Share

Bab 3 - Secangkir Racun

"Jika aku tidak bisa membatalkan pernikahan ini, maka Lawrence yang harus pergi."

Elia sadar kalau dirinya bukan orang baik, namun juga tak bisa disebut orang jahat. Ketika memiliki ayah dan kakak pengidap gangguan psikopati, secara tak langsung ia terdidik oleh perilaku kejam mereka. Lingkungan lah yang menjerumuskannya kedalam hal keji, di mana aksi teror, pembunuhan, penganiayaan dilakukan secara terang-terangan.

Meski begitu, nurani-nya belum mati. Ia seorang perempuan yang mengutamakan perasaan, bukan logika dan tindakan.

Karena Maxime harus hidup, sementara dirinya tak mau dinikahkan, Elia dengan berat hati menuangkan serbuk arsenik ke dalam cangkir kopi yang dihidangkan untuk Lawrence pada pertemuan mereka malam ini.

Serbuk itu didapatkannya secara khusus dari komunitas gelap yang disebut Narcist, Elia sudah tidak asing lagi dengan organisasi itu karena keluarganya bekecimpung erat dengan dunia bisnis bawah mereka, bahkan komunitas itu juga yang jadi incaran sang ayah hingga rela menjual anak gadisnya sendiri pada orang asing. Elia membeli benda tersebut atas nama dirinya, dan transaksi dilakukan lewat salah satu anak buah ayah yang dia bayar sebagai uang tutup mulut.

Tidak ada kecurigaan dari Liam dan Davine saat Elia hadir di meja makan sembari membawa minuman khusus untuk Lawrence, tanpa diminta.

Elia pikir, kalau Lawrence mati, tujuan Liam tak bisa tercapai, dan ia tidak akan dinikahkan. Pikirannya terlalu dangkal, tak memikirkan masalah usai hal itu terjadi—untuk saat ini, Elia cuma ingin lari dari paksaan menikah.

"Kami sudah membicarakan ini kemarin, rencana masih satu bulan lagi. Aku dan Elia baru saling mengenal, sepertinya tak masalah kalau ditunda sebentar." Lawrence tengah berbincang serius dengan Liam dan Davine.

"Selagi kalian nyaman, aku menerimanya. Keputusan ada ditanganmu, Lawrence," sahut Liam.

Lelaki itu menggeleng, sembari mengalihkan pandangan pada gadis disampingnya, "Aku sendiri memberikan keputusan pada Elia."

"Davine belum menikah," balas Elia spontan.

"Kenapa kau tiba-tiba membahasku?" sontak raut Davine berubah masam bercampur ancaman.

Liam menengahi keduanya dengan tawa kecil, "Elia, kakakmu ini belum se-mapan Lawrence. Dia butuh pertimbangan banyak sebelum menikahi anak orang. Sementara kalian sudah punya segalanya, tinggal menyamankan diri. Tak perlu mengkhawatirkan Davine."

Alibi, hanya alibi rendahan yang dikatakan Liam demi mengalihkan pembicaraan tentang permasalahan putra sulungnya. Davine pun kelihatan tak peduli dengan jawaban itu.

Karena tatapan tajam sang ayah, Elia mendadak kalut. Tanpa sadar ia mengikis kuku dengan permukaan meja sejak tadi sembari memperhatikan gerak-gerik jemari Lawrence yang berada di sekitar cangkir kopi.

Pria itu mulai memegang gagang cangkir, mendekatkannya ke bibir.

"Lawrence!" Elia seketika berteriak, merebut kasar cangkir itu hingga hampir tumpah, "Aku baru ingat belum menambahkan gula."

"Tidak apa-apa, aku suka kopi pahit."

"Aku akan menggantinya."

Liam memangku dagu sambil tersenyum melihat kepergian putrinya—dalam keadaan panik.

•••

"Ingat Elia, segala tindakanmu saat ini akan dipertanggung jawabkan. Jadi jangan harap bisa membatalkan pernikahan, cukup ikuti saja alurnya sampai ayah bilang selesai, maka kau akan bebas." Liam mengarahkan pandangan setajam pisau begitu Lawrence pergi usai membicarakan banyak hal tentang pernikahan dan segala persiapannya.

Liam tampaknya tahu soal arsenik yang dicampurkannya ke dalam kopi untuk Lawrence. Sudah jelas, orang bawahan ayahnya begitu setia. Elia menyesal tak melakukan transaksi sendiri, setidaknya untuk menghindari orang lain tahu rencananya.

"Kenapa bukan Davine—"

Bantahan Elia sontak mendapat respon lebih mengerikan dari sebelumnya, "Davine lagi, Davine lagi, dia sudah punya tugas sendiri dalam misi kali ini, dan tugasnya jelas jauh lebih berat darimu."

"Maka aku siap menggantikannya," balas Elia seolah tak lagi memiliki rasa takut meski terdapat tiga pisau steak yang masih ada di atas tiap piring, padahal benda tajam itu bisa melukainya kapan saja, "Ada banyak anak perempuan dari keluarga kaya raya melebihi harta benda kepemilikan Lawrence, seperti Anita Rodhes, cucu pendiri pusat komersial palilng sukses di negara ini, atau Jamie Bernal yang memiliki sembilan puluh persen harta warisan dari ayahnya, menteri pertahanan negara. Jamie juga terkenal suka menghambur-hamburkan uang di media sosial hanya untuk kegiatan tak berguna seperti pesta alkohol, Davine pasti mudah mendapatkan perhatian darinya. Selai itu ayah kenal dengan semua orang-orang itu, tidak sulit bagi kita untuk menyusup masuk ke kehidupan mereka."

Liam tertawa kecil dengan berbagai alasan yang disampaikan putrinya untuk menghindari perjodohan sebisa mungkin, "Orang-orang yang kau sebutkan itu hanya penerima sebagian kecil harta dari keluarga yang tak dikembangkan, maka semakin lama nilai jual harta mereka juga menurun. Selain itu, latar belakang mereka adalah orang-orang penting di negara. Satu hal pasti yang bisa jadi bumerang untuk kita."

"Lalu memangnya jika menjatuhkan Lawrence dan mengambil alih seluruh kepemilikannya, tidak akan ada bumerang yang berbalik pada kita?" balas Elia tak terima, "Ingat ayah, hukum alam itu ada dan akan tetap berjalan sesuai alur takdir yang sudah digariskan."

"Kau pintar sekali menganalisa sayang, persis seperti ayah, dan tentu saja karena itulah ayah memilih Lawrence sebagai target kita." Liam meletakkan pisau dan garpunya kembali ke piring, lantas mendorong benda itu agak jauh dari hadapannya, "Lawrence adalah anak muda yang kebetulan cukup jenius di bidangnya hingga berhasil meraih tonggak pencapaian penghasilan tinggi meski masih cukup muda. Tapi seperti yang ku katakan, dia hanya anak muda yang labil sama halnya Davine dan juga kau, selain itu Lawrence juga terbilang cukup penurut selama aku mengenal. Harta dan kepemilikan Law adalah hak-nya sendiri, Law's corp juga didirikan atas namanya dan bukan sekedar warisan dari keluarga asuh Law yang sudah mati, dengan begitu dia akan sangat mudah jatuh ke dalam perangkap kita."

"Bagaimana jika dia lebih dari yang ayah pikirkan?"

"Ayah tak akan memikirkan hal itu, karena ayah jauh lebih tahu soal Lawrence dibanding dirimu." Liam mengalihkan pandangan pada Davine yang datang menghampiri mereka, "Selain itu dia ada di depan mata kita, dia sendiri yang bilang pada ayah kalau tertarik dengan satu-satunya putriku yang cantik, maka hilangkan pikiranmu soal para anak sendok emas seperti Anita Rodhes atau Jamie Bernal, kakakmu juga tak akan sanggup menikahi mereka."

Davine menghela napas, "Lakukan saja pekerjaanmu Elia, cukup tetap diam dan tenang sampai hari pernikahan itu tiba dan hiduplah bersama pria itu sebagaimana suami istri pada umumnya. Setelah itu tunggu aba-aba dari aku dan ayah untuk melakukan tugas-tugasmu sebagai mata-mata Lawrence. Itu bahkan tak akan berlangsung sampai satu tahun jika kau bisa bekerja lebih cerdik."

"Tidak akan berlangsung sampai satu tahun..."

To Be Continued...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status