Share

Bab 5 Menemui sahabat lama

La Rossa meninggalkan Rumah Sakit, ia menyelinap dengan mengambil pakaian seorang Dokter yang tergantung disebuah ruangan kosong milik salah seorang Dokter praktek di sana.

Ia pergi dengan menggunakan taxi yang kebetulan lewat di depan Rumah Sakit, ia meminta pada sang supir untuk mengantarkannya pada alamat yang ia sebutkan.

Mobil pun melanju mengantarkan La Rossa ke sebuah lingkungan komplek perumahan yang sederhana. Ia turun ketika mobil berhenti tepat disebuah rumah bercat kuning pucat dengan halaman rumah yang penuh dengan bunga mawar beraneka warna.

La Rossa meminta supir untuk menunggunya karena ia tidak memiliki uang sepeser pun.

"Pak tunggu sebentar ya," pinta La Rossa pada supit taxi itu.

"Ya neng," ucap supir itu setuju.

Lalu ia berjalan membuka pintu gerbang dan melangkahkan kakinya hingga sampai di depan pintu dan mengetuknya.

Pintu terbuka dan menampakkan sosok gadis cantik berhijab seusianya, ia menatap bingung La Rossa.

"Cari siapa Ka?" tanya gadis itu.

"Cari Anisa," jawab La Rossa singkat.

"Cari saya?" tanya Anisa merasa heran, karena orang yang ada di hadapannya tidak ia kenal.

"Iya, kamu lupa denganku?" tanya La Rossa.

Anisa menatap lekat ke arah La Rossa, samar-samar ia mulai mengingat wajah gadis di depannya yang sangat mirip dengan sahabat kecilnya dulu.

"Rossalinda?" tanya Anisa.

"Iya," jawab singkat La Rossa.

Anisa tanpa menunggu lama ia langsung memeluk La Rossa erat, air matanya menetes membasahi pipinya.

"Kamu kemana saja selama ini Ros?" tanya Anisa sambil melepaskan pelukannya.

"Bisa pinjamin aku uang?" tanya La Rossa berterus terang.

"Uang?" tanya Anisa heran.

"Untuk membayar Taxi," jawab La Rossa datar.

Semenjak masuk kedalam kelompok pembunuh bayarab ia tidak bisa tersenyum, senyuman yang ia tampilkan hanya senyum palsu untuk menjerat targetnya, selebihnya ia akan kembali ke La Rossa yang kaku dan dingin.

Anisa merogoh saku bajunya, ia menyerahkan uang seratus ribuan sebanyak lima lembar, La Rossa mengambilnya dan menyerahkan semua kepada supir Taxi.

"Neng kebanyakan, ongkosnya hanya seratus ribu," ucap sang supir sambil menyerahkan sisa uangnya.

La Rossa mengambil uang itu dan kembali menemui Anisa. Dan Anisa mengajak La Rossa masuk ke dalam. Setelah mereka berdua duduk dikursi ruangan tengah, La Rossa langsung menanyakan khabar orang tua Anisa.

"Bagaimana khabar Bibi dan Paman?" tanya La Rossa.

Mendengar pertanyaan La Rossa, Anisa langsung menundukan kepalanya, ia terisak menangis, bahunya berguncang.

La Rossa yang melihat Anisa menangis hanya menatapnya saja, ia tidak berusaha untuk menghiburnya karena ia tidak tahu caranya.

"Ada apa dengan mereka?" kembali La Rossa bertanya ketika melihat Anisa sudah reda menangisnya.

"Mereka sudah meninggal," jawab Anisa sedih, ia menyeka air matanya dengan punggung tangannya.

"Sakit?" tanya La Rossa datar.

"Entahlah? Mereka meninggal secara tak wajar. Mama meninggal keracunan dan Papa meninggal dalam sebuah kecelakaan saat akan menyeberang jalan," ucap Anisa sedih.

La Rossa terdiam, sorot matanya menampakkan kemarahan yang luar biasa, lalu kembali dingin hanya dalam hitungan detik. Anisa yang melihatnya terkejut kaget.

La Rossa yang ia kenal dulu kini telah berubah, tidak ada untaian senyuman dalam bibirnya seperti dulu saat mereka bersama, sorot matanya yang selalu berbinar kini dingin dan mampu membekukan hati orang yang menatapnya, apalagi saat Anisa menatap matanya ketika marah, ada kengerian dalam hatinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status