Share

134. Dia Lenyap

Pukul 20.53 kami baru tiba di rumah karena menyempatkan singgah di pusat perbelanjaan sebagai hadiah khusus. Aku bahagia karena kasih sayang Ferdila semakin bertambah. Dia selalu mengaku tidak sabar menunggu sembilan bulan ke depan.

Vidia tidak membuka pintu tadi, untung aku bawa kunci utama. Tanpa memanggil perempuan itu, Ferdila mengajakku langsung masuk kamar. Bukan menuntun, melainkan menggendong langsung. Setelah tiba, dia meletakkanku dengan pelan di tempat tidur.

"Andai waktu bisa diputar, aku ingin berada di bulan ke sembilan di mana status suami berubah menjadi ayah. Ya, ayah dari anak kita." Ferdila tersenyum. Aku terharu dan mengusap lembut kepala yang berada di atas perut. Dia mencium penuh kelembutan.

"Kamu mau anak perempuan atau laki-laki?" tanyaku dengan suara pelan.

Ferdila bangkit, dia duduk dengan posisi masih menghadapku. Senyum di bibirnya belum juga pudar. Jelas sekali di manik mata itu terpancar kebahagiaan, mungkin tiada tara. Dua

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status