Share

Kemarahan Daniel

Darah yang mengalir dalam nadi Daniel seakan mendidih. Meja di ruangannya ditendang hingga seluruh benda di atasnya berhamburan. Kedua rahangnya mengeras, urat-urat lehernya pun menegang. Mata Daniel dipenuhi oleh kilat amarah.

Semua pengawal terdiam tanpa berani bergerak sedikit pun di hadapan Daniel, terutama Jackson dan Harry yang terpaku di tempat mereka berdiri. Sungguh tamat riwayat kedua pengawal itu. Daniel menatap mereka satu persatu dengan tatapan menusuk.

"SIAPA YANG MENYURUH KALIAN MENINGGALKAN BELLA, HAH?!" teriak Daniel tepat di depan wajah Jackson dan Harry.

Lelaki itu meninju wajah Jackson dan Harry secara bergantian. Mereka berdua terjatuh ke lantai dengan keras. Jackson dan Harry tak berani melawan. Mereka hanya diam sembari menahan rasa sakit.

Daniel menjambak rambutnya, frustrasi akan berita yang dibawa oleh kedua pengawal itu. Bella menghilang di tengah pesta akibat keteledoran kedua pengawal yang Daniel tugaskan untuk menjaga adiknya. Daniel meyakini pasti ada yang tidak beres di balik menghilangnya Bella. Tidak mungkin Bella lari begitu saja darinya jika tidak terjadi sesuatu.

“Berdiri!” bentak Daniel.

Jackson dan Harry terpaksa berdiri dengan takut. Daniel masih menatap mereka dengan penuh amarah. Orang lain yang berada di ruangan tersebut masih tidak berani untuk mengatakan apa pun.

“Mengapa kalian meninggalkan Bella?” tanya Daniel dengan nada tajam.

"Nona Bella yang menyuruh kami, Sir," Harry angkat suara.

Daniel terkekeh pelan. Sejurus kemudian, suara ledakan pistol memenuhi seluruh ruangan, membuat hampir semua orang terkesiap terkejut. Harry terjatuh ke lantai dengan kepala yang berlubang mengeluarkan darah. Semuanya semakin terpaku di tempat mereka. Tidak ada yang berani berkutik sama sekali.

“Selama ini aku menjaga Bella dengan sekuat tenaga,” ucap Daniel. “Dia bahkan tidak pernah kuizinkan bertemu dengan sembarang orang di sini. Aku memerintahkan Jackson dan Harry untuk menjaga Bella sebentar saja, karena hanya mereka yang pernah melihat adikku. Nyatanya, kedua orang itu gagal menjaga adikku.”

Daniel memainkan pistol di tangannya, membuat semua orang di ruangan semakin takut untuk melakukan apa pun. Mereka takut jika bergerak sedikit saja, peluru di pistol Daniel akan menembus kepala mereka. Malvin, sang Underboss yang sedari tadi diam memperhatikan kejadian di depannya akhirnya memberanikan diri untuk angkat suara.

“Boleh aku ikut bicara, Sir?” tanya Malvin.

Begitu mendapat anggukan persetujuan dari Daniel, Malvin kembali melanjutkan perkataannya. “Jackson, bisa kau jelaskan apa yang terjadi beberapa menit sebelum Bella menghilang?”

Jackson mengerjapkan matanya beberapa kali dengan raut wajah ketakutan. “Sebelum Nona Bella menghilang, dia berbincang bersama seorang lelaki bernama Austin. Dia terlihat seperti memperhatikan sesuatu dari kejauhan sedari awal bersama Nona Bella. Dia kemudian menarik Nona Bella ke tempat lain. Saya dan Harry langsung bergerak mengejar mereka, tetapi yang kami temukan hanyalah Austin yang terkapar di lantai, sementara Nona Bella telah menghilang,” ucap Jackson panjang lebar.

Daniel dan Malvin seketika berpandangan. Mereka berdua sepertinya memiliki pemikiran yang sama. Daniel melangkah mendekati Jackson yang masih bergetar ketakutan.

“Apakah ada yang mengintai mereka berdua dari kejauhan?” tanya Daniel.

“Saya rasa begitu, Sir,” jawab Jackson. “Saya melihat dua orang mencurigakan yang mengawasi Nona Bella dan Austin. Sepertinya mereka memang sengaja menargetkan Nona Bella.”

“Sengaja menargetkan Nona Bella,” ulang Malvin. Lelaki itu kemudian menatap Daniel dengan serius, seolah berusaha menyampaikan pemikirannya lewat tatapan mata.

“Kalian semua keluar, kecuali Malvin dan Jackson!” perintah Daniel.

Seluruh orang kecuali mereka bertiga segera keluar dari ruangan tanpa berbicara sama sekali. Daniel kembali memandangi Jackson yang nyawanya kini di ujung tanduk. Daniel dan mata elangnya selalu dapat membuat orang lain gemetar.

“Kau yakin ada yang sengaja menargetkan Bella?” tanya Daniel.

Jackson menganggukkan kepalanya dengan takut. “Saya cukup yakin, Sir.”

Daniel menatap Malvin yang memperhatikannya sedari tadi. “Orang yang mengetahui tentang kedatangan Bella ke pesta itu hanya aku dan kedua pengawalnya.”

“Kemungkinan ada mata-mata musuh di markas, Sir,” ucap Malvin menyuarakan pikirannya. “Mereka memantau aktivitas Anda dan Nona Bella selama ini, sehingga mereka dapat mengetahui kedatangan Nona Bella ke pesta itu. Kemungkinan lainnya, Jackson dan Harry adalah mata-mata tersebut.”

Daniel terkekeh pelan ketika isi pikirannya disuarakan oleh sang Underboss. Jackson semakin gemetar ketakutan saat mendengar namanya disebut. Dia berlutut di hadapan Daniel sambil menangkup kedua tangannya dengan gestur meminta pengampunan.

“Saya bersumpah bahwa saya bukan mata-mata, Sir!” ucap Jackson dengan suara yang bergetar. “Saya berani bersumpah dengan nyawa saya sendiri!”

Daniel melirik Jackson yang masih berlutut di bawahnya. Lelaki itu memundurkan langkahnya, seolah tidak sudi terlalu dekat dengan Jackson. Si pengawal masih setia di posisinya tanpa berani mendongakkan kepalanya untuk menatap Daniel.

“Apa yang harus kita lakukan sekarang, Sir?” tanya Malvin kepada Daniel.

“Aku ingin kau melacak keberadaan Bella,” jawab Daniel. “Jika benar Malores yang menculiknya, aku yakin Mark bajingan itu tidak akan melukai Bella sebelum dia mendapatkan sesuatu dariku. Kita harus menemukan Bella sebelum itu.”

“Baik, Sir,” sahut Malvin. “Saya akan memerintahkan Tim Orion untuk melacak keberadaan Nona Bella.”

“Pastikan hanya sedikit orang yang terlibat dalam masalah ini,” pesan Daniel. “Semakin sedikit semakin baik. Bawa juga orang ini untuk ikut Tim Orion. Dia mungkin dapat memberi mereka petunjuk.”

Daniel menunjuk ke arah Jackson yang masih berlutut di lantai. Malvin berjalan mendekati Jackson. Lelaki itu berjengit pelan saat merasakan tangan Malvin menyentuh pundaknya.

“Bangunlah,” ucap Malvin. “Ikut denganku.”

Jackson bangkit dengan gerakan yang terlihat ragu bercampur takut. Dia tetap setia menundukkan kepalanya. Dia dapat merasakan tatapan menusuk Daniel yang ditujukan kepadanya.

“Saya pamit dulu, Sir,” ucap Malvin.

Malvin membungkukkan tubuhnya kepada Daniel. Jackson segera ikut membungkukkan tubuhnya kepada sang pemimpin. Baru saja Malvin ingin melangkah keluar dari ruangan Daniel, lelaki itu memanggilnya kembali.

“Malvin,” panggil Daniel.

Mengerti akan tatapan Daniel, Malvin menganggukkan kepalanya. Dia memerintahkan Jackson untuk menunggu di luar. Jackson melakukan perintah Malvin tanpa banyak bicara. Dia segera melangkah keluar dari ruangan Daniel.

“Ada apa, Sir?” tanya Malvin.

“Aku ingin kau mencari mata-mata Malores di markas kita,” jawab Daniel. “Jangan sampai ada yang mengetahui ini selain kau dan aku. Selidiki ini secara diam-diam.”

“Baik, Sir,” ucap Malvin. “Saya akan langsung melaporkan kepada Anda jika menemukan sesuatu yang mencurigakan.”

Daniel menganggukkan kepalanya. Sekali lagi, Malvin pamit keluar dari ruangan tersebut, meninggalkan Daniel yang berusaha menenangkan pikirannya. Lelaki itu mengepalkan kedua tangannya. Dia bersumpah jika terjadi sesuatu kepada Bella, dia sendiri yang akan membunuh Mark Malores.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status