Beranda / Romansa / Magang Jadi Istri CEO / MJIC - 130 Cuma Magh Kan?

Share

MJIC - 130 Cuma Magh Kan?

Penulis: senjaaaaaa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-07 20:56:17

“Lo nggak boleh mikir sejauh itu, Kay,” bisikku menggeleng pelan, menatap diriku sendiri melalui pantulan cermin, tapi, air mata di sudut mataku justru menetes pelan tanpa permisi.

Aku menggigit bibir bawahku lebih keras, seolah rasa sakit itu bisa menghilangkan kegelisahan yang ada di dalam dadaku. “Nggak mungkin,” gumamku lagi, berulang-ulang, seolah dengan mengucapkannya, aku bisa mengubah kenyataan yang ada. Tapi setiap detik yang kulalui justru terasa seolah memperjelas semuanya.

“Argh!” geramku tertahan. Mencengkeram pinggiran wastafel hingga buku-buku kukuku memutih. “Hidup gue kenapa segila ini sih?!”

Drt. Drt.

Getaran diponselku membuatku sedikit tersentak, aku menatap wajahku sekali lagi, mengamatinya dari dalam. Lalu kuhela napas panjang, menghilangkan semua beban yang begitu berat. Tanganku terangkat menerima telepon dengan nama Fina tertera di layar ponsel, membuatku menghela napas sekali lagi.

“Iya ... gue balik,” ujarku singkat sebelum mendengar sepatah katapun dari Fin
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Magang Jadi Istri CEO   MJIC - 130 Cuma Magh Kan?

    “Lo nggak boleh mikir sejauh itu, Kay,” bisikku menggeleng pelan, menatap diriku sendiri melalui pantulan cermin, tapi, air mata di sudut mataku justru menetes pelan tanpa permisi.Aku menggigit bibir bawahku lebih keras, seolah rasa sakit itu bisa menghilangkan kegelisahan yang ada di dalam dadaku. “Nggak mungkin,” gumamku lagi, berulang-ulang, seolah dengan mengucapkannya, aku bisa mengubah kenyataan yang ada. Tapi setiap detik yang kulalui justru terasa seolah memperjelas semuanya.“Argh!” geramku tertahan. Mencengkeram pinggiran wastafel hingga buku-buku kukuku memutih. “Hidup gue kenapa segila ini sih?!”Drt. Drt.Getaran diponselku membuatku sedikit tersentak, aku menatap wajahku sekali lagi, mengamatinya dari dalam. Lalu kuhela napas panjang, menghilangkan semua beban yang begitu berat. Tanganku terangkat menerima telepon dengan nama Fina tertera di layar ponsel, membuatku menghela napas sekali lagi.“Iya ... gue balik,” ujarku singkat sebelum mendengar sepatah katapun dari Fin

  • Magang Jadi Istri CEO   MJIC - 129 Kalau Rayhan Tahu?

    Aku terlonjak begitu mendengar suara yang tak asing untukku, sontak, aku menyembunyikan ponsel di belakang tubuhku dan ketika berbalik badan, aku mendapati Siska yang tengah berdiri di ambang pintu dengan tangan bersidekap dada.“Lagi baca apa tuh?” tanyanya dengan mengangkat wajahnya tinggi, seolah sengaja mengintip apa yang kubaca.“Nggak, cuma—artikel kesehatan biasa,” alibiku, menggelengkan kepala singkat.Siska menaikkan sebelah alisnya, menatapku dengan tatapan merendakan. “Artikel kesehatan yang lagi bahas ‘tanda-tanda awal kehamilan’, ya?” tanyanya membuat jantungku mencelos. “Saya nggak salah denger kan, ya, tadi ada yang ngomong hamil-hamil gitu,” lanjutnya dengan tersenyum miring.Darahku seperti berhenti mengalir, tubuhku lemas, dan masalah baru sepertinya akan segea datang. “Kak Siska, jangan salah paham dulu, deh,” ujarku mencoba terlihat biasa, padahal, rasa gugup sudah menghampiri seluruh tubuhku.Siska kembali menaikkan satu alisnya, kali ini tatapannya semakin meneli

  • Magang Jadi Istri CEO   MJIC - 128 Mual

    Sudah hampir sebulan sejak kepulanganku dari Zimbabwe. Semua kembali seperti semula — rapat, laporan, jadwal klien, dan rutinitas kantor yang sangat padat, termasuk Rayhan yang sibuk dengan urusan kantor dan meeting bolak balik ke luar negeri. Tapi entah kenapa, akhir-akhir ini tiap kali aku melihat layar laptop, pikiranku sering melayang ke padang savana — ke suara gajah dari kejauhan, dan tawa Rayhan waktu memotretnya diam-diam.“Fin, bisa nggak kopinya jauhin dulu?” ucapku cepat dengan menahan napas.Fina yang tengah mengetik sesuatu, kini menghentikan gerakannya, lalu menatapku dengan dahi berkerut. “Hah? Lah kenapa?” tanyanya bingung. "Biasanya juga luo oke aja ... apalagi ini kopi yang lo biasa minum juga."Aku buru-buru menggelengkan kepala. “Gue mual Fin. Serius, gue kayak nggak kuat sama baunya.”Fina langsung memindahkan tumblernya sedikit menjauhiku lalu kembali menatapku penuh heran, “Lho, lo kenapa sih? Muka lo juga pucet banget. Jangan-jangan lo masih jetlag, lagi?”Aku

  • Magang Jadi Istri CEO   MJIC - 127 Terharu

    “Benar sekali. Elephants never forget. Mereka punya ikatan sosial yang kuat, seperti halnya manusia,” jelas Albert menjawab rasa penasaranku.Belum hilang rasa haru di dadaku, tiba-tiba suara gemuruh yang cukup berat terdengar dari arah semak belukar yang beada cukup jauh dari jeep berada. Jepret! Pieter menghentikan jeepnya dengan pelan, dan dari balik pepohonan, perlahan muncul kawanan gajah—besar, gagah, dengan belalai yang bergoyang ke sana dan kemari, dan sesekali telinga yang terayun ke depan dan belakang. Ada gajah dewasa dengan gading yang menjuntai panjang, ada juga anak-anak gajah yang berjalan di tengah, terlindungi oleh tubuh induknya.Tubuhku semakin membeku, terpesona dengan makhluk besar yang satu ini. “Astaga ... mereka ... luar biasa,” bisikku menggelengkan kepala.Rayhan meraih tanganku, jemarinya menggenggam tanganku erat. “Lihat, Kay ... mereka aja bisa jalan terus bareng-bareng kayak gitu, nggak peduli seberat apapun hidup di savana, mereka bisa lalui bareng-baren

  • Magang Jadi Istri CEO   MJIC - 126 Pelajaran Hidup dari Kawanan Gajah

    Jeep berguncang cukup keras ketika melewati jalanan bebatuan yang tak rata, membuatku harus memegang tangan Rayhan dengan erat. Mataku masih mengamati pepohonan yang kini berganti dengan tanah tandus berpasir yang terhampar begitu luas, dan di beberapa bagian masih dikelilingi ilalang yang cukup tinggi.“Lihat ke sana,” ujar Pieter menunjuk ke arah kiri, membuatku langsung menoleh mengikuti intruksinya. “Zebra.”Mataku menangkap sekelompok zebra yang sedang memakan rerumputan dengan santai, belang hitam putihnya tampak kontras berpatu dengan hijaunya savana. Saking cantiknya, aku refleks membuka mulutku takjub, dan tanganku bergerak meraih ponsel untuk mengadikan momen yang langka ini.“Pertama kalinya kamu lihat zebra di alamnya langsung, kan?” bisik Rayhan menyondongkan badannya ke arahku, seolah sengaja membuatku terfokus padanya, bukan hanya pada zebra dan ponsel di tanganku.Aku mengangguk kecil, sementara tatapanku masih terpesona dengan kawanan zebra di depan sana. “Iya, beda b

  • Magang Jadi Istri CEO   MJIC - 125 Ngos Ngosan!

    Rayhan terlihat mengerjapkan matanya beberapa kali, seolah masih setengah sadar, lalu memiringkan tubuhnya menghadapku dan menyentuh lenganku pelan. “Kenapa kamu nanyanya kayak gitu?” tanyanya dengan nada bingung.Aku menelan ludahku dengan susah payah, jari-jariku meremas ujung selimut dengan kasar. “Karena semuanya rasanya kayak ... mimpi. Aku takut kamu cuma kebawa sama suasana aja, Ray. Takut besok-besok kamu sadar, terus ... nyesel sama apa yang udah kamu lakuin ke aku.”Beberapa detik kemudian, hanya keheningan yang bisa kurasakan, hanya suara burung yang terus bersahut-sahutan dari luar tenda, seolah menjadi irama pagi ini.“Kayla ...,” ujarnya memanggil namaku lembut, sementara tangannya brgerak naik, meraih pipiku dan mengusapnya pelan, membuatku refleks memejmkan mata. “Aku ini bukan cowok yang gampang kebawa sama suasana kayak anak kmarin sore. Kalau aku cuma mau main-main, aku nggak bakal ngebawa kamu sejauh ini,” ujanya terdengar begitu tulus.Aku membuka mataku dan berba

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status