Home / Rumah Tangga / Madu Suamiku / 3 Bulan kemudian

Share

3 Bulan kemudian

Author: Aisyah Ahmad
last update Last Updated: 2025-12-16 23:42:16

"Ada hal yang lupa ku katakan pada Bundamu tadi Zean."

"Apa?"

"Tentang statusku. Jujur... Aku takut. Bagaimana jika bundamu Tahu aku ini seorang janda? Bagaimana kalau bundamu tahu kalau sebenarnya aku sudah punya dua anak. Apa ya masih memintaku untuk menikah denganmu? Kira-kira, Bundamu marah nggak ya?"

Zean memandang Serius ke Zahra. Tapi detik berikutnya setelah Zahra selesai bicara, Zean malah tertawa keras hingga air matanya keluar.

"Hiyaaah lhoo, aku nggak ikut ikut lho ya, hayo looh,"

"Huft... Ya udah!"

"Berasa gadis ya, kalau sendirian gak bawa ekor, seperti kata Resti tadi,"

"Ih!" Zean di timpuk pakai bantal mobil di dalam mobil Zean.

"Kamu lucu kalau lagi panik ya Za. Wajahnya hitam merah lucu gimanaaa gitu! santai... Sing tenang, lagian Bunda sudah tahu kok soal itu."

"Hem? Sejak kapan?" Zahra membelalakkan mata.

"Sejak lama lah,"

"Lah kok sejak lama? Bentar bentar. Gimana sih ini konsepnya? Jadi Bunda itu tahu aku sejak kapan? Kita kan belum pernah ketemu dan kenal sebel
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Madu Suamiku   Cafee Aurora ?

    [Dimas? Ada apa? Ada masalah kah? ][Enggak, enggak. Ya udahlah biarin. Gimana? Ada apa? Maaf ya, kerjaan aku belum kelar nih, aduuuh] ucap Zahra sembari mengusap kepalanya. Sementara Zean malah terkekeh. [Ya ampun Zahra... Kamu tuh. Udahlah, santai... Kayak kerja ikut kolonial Belanda aja. Enggak, aku telfon kamu bukan buat nanyain soal kerjaan kok. Cuma... Eum... Coba deh, keluar sebentar.][Hah?. Ngapain ? ][Sebentar]Zahra pun nurut. Ia berdiri lalu berjalan ke arah pintu. Perlahan, ia membuka pintu dan... [Za... Ini... Apaan?] Zahra kaget, melihat sebuah kotak berukuran lumayan besar tergeletak di depan pintu rumahnya. Di atas kotak. Itu, tertulis 'for Zahra' pengirim Zean. [Hehe. Buka aja. Untuk kamu...][Untuk aku? Zean??? Halooo??? Halooo!!! ]Panggilan itu terputus tiba-tiba. Zahra sempat terdiam, menatap layar ponselnya yang kini gelap.“Dia tuh... bisa-bisanya matiin sepihak. Hhh...” gumamnya, tapi ujung bibirnya tak sadar sedikit mengulas senyum. Entah kenapa, percakap

  • Madu Suamiku   Panggilan telpon ituu lagi ???

    Mobil berhenti perlahan di depan rumah Zahra, di kompleks perumahan yang mulai teduh oleh bayang-bayang pepohonan. Sinar matahari siang yang hangat masih menyelinap di sela-sela dedaunan, memberi kesan damai dan nyaman.Zean segera turun dan bergegas membukakan pintu mobil."Ayo, sudah sampai," ucapnya lembut.Zahwa dan Rayyan melompat turun lebih dulu, disusul Zahra yang membawa tas kecil dan beberapa perlengkapan anak-anak. Zean menutup pintu dan sempat membantu menurunkan satu kantong plastik dari bagasi, berisi hasil jepretan cetak foto dari acara sekolah tadi."Maaf ya, aku nggak bisa lama-lama," ujar Zean setelah memastikan semua barang sudah turun. Ia berdiri berhadapan dengan Zahra, menahan sebentar sinar matahari yang menerpa wajahnya dengan tangan. "Tiba-tiba banget tadi ditelepon kantor, katanya ada meeting dadakan. Jadi aku harus langsung meluncur."Zahra tersenyum, mengangguk santai. "Nggak apa-apa. Hati-hati ya, semoga meetingnya lancar.""Aamiin. Terima kasih sudah izin

  • Madu Suamiku   Foto bersama

    "Hahahaha. Maaas, mas. Mau sampai kapan kamu dengan harapanmu itu, Mas... Mbak Zahra bahkan udah nolak berkali-kali lho. Udah sih, Move on... Move on... ""Enak aja! Nggak bisa nggak bisa! Aku harus, dapatin dia kembali!""Kalau dia nggak mau?""Ya harus mau lah. Aku akan lakukan cara apapun. Aa apapun. Kamu dengar itu,""Stres kamu mas!""Kamu tuh lebih baik fokus sama diri kamu sendiri, mas. Perbaiki diri kamu... Perbaiki hidup kamu. Kamu mau sampai kapan kayak gini terus. Terus kalau mbak Zahra balik sama kami, mau kamu kasih makan apa mbak, Zahra... Yakali ibuk juga yang mesti nanggung semua itu." ucap Dinda, lalu akhirnya ia berlalu, ambil minum di showcase depan cafe dan membayarnya. Suasana sekolah Mulai lenggang. Beberapa wali murid dan anak-anak sudah pada meninggalkan lokasi. Sisa beberapa saja yang masih mengantri di both untuk foto-foto. “Bunda… itu Kak Rey!!!”Zahwa menunjuk antusias ke arah Rayyan yang berdiri tak jauh dari booth. Anak itu terlihat menatap teman-temann

  • Madu Suamiku   Membujuk Zahra

    Mereka berdua kini berada di samping gedung, duduk di antara tangga yang terletak disana. Dimas agak sedikit canggung, sementara Zahra lebih memilih mengalihkan perhatiannya pada ponsel yang ia bawa. "Neng...""Ada apa?"" Eum... Makasih ya, kamu udah mendidik Rayyan. Dia tumbuh menjadi anak yang pintar, berprestasi.""Itu sudah kewajibanku, mas.""Iya... Dan aku bangga, neng.""Iya, aku juga bangga. Dia itu... Harapanku mas. Aku ingin melihat dia berhasil. Walaupun...""Neng... Aku pikir, ini saatnya. Aku pikir... Sudah saatnya kita memperbaiki hubungan kita demi anak-anak." ucap Dimas. Zahra tersentak. Ia pun menoleh ke arah Dimas. "Ya aku tahu, aku tahu Neng. Aku tahu kesalahanku sangat besar. Dan sulit untuk kamu memafkannya. Tapi paling tidak... Demi anak-anak. Kamu nggak lihat tadi, Rayyan sama Zahwa kayak gimana gitu ngelihat teman temannya yang keluarganya harmonis." ucap Dimas. Zahra masih diam, hanya sesekali menghela nafas dan tersenyum miring menanggapi omongan Dimas.

  • Madu Suamiku   Momen wisuda kelulusan

    "Halah.. Ibuk sih nggak tahu aja! Buktinya tadi kan? Belum jadi ayah tirinya Rayyan sama Zahwa aja udah kayak gitu!""Bisa aja mereka cuma lagi pengen di mobil itu mas, lagian emang panas sih mas, mobil ini. Kalah jauh kalau sama mobilnya mas Zean.""Diam kamu dinda! Pokoknya, aku akan terus pepet Zahra agar dia mau balik sama aku!"Jam delapan pagi, Mobil Zean memasuki halaman gedung megah tempat diselenggarakannya acara wisuda SD Rayyan. Gedung itu berdiri anggun dengan pilar-pilar putih menjulang tinggi, dihiasi ornamen-ornamen elegan. Halaman parkir yang luas sudah dipenuhi mobil-mobil mewah dan berbagai jenis lainnya, menandakan banyaknya tamu undangan yang hadir. Suasana ramai dan meriah sudah terasa sejak dari pintu masuk. Para orang tua sibuk berfoto-foto dengan anak-anak mereka yang mengenakan toga wisuda, sementara beberapa anak tampak berlarian riang, menunjukkan kegembiraan mereka atas kelulusan. Suara tawa dan obrolan memenuhi udara, bercampur dengan alunan musik

  • Madu Suamiku   4 Tahun kemudian...

    4 tahun berlalu... "Sebentar, kak... Ya Allah... Iya iya, ini bunda udah mau selesai kok!""Ck, bunda Ih!!! Telat nanti, keburu udah mulai acaranya !" ucap Rayyan yang udah rapi dengan pakaian wisuda kelulusan SD nya. Ia terlihat tampan, mirip sekali dengan wajah bundanya dalam versi laki-laki. "Iya iya, kak... Hem... Ini sikit lagi," ucap Zahra sembari memasang bros pada hijabnya. Sementara Zahwa jugantampaknsibuk membetulkan jilbab di depan cermin, sambil sesekali senyum melihat bundanya. "Cantiknya putriku, masyaallah...""Bunda juga cantik kok," ucap Zahwa lagi. Kemudian ia mendekat ke arah bundanya dan memeluknya erat. Begitu juga dengan Zahra yang membalas pelukannya. Ia merasa bersyukur dan tidak pernah menyangka dia bisa bertahan sejauh ini. "Bunda... Zahwa... Ayo dong... Om papa udah nunggu di luar tuh dari tadi. Udah jam tujuh juga," ucap Rayyan kembali masuk ke kamar bundanya. "Hem? Om Zean kesini?""Iya. Tadi malam Om Zean udah janji sama Rayyan buat temenin Rayyan ha

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status