Home / Rumah Tangga / Madu Suamiku / kasih Bunda tiada tara

Share

kasih Bunda tiada tara

Author: Aisyah Ahmad
last update Last Updated: 2025-11-19 00:29:58
"Mas, tunggu!!!"

"Kenapa Neng?" Dimas berhenti lalu menoleh setelah mendengar panggilan dari wanita yang pernah, bahkan masih sampai saat ini mengisi hatinya. Zahra tampak melangkah maju beberapa langkah ke depan,

"Ada apa? Jangan bilang kamu mau menolak itu. Apa karena sekarang kamu sudah di kasih jatah sama si Zean itu?"

"astagfirullah, pikirannya. Baru aja aku heran kok tumben nggak marah-marah. Rupanya aku salah! Aku cuma mau tanya Mas, kamu sudah tahu keberadaan Nisa dimana?"

"Eum, belum."

"Ck. Mas, walau bagaimana pun ada anak juga di dalam Rahim Nisa yang menjadi kewajibanmu atas nafkahnya. Bukan hanya Rayyan dan Zahwa."

"Iya, aku tahu kok Neng. Nanti aku akan mencarinya, prediksi aku dia pulang ke Bogor."

"Gampang banget ya mas kamu kalau ngomong? Kalau tidak? Bukankah terakhir Ayahnya bilang tidak mau menerimanya lagi setelah memilih menikah dengan mu?"

"Neng... Kenapa kamu masih perduli dengannya?"

"Ya karena aku juga seorang perempuan."

"Ck. Sudahlah Neng
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Madu Suamiku   Menghadapi Kemarahan Ayah

    "Dia baik-baik saja kok, dia anak yang kuat. Tapi kamu jangan stres ya, kasihan dia." ucap Bunda Alina sembari mengelus perut Nisa juga. Walaupun kebencia dan kekecewaannya pada Dimas masih belum pudar, itu tak mempengaruhi sayangnya Nisa pada janinnya."Alhamdulillah,""Kamu jangan banyak gerak dulu, istirahat aja dulu nak.""Ayah, dimana bund?" tanyanya sembari celingukan."Ayah masih sibuk, belum bisa kesini.""Ah, nggak Bund. Bunda nggak usah nutupin, nggak apa-apa kok, kalau emang Ayah masih benci dan masih marah sama Nisa. Nisa tahu Nisa salah. Tapi... Gimana caranya minta maaf ke Ayah, bund?""Ya minta maaf aja.""Nisa takut Ayah makin marah dan makin benci sama Nisa. Oh ya bund, Ayah sudah tahu belum kalau... ""Sudah, Bunda sudah cerita semuanya kok,""Gimana respon Ayah, Bund? Ayah makin benci ya ? Makin marah ya ? Bund... ""Sssst, sudahlah, jangan di fikirkan dulu... Yang penting ka

  • Madu Suamiku   Gosip

    "Iya, tapi Dia lebih jago sih dari Ayah. Skillnya lebih oke. Haha," ucap Bundanya, lalu ia berjalan ke pintu mobil dan mengajak Dara masuk. Tak berapa lama, kendaraan roda empat itu melesat meninggalkan area parkir PT. Relin Group. Perusahaan produk lokal yang di bangun oleh Pak Rustam sejak kecilnya triplet Niar, Nisa dan Nina. Sejak Pak Rustam memutuskan untuk pindah haluan dari seorang fotografer."Bund, Bunda kok pucat? bunda... Bunda nggak apa-apa kan? Kita, kita kerumah sakit dulu ya Bunda? Bunda pucat gitu?""Ah, nggak... Bunda nggak apa-apa. Capek aja mungkin. Pulang aja, nggak perlu ke rumah sakit, nanti Bunda pakai tidur juga normal lagi." ucap Bunda Alina. Kemudian keduanya tampak saling terdiam. Dari raut wajahnya Bundanya sebenarnya sudah tampak lelah dan banyak sekali yang di pikirkan."Ya udah Bund, kita... Masuk dulu yu, Bunda istirahat deh kalau begitu," ucapnya saat baru turun dari mobil di depan halaman rumahnya. "Eh, jeng jeng, tahu nggak... Si Nisa itu kemarin pu

  • Madu Suamiku   Apa maafku diterima ?

    "Iya, tapi Dia lebih jago sih dari Ayah. Skillnya lebih oke. Haha," ucap Bundanya, lalu ia berjalan ke pintu mobil dan mengajak Dara masuk. Tak berapa lama, kendaraan roda empat itu melesat meninggalkan area parkir PT. Relin Group. Perusahaan produk lokal yang di bangun oleh Pak Rustam sejak kecilnya triplet Niar, Nisa dan Nina. Sejak Pak Rustam memutuskan untuk pindah haluan dari seorang fotografer."Bund, Bunda kok pucat? bunda... Bunda nggak apa-apa kan? Kita, kita kerumah sakit dulu ya Bunda? Bunda pucat gitu?""Ah, nggak... Bunda nggak apa-apa. Capek aja mungkin. Pulang aja, nggak perlu ke rumah sakit, nanti Bunda pakai tidur juga normal lagi." ucap Bunda Alina. Kemudian keduanya tampak saling terdiam. Dari raut wajahnya Bundanya sebenarnya sudah tampak lelah dan banyak sekali yang di pikirkan."Ya udah Bund, kita... Masuk dulu yu, Bunda istirahat deh kalau begitu," ucapnya saat baru turun dari mobil di depan halaman rumahnya. "Eh, jeng jeng, tahu nggak... Si Nisa itu kemarin pu

  • Madu Suamiku   kasih Bunda tiada Tara 2

    "Apa mereka memperlakukanmu tidak baik? Sering memukulimu kah? Atau... sering mencacimu ya?" tanya Bundanya sembari melihat mata Nisa. Kemudian beralih menatap badan Nisa yang sekarang kurus, tak seperti dulu saat terakhir kali Bundanya melihatnya. Sejenak Nisa terdiam. Setelah beberapa detik dia pun tertawa hingga membuat Bundanya bingung."Kok malah ketawa.""Hehehe, enggak Bund, Keluarga Mas Dimas memperlakukanku dengan baik kok. Ibunya Mas Dimas baik, istrinya juga baik bahkan seperti malaikat. Mbak Zahra namanya bund. Dia baik kok. Bahkan aku yang merasa bersalah padanya, sampai saat ni aku masih punya hutang maaf padanya. Entah, mungkin suatu saat nanti kalau aku udah siap, aku kembali ke sana untuk minta maaf langsung pada mbak Zahra," jawab Nisa, Tapi malah membuat Bundanya bingung."Tapi belakangan Mas Dimas sudah mulai berubah bund. Dia tak pernah menghargai keberadaanku. Terakhir kali, mas Dimas sama mbak Zahra sudah bercerai. Mbak Zahra akhirnya melepaskan Mas Dimas, tapi

  • Madu Suamiku   kasih Bunda tiada tara

    "Mas, tunggu!!!" "Kenapa Neng?" Dimas berhenti lalu menoleh setelah mendengar panggilan dari wanita yang pernah, bahkan masih sampai saat ini mengisi hatinya. Zahra tampak melangkah maju beberapa langkah ke depan, "Ada apa? Jangan bilang kamu mau menolak itu. Apa karena sekarang kamu sudah di kasih jatah sama si Zean itu?" "astagfirullah, pikirannya. Baru aja aku heran kok tumben nggak marah-marah. Rupanya aku salah! Aku cuma mau tanya Mas, kamu sudah tahu keberadaan Nisa dimana?" "Eum, belum." "Ck. Mas, walau bagaimana pun ada anak juga di dalam Rahim Nisa yang menjadi kewajibanmu atas nafkahnya. Bukan hanya Rayyan dan Zahwa." "Iya, aku tahu kok Neng. Nanti aku akan mencarinya, prediksi aku dia pulang ke Bogor." "Gampang banget ya mas kamu kalau ngomong? Kalau tidak? Bukankah terakhir Ayahnya bilang tidak mau menerimanya lagi setelah memilih menikah dengan mu?" "Neng... Kenapa kamu masih perduli dengannya?" "Ya karena aku juga seorang perempuan." "Ck. Sudahlah Neng

  • Madu Suamiku   kata Cinta ? untuk apa ?

    "Hm... Takutnya kalau kamu langsung mengungkapkannya sekarang dia malah makin jauh Zeann. Aku pernah bicara ke dia, untuk saat ini fokusnya masih ke anak. Mungkin kamu juga bisa memulainya dari situ.""Ambil hati anak-anaknya dulu kan?""Nah, itu tau... ""Baiklah, ku ikuti saranmu suhu,""Dasar! Gitu aja pake di ajarin segala!" ucap Resti sembari melempar batu kecil ke Zean.Tak berapa lama Zahra datang bersama anak-anak. Mereka tampak berlarian sembari membawa beberapa bungkus jajan."Disitu kesalahan pertamamu, Zean." bisik Resti ke Zean"Apa?""Kamu kurang peka! Harusnya kamu lah yang jajanin mereka!""Mana aku tahu, Resti. Tadi waktu aku pergi bentar mereka masih di sini kok,""Halah, dasar nggak peka!""Oh hai... Sorry ya lama. Anak anak tadi rewel minta jajan. Wah, kok dapat bunga edelweish dari mana Zean? Emang di sini ada yang jual?" tanya Zahra saat melihat Zean memegangi bunga yang di bawanya tadi."Mmmm, mmm""Oh, ini bungaku Za, tadi Dani yang beli di Tengger." ucap Resti

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status