Share

Bab 4 - Mantan Kekasih

Penulis: Loserpryyy01
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-20 14:56:10

"Pagi, Maxime," setelah beberapa saat terdiam di depan sebuah coffe shop, Elia akhirnya memberanikan diri masuk dan menyapa seorang barista sekaligus pemilik kedai tersebut. Pria itu adalah Maxime Millian, kekasihnya.

"Elia?" Maxime seketika langsung sumringah, ia lekas melepas apron dan topi untuk menghampiri kekasihnya yang telah lama dirindukan, "Ah, aku khawatir sekali setelah kau tak menghubungiku berhari-hari."

Gadis itu sontak menudukkan kepala sendu, merasa bersalah karena seolah menghilang dari kehidupan Maxime setelah tahu akan dijodohkan dengan orang lain, "Maaf... aku bingung."

"Kenapa? ada masalah apa?" Max menarik Elia duduk di bangku tepian, cukup jauh dari pelanggan lain. Ia sepenuhnya memberikan perhatian pada Elia, mengabaikan dua orang pegawai yang terlihat cukup kerepotan karena kedatangan pembeli berturut-turut.

Elia mengambil napas dalam-dalam sebelum akhirnya berkata, "Aku akan menikah dua minggu lagi."

Sontak keheningan datang diantara keduanya. Elia tertunduk menyesal setelah berat hati harus mengatakan kalimat itu, sementara Max terdiam mencerna, ia tak yakin mendengar hal itu dari kekasihnya yang selalu dimabuk asmara ketika mereka bertemu. Elia yang ada di hadapannya, seperti bukan Elia yang dikenal.

Cukup sulit bagi keduanya yang sudah saling berkomitmen dalam hubungan selama lebih dari tiga tahun. Elia dan Maxime pertama kali bertemu di kegiatan orientasi kampus sebagai kenalan biasa yang sama sekali tidak akrab. Hingga akhirnya beberapa bulan kemudian mereka kembali bertemu dalam sebuah komunitas wirausaha di kampus yang sama, keduanya berakhir semakin dekat dan nyaman, sampai Max memberikan buket bunga pertama kepada gadis yang disukainya yaitu Elia. Mereka menjalani hubungan cukup serius sejak saat itu, bahkan tak jarang membicarakan soal pernikahan dan kehidupan rumah tangga yang akan semakin menyenangkan jika dibayangkan.

Tidak disangka kalau kisah asmara keduanya akan berakhir tragis tanpa bisa bersatu. Baik Max maupun Elia sama-sama menjadi cinta pertama bagi satu sama lain, mereka cocok dan kompak dalam berbagai hal, bahkan selama tiga tahun menjalin hubungan, sangat jarang sekali terjadi percekcokan. Elia selalu memaklumi bagaimana sosok Maxime dan apapun hal yang dilakukan, sementara Max juga tidak pernah mengabaikan Elia sesibuk apapun dirinya dalam menjalani sesuatu.

"Tapi kenapa? bukankah kau berjanji mau menungguku sebentar lagi?" Max menunjukkan wajah memohon, "Cuma sampai aku lulus kuliah, sebentar lagi saja. Aku juga sudah mapan dan punya penghasilan lebih dari cukup untuk kita dari coffe shop ini."

Elia menggeleng, "Ayahku sudah mengatur perjodohan dengan pria pilihannya, aku tak bisa berbuat apapun."

Max menaruh telapaknya diatas kedua tangan Elia yang saling bertaut, "Baiklah kalau begitu malam ini juga aku akan datang ke rumahmu, kita bicara baik-baik dengan ayahmu."

"Tidak bisa, aku sudah mencoba berkali-kali," balas gadis itu pesimis. Selain itu, jika Maxime sampai datang ke rumah, Davine bisa saja langsung mengoyak tubuh dan menggerogoti habis jantung Max karena keberaniannya datang langsung ke kandang singa.

Namun tampaknya Max tidak peduli meski dirinya juga sudah tahu sebetapa mengerikan seorang Liam Carter, walau hanya lewat tatapan mata, "Maka kini giliranku sendiri yang bicara."

"Jangan, keputusan Ayah sudah mutlak, kau akan celaka kalau menentangnya," cegah Elia semakin khawatir kalau Max memang akan bertindak sungguhan.

"Tapi Elia ini bukan hanya tentang perasaan..."

Saat itu pintu depan coffe shop yang memiliki lonceng berbunyi, seseorang yang sama sekali tidak asing menarik pandangan Elia dari pembicaraannya dengan Maxime.

"Lawrence?"

Gadis itu sontak berdiri dari tempatnya dengan bola mata bergetar panik, seolah tertangkap basah telah melakukan sesuatu yang buruk.

Lawrence dengan senyum ramah menghampirinya dengan senyum lebar, "Elia, kebetulan yang sangat luar biasa kita bertemu di sini tanpa janji, tapi siapa... pria ini?" ekspresinya berubah sedikit maam setelah tahu ada 'sosok' lain yang menemani calon pengantinnya, terlebih itu seorang pria.

"Dia teman—"

Ucapannya dengan cepat dipotong oleh Maxime, ketika dia tampak menyadari kegugupan Elia, "Aku kekasihnya."

Law yang semula fokus pada Elia, memutar pandangan ke arah Maxime, "Aku tak percaya ini, tapi aku calon suami kekasihmu."

Maxime tersenyum miring, "Jadi dia orangnya, Elia?"

"Cukup, maafkan aku Maxime, kita harus mengakhirinya sekarang juga, aku tak mau urusannya jadi semakin panjang." Elia yang semula hanya diam akhirnya angkat bicara menjawab pertanyaan keduanya, "Lawrence calon suamiku dan kami akan menikah tak lama lagi, maaf tapi semoga kau bisa dapat wanita yang jauh lebih baik dariku."

Elia lantas pergi begitu saja sembari menarik Lawrence keluar dari coffe shop milik Maxime.

"Kenapa kau bisa ada di sini tiba-tiba? kau menguntitku?"

Law mengelak, "Ini tempat umum, semua orang juga tahu di sini coffe shop paling enak."

"Tidak mungkin, kau pasti mengikutiku dan memata-matai seluruh kegiatanku."

"Aku tidak segila itu, Elia." Lawrence mengubah pandangannya jadi sedikit lebih santai, tak mau terlihat mengerikan dihadapan calon pengantinnya, "Lagipula jujur saja tidak masalah, kau sudah mengakhiri hubunganmu dengan pria barista itu, dan kita akan menikah sebentar lagi. Apa yang perlu ku takutkan jika pada akhirnya aku yang menang?"

Elia menghela napas kesal, melangkah menjauhi Lawrence.

Hanya saja tampaknya tidak akan semudah itu untuk pergi karena pria itu segera menarik pergelangan tangannya, "Akan ku antar."

Gadis itu hanya terdiam pasrah dan mengikuti kemanapun dirinya dibawa pergi.

To be Continued...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mafia Dilarang Mencintai Siapapun   Bab 41 - Kupu-Kupu Malam Berkelana

    "Di mana Law? seharian aku tak bisa menghubunginya sama sekali," tanya Ann sesaat setelah memasuki ruangan paling terjaga privasinya di Narcist. Pertanyaan yang ia lontarkan pada Will, En, dan John—bagian dari orang penting Narcist yang seolah menjadi penjaga ruang tersebut, hanya sekedar basa-basi untuk membuka pembicaraan, karena keduanya terlihat sangat tenang, terlarut dalam pikiran masing-masing.Will mengangkat bahu, "Dia menyerahkan tugas kantor pada orang lain, dan tugas komunitas padaku, entah kemana orang itu.""Haruskah kita mencari tahu?" tanya En sekaligus menyampaikan pendapatnya, "Mungkin saja dia sedang menyelesaikan masalah berbahaya yang tidak bisa melibatkan kita, seperti tahun lalu di sungai idris?""Law tidak se-spontan itu, kalaupun ada masalah yang tidak bisa melibatkan kita, dia pasti berbicara sebelumnya," balas John, merasa tak ada masalah selagi Law tidak meminta bantuan darinya, "Bukan malah menghilang tiba-tiba begini."Ann menghela nafas sembari mengambil

  • Mafia Dilarang Mencintai Siapapun   Bab 40 - Kejujuran Berumahtangga

    "Eh, kau tidak apa-apa?!" Elia terbelalak saat seorang anak tiba-tiba berlari menubruk kursi rodanya hingga tersungkur ke lantai.Anak perempuan itu mengeluh, sembari mengusap lututnya yang memar akibat benturan dengan lantai, "Aduh, sakit..." ia tidak menangis, malah menatap tajam Elia dengan pandangan kesal. Padahal luka itu juga karena kesalahannya sendiri yang tidak berhati-hati saat berjalan."Sini duduk dulu," Elia meraih tangan anak itu, mendudukannya ke pangkuan, hingga pandangan kesalnya seketika sirna.Diusapnya bekas memar itu secara lembut. Membuat anak itu mengalihkan pandangan ke Elia, menatap dari dekat secara teliti."Bibi istrinya Paman Law ya?"Elia mengangguk membalas pertanyaan gadis kecil itu.Sontak wajahnya berubah masam, membuat Elia keheranan. Anak itu menyentuh beberapa bagian kursi roda, sembari bertanya, "Kenapa dia bisa menikah dengan orang cacat? padahal Paman sangat sempurna, semua anak perempuan mau menikah dengannya nanti saat dewasa."Elia terkejut de

  • Mafia Dilarang Mencintai Siapapun   Bab 39 - Cerita Waktu Lampau

    "Jadi kau istrinya Lawrence? maaf karena tidak bisa datang di hari pernikahan kalian waktu itu, Ibu terlalu sibuk pada anak-anak di sini hingga mengabaikan hari kebahagiaan Law."Elia agak bingung saat mulai diajak berbicara, ia baru sadar kalau orang-orang di sana merupakan masa lalu Law yang dipandang cukup berharga oleh pria itu, saat dia bermain, berlarian, bercanda pada semua anak-anak. Law yang ada di hadapannya saat ini menjadi persis seperti Law yang membawanya ke tepi pantai tempo hari, sebelum terjadinya insiden yang membuat keduanya renggang.Elia menjabat tangan wanita baya itu—Sarah, begitu yang tertulis pada bordiran di sisi kanan pakaiannya, "Tidak seharusnya anda meminta maaf padaku."Sarah tampak ramah, wajar jika dia menjadi pengurus panti asuhan sekaligus ibu dari seluruh anak malang yang tak mendapat kasih dari orang tua kandungnya. "Jadi, bagaimana Law sejauh ini? dia memperlakukanmu dengan baik 'kan?""Tentu, dia baik." Elia menjawabnya agak ragu."Syukurlah," he

  • Mafia Dilarang Mencintai Siapapun   Bab 38 - Panti Asuhan Kasih Abadi

    "Asal kau tahu, Ann pernah hampir membunuhku.""Membunuh," Law terbelalak, tidak cukup percaya dengan hal itu. Ia tahu Ann tak menyukai Elia, tapi tak mungkin pula kalau Ann sampai tega melakukan tindakam berbahaga, itu sama saja seperti dia cari mati.Elia memutar bola mata, "Malam itu di hutan dekat perkebunan," ia memperjelas pernyataan yang semakin membuat Law percaya, "Menurutmu apa yang bisa membawaku sampai ke sana? kau pun tak pernah ingin tahu lagi setelah masalahnya selesai."Law terdiam, waktu itu ia memang tidak bertanya lebih banyak karena khawatir. Elia terlihat sangat traumatis, sehingga ia tak berusaha membahasnya."Ann bilang topinya terjatuh ke jurang, topi peninggalan orang tuanya, padahal aku sebenarnya tahu jelas kalau kalian berasal dari panti asuhan. Waktu itu aku tak tahu apa maksudnya, tapi aku tetap membantu turun untuk mengambilkannya—dan kau tahu apa yang dia lakukan?" "Dia... mendorongmu?" tebak Law.Wanita itu sontak tertawa masam—ia yakin Law faham soal

  • Mafia Dilarang Mencintai Siapapun   Bab 37 - Kesalahpahaman Berkelanjutan

    Elia mendekam di dalam kamar usai mengantarkan makanan dari rumah Law, berlagak seolah tak terjadi apapun, padahal perasaannya amat kalut sekaligus penasaran.Ia memandang cermin kecil yang ada dalam genggaman, "Apa maksunya masa lalu dari keluarga kita dahulu? apakah pernah terjadi sesuatu antara ayah atau ibu dengan keluarga kandung Law?""Lalu, apa dia juga sudah tahu rencana-rencana jahat ayah untuk mengambil alih semua kepemilikannya?—mengapa pembicaraan mereka seolah menargetkan hal itu.""Dan apa maksudnya Law sedang mempersiapkan puncak permainannya? memangnya permainan apa yang akan dilakukan?!"Elia frustasi karena memikirkan banyak sekali tanda tanya di dalam kepalanya. Namun, ia tak berniat mengungkapkan hal itu terhadap sang ayah ataupun kakak lelakinya. Mereka justru akan mempersulit suasana dan menyusahkan dirinya.Law tampaknya lebih takut kalau ia salah faham soal keberadaan dia dan Ann dalam satu ruangan tanpa orang lain, walaupun Elia tahu sikap dan perasaan yang di

  • Mafia Dilarang Mencintai Siapapun   Bab 36 - Cinta Sejati Yang Terlarang

    Malam itu, Law menegak wine pemberian John yang padahal hampir tidak pernah tersentuh selama beberapa bulan. Ia tidak suka alkohol, tapi bukan berarti tak mau mengkonsumsinya. Law akan minum pada malam-malam tertentu kalau memang dirinya sedang ingin. Kepalanya mulai pening setelah beberapa saat kemudian, sampai suara Ann yang mengetuk ruang kerjanya tak terdengar sama sekali. Wanita itu menutup pintu rapat-rapat saat melihat siluet Law berdiri di dekat jendela, "Law?" "Lawrence?" ulangnya. Pria itu abai, tak menghiraukan and kedatangan Ann. Atau mungkin alam bawah sadar telah mempengaruhi pikirannya secara penuh. "Gelap sekali, sedang apa kau?" komentar Ann sembari berjalan ke sudut ruangan, menghampiri sakelar lampu. Namun langkahnya terhenti saat Law mulai bicara. "Kepalaku pusing, jangan nyalakan lampunya, biarkan redup seperti ini." Ann menghela napas, kemudian kembali duduk ke meja kerja Law. Di sana pandangan matanya fokus terhadap sebuah potret manis antara sepasang peng

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status