Home / Romansa / Magang Jadi Istri CEO / MJIC - 114 Welcome To Our Honeymoon

Share

MJIC - 114 Welcome To Our Honeymoon

Author: senjaaaaaa
last update Huling Na-update: 2025-09-22 23:33:51

Begitu urusan bagasi dan imigrasi selesai, Rayhan kembali menoleh ke arahku. “Kamu mau langsung masuk ke ruang tunggu, atau ... mau bersih-bersih dulu?” tawarnya padaku.

Aku mendesah kesal, menatap blazer yang kupakai sejak pagi tadi. Rasanya sudah agak kusut, make up juga mulai luntur. “Kayaknya ... aku mau bersih-bersih dulu aja deh. Masa mau ke Afrika tampilannya kayak gembel gini,” gumamku pelan.

Rayhan terkekeh singkat, lalu menggenggam dua buah tiket di tangannya. “Oke deh. Kita ke hotel bandara dulu aja. Ada ruang transit di sana, kamu bisa mandi, ganti baju, bahkan tiduran sebentar kalau mau.”

Aku terdiam sepersekian detik. Wow … dia beneran ngasih pilihan. Dan bahkan nyiapin opsi itu dari awal?

“Oke, deh.”

Kami akhirnya berjalan ke arah airport hotel yang terhubung langsung dengan terminal keberangkatan. Suasana terasa lebih tenang, sedikit terisolasi dari hiruk pikuk bandara yang begitu riuh. Resepsionis dengan ramah menyambut Rayhan—dan jelas sekali, mereka sudah mengenal s
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Magang Jadi Istri CEO   MJIC - 119 Singa Nyelonong

    Seorang pria tinggi berkulit gelap dengan senyum ramah bersiap menyambut kami begitu helikopter mendarat dengan sempurna di sebuah helipad yang terletak di tengah savana. Mengenakan seragam safari khaki lengkap dengan topi lebarnya, membuatnya terlihat seperti pemandu dari film dokumenter yang biasa kutonton bareng Fina ... ahm ngomongin Fina, sekarang lagi apa, ya? Aku menuruni tangga helikopter dengan bantuan Rayhan yang memegang jemariku erat, dan disambut dengan udara panas bercampur semilir angin savana yang langsung menyergap kulitku, sementara mataku beralih menatap padang savana yang luas di sepanjang mata memandang.“Welcome, Mr. Rayhan and Ms. Kayla,” sapanya dengan aksen khas Zimbabwe —mirip logat Inggris, tapi terdengar lebih berat, dan pengucapannya sedikit lambat. Cukup unik karena ada pengaruh logat Ndebele yang tak sepenuhnya hilang, tetapi tiap kata yang diucapkan memberi kesan hangat sekaligus terdengar eksotis. “Saya Albert, ranger yang akan menjaga Anda selama ber

  • Magang Jadi Istri CEO   MJIC - 118 Boleh Cium Lagi, Nggak?

    “Excusse me,” ujar guide yang duduk tepat di samping pilot, membuatku mengalihkan pandangan ke arahnya. “Would you like to take a picture?” tanyanya dengan menggerakkan tanganya seolah tengah memotret.Aku refleks menoleh ke arah Rayhan, meminta pendapat kepadanya, akna tetapi, dia hanya mengangkat bahunya acuh, lalu melirikku dengan mengangakt sebelah alisnya. “Kenapa nggak? Biar ada kenang-kenangannya.”Aku mengangguk paham, lalu kembali menatap guide yang kini sudah memegang sebuah kamera di tangannya. “Of course,” jawabku tersenyum.Guide yang bernama Pieter itu tersenyum, lalu mengisyaratkan agar kami duduk lebih dekat. Rayhan bergeser dengan cepat, meraih pinggangku dan menarik tubuhku ke sisinya. Aku sedikit terkejut dengan tindakannya, mataku melotot ke arahnya dengan bibir tertahan aga tak mengeluarkan geraman, tapi headsetku menangkap tawa kecil darinya, seolah ia tak merasa bersalah.“Gaya romantis, please,” ujar Pieter memberi instruksi sambil mengangkat kameranya.Rayhan

  • Magang Jadi Istri CEO   MJIC - 117 Victoria Falls

    “Suka, kan?” tanya Rayhan terdengar melalui headset.Aku hanya bisa mengangguk pelan. “Suka banget ... aku baru pertama kali naik helikopter,” jawabku tak bisa menahan haru.“Aku udah bilang sama kamu, kamu bakal lupa sama panasnya Afrika kalau kamu udah lihat semua ini,” jawabnya terdengar puas. “Dan omongan aku bener kejadian.”Benar saja. Begitu helikopter terbang lebih tinggi dan meninggalkan area bandara, lanskap Negara Zimbabwe yang terbentang luas di depan mata membuatku terpaku. Hamparan savana yang membentang di sejauh mata memandang membuatku seakan berada di dunia lain, di tengahnya terdapat sungai besar yang tampak berliku seolah membelah padang savana, pemandangan yang begitu menakjubkan ditambah dengan pesona langit biru bercampur dengan cahaya oranye sore yang mulai turun, membuat bayangan pepohonan akasia yang memanjang di atas tanah.Aku semakin terdiam, mataku tak sanggup berpaling dari jendela, bahkan untuk sekedar menatap Rayhan-pun aku tak mampu. “Cantik banget, Ra

  • Magang Jadi Istri CEO   MJIC 116 - Goes to Africa

    Pesawat kembali mendarat di Harare International Airport sekitar jam sebelas siang waktu lokal. Setelah melewati pengecekan di bagian imigrasi, menunggu bagasi, dan segala prosedur standar bagi turis asing, tak terasa waktu sudah bergerak hingga pukul satu siang. Begitu keluar dari pintu kedatangan setelah menyantap makan siang yang cukup singkat, gelombang udara panas langsung menyergap di permukaan kulitku. Rasanya berbeda sekali dengan sejuknya pendingin udara di dalam pesawat tadi. Aku spontan mengibaskan tangan di depan wajahku, berusaha mengusir hawa terik yang sangat menyengat.“Gila ... panas banget, Ray,” gumamku sambil menahan silau matahari yang langsung menembus kacamata hitam yang kukenakan.Rayhan menoleh sekilas padaku dengan senyum tipis di bibirnya. “Selamat datang di Afrika, Kay. Udara kayak gini masih tergolong normal, kamu harus cepet beradatasi atau kamu nggak bisa nikmatin semua ini.”Aku mendengus kesal, lalu tanganku kembali menarik koper dengan agak malas dan

  • Magang Jadi Istri CEO   MJIC - 115 Kamu Serius?

    Beberapa menit berlalu setelah lepas landas, seorang pramugari datang menawarkan berbagai menu makanan padaku, lengkap dengan minuman dan dessert yang bisa kupilih. aku menatap Rayhan sejenak menunggu jawaban yang bisa keluar dari mulutnya."Samain aja," jawab Rayhan singkat.Aku mengangguk pelan, lalu mengatakan pada pramugari dalam bahasa Inggris, memilih menu yang menurutku cukup untuk mengganti makan malam sebelum akhirnya aku memilih untuk terlelap dalam keheningan malam yang panjang.Entah aku terbangun di pukul berapa, akan tetapi aku mendengar sebuah pengumuman dari awak kabin yang mengatakan jika pesawat akan mendarat di sebuah bandara internasional sebelum melanjutkan penerbangan menuju ke Afrika.Aku melongok pada kursi Rayhan, membangunkannya perlahan "Kita berapa lama?" tanyaku pada Rayhan dengan suara pelan.Rayhan menguap singkat, lalu membuka matanya perlahan. "Tiga jam," jawabnya singkat.Aku menganggguk paham, lalu segera membereskan selimut dan menata kembali barang-

  • Magang Jadi Istri CEO   MJIC - 114 Welcome To Our Honeymoon

    Begitu urusan bagasi dan imigrasi selesai, Rayhan kembali menoleh ke arahku. “Kamu mau langsung masuk ke ruang tunggu, atau ... mau bersih-bersih dulu?” tawarnya padaku.Aku mendesah kesal, menatap blazer yang kupakai sejak pagi tadi. Rasanya sudah agak kusut, make up juga mulai luntur. “Kayaknya ... aku mau bersih-bersih dulu aja deh. Masa mau ke Afrika tampilannya kayak gembel gini,” gumamku pelan.Rayhan terkekeh singkat, lalu menggenggam dua buah tiket di tangannya. “Oke deh. Kita ke hotel bandara dulu aja. Ada ruang transit di sana, kamu bisa mandi, ganti baju, bahkan tiduran sebentar kalau mau.”Aku terdiam sepersekian detik. Wow … dia beneran ngasih pilihan. Dan bahkan nyiapin opsi itu dari awal?“Oke, deh.”Kami akhirnya berjalan ke arah airport hotel yang terhubung langsung dengan terminal keberangkatan. Suasana terasa lebih tenang, sedikit terisolasi dari hiruk pikuk bandara yang begitu riuh. Resepsionis dengan ramah menyambut Rayhan—dan jelas sekali, mereka sudah mengenal s

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status