Se connecter"Permisi, Mbak. Saya boleh duduk di sini?" Suara seseorang dari arah sampingnya membuyarkan konsentrasi Viana. Dia menoleh ke samping dan melihat seorang wanita cantik sebayanya dengan tampilan yang cukup modis meskipun nampak sedikit kusut, tengah menatapnya sambil sesekali melirik ke arah kursi yang tengah didudukinya.
"Oh, tentu saja boleh. Silakan, Mbak." Viana sedikit menggeser tubuhnya guna memberi ruang bagi wanita tersebut untuk duduk.
"Terimakasih, Mbak. Mmm...Ngomong-ngomong siapa yang sakit, Mbak?" tanya wanita itu, membuka percakapan diantara mereka.
"Adik ipar saya. Kalau Mbak?"
"Teman saya. Dia mengalami kecelakaan. Tadinya sempat kritis, tapi sekarang masa kritisnya sudah lewat," beber wanita itu.
"Oh, syukurlah kalau begitu," jawab Viana.
"Kalau adik ipar Mbak, sakit apa dia?"
"Keguguran," jawab Viana singkat.
"Ooo..," ujar wanita itu sambil manggut-manggut, sedangkan Viana, entah mengapa, dia merasa tak nyaman
"Arrrghh...brengsek! Sialan! Kenapa susah sekali untuk mendapatkanmu, Mas Yanto. Sudah banyak hal yang kulakukan untuk menarik perhatianmu termasuk memberikanmu gaji di luar batas kewajaran, tetapi tidak sedikitpun kau menyadari semuanya itu. Malah dengan bangganya engkau mengajak istrimu itu makan-makan di restoran mewah yang sebenarnya tidak akan pernah bisa kau masuki dengan gajimu yang sebenarnya. Aku bahkan sampai di gosipkan oleh para karyawanku karena perhatianku yang terlalu mencolok padamu. Masih kurang apalagi pengorbananku, Mas? Orang lain saja bisa melihat betapa besar perhatianku padamu, tetapi kau malah tidak merasakannya sama sekali. Apa sebegitu bucinnya engkau pada istrimu itu, hah?!" teriak Feyla sendirian saat berada di dalam kamarnya.Feyla berjalan mondar-mandir di depan ranjangnya dengan tangan terkepal erat dan hati yang dibalut amarah dan cemburu.Kemudian dengan napas tersengal-sengal karena masih diliputi emosi, Feyla terduduk di pinggir ranja
Viana membolakan kedua matanya ketika mendengar nominal yang harus dibayar oleh Yanto.Meskipun sudah menduga sebelumnya, tetapi tak urung Viana menjadi kaget juga mendengarnya."Huss, Mbak! Jangan teriak kayak gitu. Malu kita nanti," tegur Runi dengan berbisik sambil matanya melirik ke arah si pelayan yang masih berdiri di samping meja mereka.Kemudian Runi mengeluarkan sebuah kartu debit dari dalam tas nya. Statusnya dulu sebagai istri Andri yang notabene adalah orang kaya membuatnya mengetahui dan terbiasa dengan hal-hal semacam ini."Saya bayar pakai ini, ya," katanya kepada pelayan itu."Baik, Bu," ucap pelayan itu seraya mengambil kartu yang disodorkan oleh Runi dan menggeseknya pada mesin EDC yang dibawanya kemudian memasukkan nominal yang harus dibayarkan."Silakan PIN nya, Bu."Runi lalu memencet beberapa tombol pada mesin tersebut dan tidak berapa lama kemudian mesin EDC itu mengeluarkan selembar struk bukti transaksi yang s
Akan tetapi, untungnya kekhawatiran itu tidak menjadi kenyataan. Si pelayan tetap bersikap profesional dalam menghadapi sikap Runi tersebut."Oh, kalau begitu silakan ikuti saya, Pak, Bu. Saya akan menunjukkannya pada Anda," jawab pelayan itu dengan tetap memasang senyum ramahnya.Singkat cerita, mereka bertiga kini tampak sedang menikmati makanan yang tersaji di hadapan mereka.Makanan tersebut merupakan rekomendasi dari pelayan restoran tersebut dan memang rasanya tidak mengecewakan."Hmm... lezat sekali makanan ini. Punyamu juga terlihat lezat, Dek. Boleh mas mencicipinya sedikit?" pinta Yanto kala matanya melihat tampilan makanan yang dipilih oleh Viana.Makanan itu begitu menggugah seleranya ditambah lagi dengan ekspresi Viana yang terlihat begitu menikmati makanan tersebut, membuatnya geregetan untuk mencoba."Hadeh, Abang ini norak banget. Kalau suka kan tinggal pesan saja lagi. Uang Abang kan banyak," cetus Runi dengan nada setengah
"Wahhh....Bang, ini kan restoran yang lagi viral itu!" seru Runi dengan suara tertahan saking tak percayanya dia bahwa Yanto akan mengajak mereka makan di sana."Iya, rupanya kamu tau juga ya?" sahut Yanto"Tahu lah, Bang. Kan iklannya sering muncul di medsos dan dari testimoni orang yang pernah makan di sini, mereka kasih bintang lima untuk makanan dan pelayanannya," ujar Runi dengan antusias."Oh ya? Kalau gitu, abang gak salah pilih dong," tukas Yanto sembari tersenyum.Runi mengangguk sambil tersenyum. Dia sudah mengetahui keberadaan restoran ini dari medsos yang sering dipantaunya.Sebenarnya dia dulu pernah mencoba membujuk Feyla untuk mentraktirnya makan di sana, tetapi entah mengapa sekali itu Feyla menolak ajakannya dengan alasan lagi banyak pekerjaan di kantor bahkan Feyla menyarankannya untuk makan sendiri saja di sana.Runi jelas menolak saran Feyla tersebut karena kalau dia makan sendiri di sana berarti dia yang harus mengeluark
"Apa? Sepuluh juta?" Pria paruh baya berkemeja putih dan berdasi hitam itu tampak terkejut mendengar penuturan wanita cantik di hadapannya."Iya, benar sekali Pak Seno. Saya mau karyawan baru yang bernama Yanto itu diberi gaji sebesar sepuluh juta.""Tapi Bu Feyla, itu menyalahi aturan perusahaan. Dia adalah karyawan yang baru satu bulan bekerja. Kalau saya memberikan gaji sebesar itu, bisa – bisa nanti saya dimarahi oleh Pak Indra.""Pak Seno tenang saja, biar saya yang menjelaskan hal ini kepada papa," tukas wanita yang ternyata adalah Feyla.Pak Seno masih terdiam. Terasa berat baginya untuk mengabulkan permintaan Feyla tersebut. Selain karena tidak sesuai dengan peraturan perusahaan, dia juga tidak ingin hal ini kelak akan memancing kecemburuan para karyawan lainnya terlebih lagi bagi karyawan senior yang harus bekerja beberapa tahun dulu baru bisa memperoleh gaji sepuluh juta, berbanding terbalik dengan Yanto yang kelihatan mudah sekali mempero
"Wah, lagi ngapain di situ, Bang?" tanya Runi yang baru saja keluar dari kamarnya dengan dandanan rapi.Dengan santainya, adik ipar Viana itu berjalan menghampiri Yanto dan Viana."Apa ini? Wah, uang? Banyak sekali. Uang siapa ini, Bang?"Runi segera mengambil tempat duduk di samping Yanto, matanya tak lepas dari tumpukan uang yang masih terletak di atas meja."Ini uang gaji abang bulan ini, Run.""Sebanyak ini?""Iya, jumlahnya sepuluh juta," ucap Yanto dengan bangga."Apa?" Sepuluh juta?!" pekik Runi dengan mata terbelalak.'Gila, besar banget gaji Bang Yanto. Padahal dia hanya staf biasa tamatan SMA. Aku aja gak ada sebesar itu dikasih sama kak Feyla. Hm, sudah mulai pilih kasih dia.'Sejumput rasa iri mulai bermain-main dalam pikiran Runi.'Atau jangan-jangan ini adalah triknya untuk membuat bang Yanto terpikat padanya. Baru jadi karyawan aja udah dikasih gaji sebesar itu, apalagi nanti kalau abang jadi suamin







