Home / Romansa / Magang di hati CEO tampan / Bab 9 - Dinding Es dan Sapaan Hangat

Share

Bab 9 - Dinding Es dan Sapaan Hangat

Author: Dacep
last update Last Updated: 2025-07-01 15:03:01

Keesokan paginya, Alya bangun dengan satu tujuan: menghindari Arka dengan cara apa pun. Rasa malu dan sakit hati dari malam sebelumnya masih terasa segar, meninggalkan bekas perih di hatinya. Dongeng semalam suntuknya telah berakhir dengan kesimpulan pahit, dan ia tidak punya kekuatan untuk menghadapi sang pemeran utama pria pagi ini.

Ia sengaja menunda waktu turun dari kamar, menunggu sampai ia mendengar suara mobil Arka menjauh dari garasi. Hanya setelah yakin rumah itu kosong dari kehadiran si pemilik, barulah ia berani keluar. Di meja makan, Mbak Rini sudah menyiapkan sarapan.

“Lho, Neng Alya? Kok baru turun? Pak Arka tadi nyariin, katanya mau berangkat bareng,” ujar Mbak Rini polos.

Jantung Alya mencelos. Nyariin? Untuk apa? Untuk kembali menyiksanya dengan keheningan yang canggung?

“Oh… Alya ketiduran, Mbak. Semalam kurang tidur,” jawab Alya, berbohong.

Ia menyantap sarapannya dalam diam, sendirian di meja makan yang besar itu. Suasananya begitu kontras dengan pagi sebelumnya, s
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 70 - Janji Sebelum Pergi

    Ketenangan yang baru saja mulai menyelimuti rumah sederhana itu pecah seketika. Nama "Dian" yang diucapkan Arka terasa seperti gema dari dunia lain yang kelam, dunia yang Alya coba lupakan. Arka dengan cepat masuk ke kamar tamu untuk mengambil tasnya yang hanya berisi beberapa helai pakaian, wajahnya kembali mengeras menjadi topeng CEO yang dingin dan efisien.Alya dan ibunya hanya bisa berdiri diam di ruang tengah, mengamati pria itu bergerak dengan tergesa-gesa.Dia pergi, batin Alya, hatinya mencelos. Dia kembali ke dunianya. Kembali pada wanita itu. Dan aku… aku akan kembali ditinggalkan di sini.Rasa takut dan tidak aman yang sempat mereda, kini kembali merayap pelan. Apakah semua usahanya di halaman belakang kemarin, semua permohonannya, hanya sebuah sandiwara sesaat?Arka keluar dari kamar, sudah siap untuk pergi. Ia berhenti di hadapan Bu Aminah, menatap wanita paruh baya itu dengan tatapan penuh hormat dan penyesalan.“Bu, saya mohon maaf sebesar-besarnya harus pergi mendadak

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 69 - Belajar Menjadi Orang Kampung

    Arka terbangun di kamar depan yang sempit oleh suara kokok ayam jantan yang terdengar begitu dekat, disusul oleh lantunan adzan subuh. Ia membuka mata. Langit-langit kayu yang rendah, kasur kapuk yang sedikit keras, dan udara dingin yang menusuk tulang. Ini sangat jauh dari apartemennya yang mewah dan kedap suara.Ia bangkit dan berjalan keluar. Di dapur, ia melihat Bu Aminah sudah sibuk di depan tungku kayu, mengaduk adonan dalam sebuah baskom besar. Aroma adonan tepung dan bawang putih menguar, memenuhi udara pagi.Melihat Arka yang berdiri canggung di ambang pintu, Bu Aminah menoleh tanpa ekspresi. “Air di bak mandi sudah mau habis. Sumurnya di belakang,” katanya singkat, sebelum kembali fokus pada pekerjaannya.Ini adalah ujian keduanya. Arka mengangguk dan berjalan ke halaman belakang. Di sana, ada sebuah sumur tua dengan timba dan tali. Pemandangan yang selama ini hanya ia lihat di film. Dengan sedikit ragu, ia mulai menimba air. Gerakannya kaku dan tidak efisien. Beberapa kali

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 68 - Obat Merah dan Nasi Hangat

    Arka melangkah masuk ke dalam rumah sederhana itu, membawa serta aroma keringat dan tanah setelah seharian bekerja di halaman belakang. Alya, yang memperhatikannya dari ambang pintu kamarnya, melihat pria itu berjalan dengan sedikit kaku, punggungnya yang biasanya tegap kini tampak lelah.Saat Arka mencuci tangan dan wajahnya di pancuran belakang rumah, Alya bisa melihat dengan jelas telapak tangannya yang memerah dan lecet. Beberapa bahkan melepuh. Pemandangan itu, entah kenapa, menimbulkan rasa perih di hati Alya. Rasa iba yang tak terduga menyelinap masuk, mengalahkan sedikit rasa takutnya.Didorong oleh sebuah impuls yang tidak ia mengerti, ia masuk ke dalam rumah, mengambil kotak P3K tua milik ayahnya dari dalam lemari, lalu kembali ke halaman belakang.Arka, yang baru saja selesai membasuh muka, menoleh kaget saat melihat Alya berdiri di sana sambil membawa kotak obat.“Pak… tangan Bapak luka,” kata Alya pelan, tidak berani menatap mata pria itu.Arka menatap telapak tangannya y

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 67 - Ujian Dari Calon Mertua

    Pintu kayu itu tertutup di hadapan Arka, meninggalkan keheningan yang lebih menusuk daripada bentakan mana pun. Ia berdiri sendirian di beranda rumah yang sederhana itu, merasa seperti orang asing yang terdampar di planet lain. Ia bisa merasakan tatapan penasaran dari para tetangga yang masih mengintip dari balik gorden jendela mereka. Seorang CEO yang biasa dihormati dan ditakuti, kini menjadi tontonan publik di sebuah desa kecil.Ia tidak pergi. Ia tidak kembali ke mobilnya yang mewah. Ia tahu, jika ia melangkah pergi sekarang, pintu itu akan tertutup untuknya selamanya. Dengan sebuah helaan napas panjang, ia duduk di tepi bale-bale bambu, tempat yang tadi diduduki Alya. Ia akan menunggu. Tidak peduli berapa lama. Ini adalah bagian dari penebusan dosanya.Di dalam rumah, Bu Aminah memapah Alya yang masih terguncang ke dalam kamarnya. Ia mendudukkan putrinya di tepi ranjang kapuk yang tua.“Sekarang,” kata Bu Aminah sambil menggenggam kedua tangan Alya, tatapannya lembut namun menunt

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 66 - Pengakuan Yang Menyakitkan

    Perjalanan dari Bandung ke Garut terasa sangat berbeda dari semua perjalanan yang pernah Alya lalui bersama Arka. Keheningan di dalam mobil tidak lagi terasa dingin atau canggung. Keheningan itu kini terisi oleh sebuah tujuan bersama yang genting, sebuah misi yang membuat mereka berdua sama-sama tegang.Alya lebih banyak menatap ke luar jendela, melihat pemandangan kota yang perlahan berganti menjadi hamparan sawah hijau. Pikirannya berkecamuk. Apa yang akan Ibu katakan? Apa Ibu akan membenciku? Apa Ibu akan mengusirku dan pria di sampingku ini?Arka sepertinya bisa merasakan kegelisahannya. Di tengah perjalanan, tangannya yang besar terulur dan dengan ragu-ragu menyentuh punggung tangan Alya yang terkepal di pangkuannya. Alya sedikit tersentak, tapi kali ini ia tidak menarik tangannya. Ia justru membiarkan tangan Arka menggenggamnya, sebuah gestur kecil yang memberikan kekuatan luar biasa.Saat mobil mewah itu kembali memasuki jalanan desanya yang sempit, semua mata kembali tertuju p

  • Magang di hati CEO tampan    Bab 65 - Kata "Kita"

    Mereka kembali ke suite hotel dalam keheningan yang sarat makna. Gema dari detak jantung kecil itu seolah masih tertinggal di udara, mengubah segalanya. Alya memegang sebuah amplop kecil berisi beberapa lembar foto USG hitam putih. Benda itu terasa begitu nyata, begitu berat di tangannya.Di dalam kamar hotel yang luas, Alya duduk di tepi ranjang, menatap lekat-lekat gambar buram di dalam foto itu. Sebuah titik kecil. Sebuah kehidupan. Anaknya. Air matanya kembali mengalir, tapi kali ini bukan karena putus asa. Ini adalah air mata yang rumit—campuran antara takut, haru, dan secercah rasa sayang yang baru mulai tumbuh. Naluri keibuannya yang selama ini terkubur di bawah trauma, kini bangkit dengan kekuatan penuh.Arka masuk ke kamar, membawakan segelas teh hangat untuknya. Ia meletakkannya di meja, lalu berdiri canggung di dekat jendela, seolah tidak tahu harus berbuat apa.“Alya,” panggilnya pelan. “Aku tahu… semua ini rumit.”Alya tidak menjawab, hanya terus menatap foto di tangannya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status