orang bego. Antara takjub dan tidak percaya.

“Bukannya Lo yang keukeuh bilang

kalau beliau single? Dan memang sudah gua tanyakan  langsung sama Devi. Dia bilang kalau ibunya memang janda. Lebih tepatnya dua bulan yang lalu, setelah diceraikan sama suaminya.”

“Demi apa? Gua seneng banget dengernya, Bro.” Aku berbinar. Padahal, aku antara yakin tidak yakin kalau dia janda. Was-was juga kalau sudah punya suami. Namun kenyataanya, kita sama-sama dipertemukan dalam keadaan hampa. Dan mungkin ditakdirkan untuk saling mengisi. Gimana? Sudah so sweet belum gua?

“Makanya, Men. Dan lagi kayaknya Devi tidak keberatan tuh meme-nya nikah lagi. Gua udah ceritain semuanya tentang perkenalan kalian di f******k, ketemuan di Bali, sampai ketika kamu menggoda Mbok Agni di pinggir kolam. Devi malah senyum-senyum.”

“Sial! Ember juga Lo!” Wajahku memerah karena Gede membeberkan rahasia yang tidak seharusnya diketahui orang lain. Terlebih Devi. Caraku mendekati meme-nya pasti selalu dia ingat. Duh, Malunya aku.

“Tapi, suka kan?” Gede terkekeh. Puas membuatku salting seperti ini.

“Enggak juga, gua baru suka kalau Agni sudah jadi istri gua, Devi jadi anak gua.”

“Dan gua jadi menantu Lo. Salam hormat dulu buat Bapak mertua.” Gede menyambar diiringi suara tawa yang membahana.

“Gua enggak restuin.”

“Bangke.”

Sampai di hotel, kami langsung menuju kamar. Kamar yang terdiri dari dua single bed untukku dan Gede. Begitu menempel di kasur, Gede langsung terlelap. Well, ini anak seperti tidak ada beban hidup. Tidurnya begitu pulas. Berbeda denganku yang masih tergolek sambil melihat ke plafon. Sudut bibirku naik saat membayangkan wajah ayu Agni. Jadi tidak sabar menunggu hari esok.

Suara ponsel membuyarkan lamunanku. Lenganku langsung meraih ponsel yang ada di atas nakas kecil di samping. Senyumku langsung memudar tatkala melihat siapa yang melakukan panggilan video.

“Apa kabar, Bro? Dua hari lagi kita pulang ini.”

Aku tersenyum kecut begitu melihat Raka. Dan yang berdiri di sampingnya adalah Disha. Mereka terlihat jalan-jalan keluar kapal. Terlihat siang, karena di sana jam sebelas siang, berbeda dua belas jam dengan di Indonesia.

Aku masih terdiam saat mereka mengernyit dahi. Melihat reaksiku yang dingin.

“Sayang, kamu sakit ya. kok enggak bersemangat gitu.” Kini Disha yang mengambil alih ponsel. Suaranya begitu merdu terngiang di telingaku. Suara yang selalu kutunggu kabarnya. Suara yang selalu kunanti kata-kata penyemangatnya. Sekarang terasa hambar. Bahkan, aku seperti jijik mendengarnya.

“Harusnya semangat dong, Dani. Masa calon pengantin baru lemas begitu. Hargai dong perasaan Disha!” Mulut Raka menyambar. Rasanya ingin kutonjok saja bibirnya itu.

“Iya, Sayang. kamu kenapa? Jangan bikin aku kepikiran dong. Aku enggak mau kamu kenapa-napa menjelang pernikahan kita.”

“Maksudnya pernikahan kalian?” Aku menyahut sinis.

Disha dan Raka terhenyak di seberang sana. Tidak mengira dengan perkataanku tadi.

“Maksud Lo apa ngomong kayak gitu! Lo jangan main-main ya. Aku sudah susah-susah jaga Disha supaya kalian bisa menikah.”

“Dengan tidur satu kamar begitu?”

Mereka terlihat gelagapan. Wajah Raka terlihat menegang penuh amarah.

“Sudah malam di sini, aku sudah sangat mengantuk. Malas berdebat. Kalau kamu mau sama Disha ambil saja, Bro. Kamu saja yang menikah dengan dia.” 

Terlihat Raka seperti mau berbicaraa sesuatu, aku juga melihat Disha yang syok dengan matanya yang berair. Namun, aku sudah tidak peduli lagi. Tidak ada gunanya lagi berbicara lama-lama. Semuanya sudah jelas. Langsung saja kumatikan ponsel. Kuletakan ponsel begitu saja di atas nakas dan berusaha memejamkan mata. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Putra BatuWangi
lanjut lagi seru"bya ini
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Mabuk Janda   Dinner Yang Istimewa (Tamat)

    Malam itu, Dani mengajak Agni dan Daniel untuk makan di luar. Ini adalah untuk pertama kalinya mereka makan bertiga layaknya keluarga yang utuh. Agni tentu sangat antuasias sekali dan berdandam semaksimal mungkin untuk makan malam mereka ini.Sebuah restoran mewah yang terletak di rooftop tertinggi di kota itu. Tentu nuansa outdoor yang dipilih sehingga suasana menjadi sangat mendukung dengan pemandangan kota yang tampak ekstetik dari atas sana. Ditambah lagi music yang romantis yang lebih cocok untuk pasangan muda-mudi menghabiskan waktu. Dan memang kebanyakan dari pengunjung adalah pasangan kekasih. Hanya mereka yang membawa anak. Tetapi itu tidak menjadi masalah karena keharmonisan pasangan juga berarti keharmonisan keluarga juga kan?“Mau pesan apa?” tanya Dani. Pria itu terlihat tampan dengan hem putih lengan panjang yang di tekuk di bagian lenganya. Sangat kontras dengan celana jeans biru dongker yang dia kenakan. Serta aksesoris berkelas berupa kalung titanium dan jam tangan ya

  • Mabuk Janda   Mengasyikan

    Agni menggelengkan kepalanya. Menghapus bayangan yang tidak-tidak. Dia pun duduk di meja rias. Mengalihkan perhatiannya dengan memoles lipstick di bibir sensualnya. Tetapi tetap saja libidonya sulit untuk terhapus.Tiba-tiba, Agni tersentak saat mendapati sekelabat bayangan di belakangnya. Dia langsung menoleh dan mendapati sang suami yang sedang berjalan menuju pintu dan menguncinya rapat. Begitu Pria bertubuh binaraga itu membalikan badannya, seketika pandangan Agni langsung tertuju kebagian itu. Terlihat besar menggelantung siap tempur. Agni hanya meneguk ludah. Entah kenapa pandangannya selalu tertuju di bawah sana.Agni berusaha menaikan pandangannya. Menyusuri tubuh perkasa yang ditumbuhi bulu yang halus maskulin di sana sini, sampai pandangannya terhenti tepat di wajah Dani yang tampak tersenyum nakal. Agni yang terhenyak langsung mengalihkan pandangannya ke cermin rias berpura-pura untuk memoles lipsticknya kembali.Jujur libido Agni meningkat drastis pada saat itu. Dengan han

  • Mabuk Janda   Senyum-Senyum Sendiri

    Dani baru saja pulang dari bekerja. Ada banyak beban di pundaknya, tetapi dia tidak ingin memperlihatkannya kepada siapapun terutama Agni dan Daniel. Sebagai pria dewasa, sudah biasa baginya menanggung beban yang berat.Dani berjalan dengan cepat menuju ruang tamu. Mengitarkan pandangan sejenak. Biasanya ada Daniel yang akan berlarian mendekatinya. Menyambutnya dengan pelukan. Tetapi, ini dia terheran sendiri kemana perginya buah hatinya tersebut.Sembari melonggarkan dasinya, dia menaiki tangga. Pertama dia membuka kamarnya, tetapi tidak menemukan istrinya di dalam. Dia mengernyit dahi. Berpikir kemana kedua belahan jiwanya tersebut.Akhirnya dia bergeser menuju kamar anaknya. Karena dia membuka pintu dengan tiba-tiba, terlihat orang yang berada di dalamnya langsung menoleh ke pintu. Terlihat Daniel yang sedang bersama dengan Agni di meja belajar. Begitu melihat siapa yang membuka pintu, Daniel sumringah dan berlarian memeluk kaki ayahnya.“Yeah! Papa sudah pulang,” seru Daniel. Dani

  • Mabuk Janda   Begitu Indah

    Kehidupan kembali normal. Pagi itu, Agni dan Dani melakukan aktifitas pagi seperti biasanya. Agni menyiapkan segala keperluan suaminya. Dia sangat enjoy melayani Dani meskipun dia adalah pemilik perusahaan namun tetap saja dia harus berbakti kepada sang suami.Dani melarang Agni untuk pergi bekerja. Memintanya untuk di rumah. Menjadi ibu rumah tangga dan juga mengurus PraDani. Sedangkan dirinya bertindak sebagai Ceo dan juga owner untuk memantau semua direktur yang ada di bawah perusahaan Hartono group.“Sayang, Mas berangkat dulu ya,” ucap Dani di teras rumah. Setelah selesai sarapan, Agni mengantarkan sang suami sampai ke teras untuk melepasnya bekerja.“Tunggu dulu, Mas.” Agni mengamit tangaan suaminya yang akan beranjak ke mobil. Pria itu membalikan badan dan melihat ke arah Agni. Senyumnya mengembang saat Agni ternyata mengamit tangannya dan mencium punggung tangannya dengan takzim.“Hati-hati ya, Mas,” ucap Agni yang sudah menegakkan badannya. Dani membalas dengan mengusap punda

  • Mabuk Janda   Romantisme Cepat Berakhir

    Berselang dua hari,Sampailah di penghujung bulan madu mereka. Sebenernya Agni masih belum rela jika momen kebersamaan mereka cepat berakhir. Namun, realita menariknya kepada kehidupan yang sebenernnya. Asistennya sudah memberi tahunya mengenai beberapa pekerjaan yang harus ditangani. Dan juga dia pasti sudah sangat rindu dengan anak semata wayangnya, Daniel.Dani tampak berdiri di depan cermin rias sambil mengenakan jaket kulitnya yang terlihat sesak. Tubuh Dani yang besar dan berotot bagai beruang kadang membuat Agni tersenyum sendiri. Membuatnya selalu ingin memeluknya dengan manja setiap waktu.Dani mengernyitkan dahi saat melihat dari pantulan cermin. Agni yang tiba-tiba menubruk tubuh bagian belakangnya dan memeluknya dengan erat.”Ada apa, Sayang?” tanya Dani dengan lembut sambil memegang tangan lembut Agni yang melintang di dadanya.“Enggak, apa-apa, Mas. Pengen peluk saja,” balas Agni yang membenamkan kepalanya dengan nyamannya. Dani hanya tersenyum tipis.“Pasti enggak rela

  • Mabuk Janda   Rasa Cinta

    ”Jangan berhenti, Mas,” pinta Agni. Dani yang mendengarnya pun bersemangat. Lalu yang tidak di sangka, Dani bergerak secepat kilat yang membuat Agni seperti terhentak-hentak. Ibarat naik roller coaster dengan intensitas getaran yang sangat tinggi. Sungguh Agni sangat terkejut sekaligus bahagia akan hal itu.Dani melakukannya sambil berjalan ke keluar dari kamar mandi dan berhenti di tepi ranjang. Karena sudah cukup lama melakukannya, maka Dani merebahkan tubuh Agni di atas ranjang. Di luar dugaan, Agni tampak mengulurkan tangannya pertanda dia meminta lagi.“Apa? Masih kurang?” tanya Dani menggoda. Agni dengan wajah erotis hanya mengangguk saja. Dani tampak tersenyum tipis. Dia tidak menyangka kalau gairah Agni begitu membeludak. Mungkin ini bawaan benih yang ada di dalam perutnya.Dani dengan tenang berjalan ke ruang tamu. Mengambil kotak rokok dan menyalakannya. Lalu, kembali berjalan ke kamar. Dia menikmati kepulan asap sambil melihat Agni yang terus menggeliat di atas ranjang. Dia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status