"A.. apa kau gila ya?" Valen mencoba menyadarkan Jessen dari kalimat gilanya.
Jessen hanya mengangkat satu alisnya. "Emang kenapa? Ada yang salah?"
Valen masih bingung akan hal yang terjadi menggaruk lehernya yang tidak gatal. "Maksudnya gini... Kan kau sendiri yang bilang ngak mau bertemu denganku lagi dan sekarang kau mau kita pacaran. Gimana sih." Kata Valen bingung.
Valen melihat Jessen yang terlihat datar membuat jantung Valen berdetak kencang semakin takut. "Enggak! Aku ngak mau. Aku ngak mau pacaran sama cowok sepertimu. Bye." Valen buru-buru kabur dari hadapan Jessen yang masih menatapnya hingga pergi.
Valen tidak mengerti apa mau cowok itu. Bisa-bisanya bertindak tidak waras seperti tadi. Bukankah Jessen yang kemarin menolaknya mentah mentah?! Kenapa sekarang dia ngajak pacaran? Dasar aneh.
***
Jadwal pembelajaran di sekolah telah usai semua mata pelajaran dapat di pahami Valen. Ia tidak sabar untuk pulang ke rumah dan menceritakan segala kejadian yang terjadi di sekolah kepada neneknya.
Perjalanan pulang sangat melelahkan namun itu akan terbayar ketika melihat nenek yang tersenyum lebar menyambutnya dengan biskuit buatan nenek yang sangat lezat.
Saat akan menyeberang jalan, hujan lebat mengguyur tempat Valen berada sekarang. Di halte bis. Valen duduk dan melihat kapan bisnya akan tiba untuk membawanya pulang. Namun bis tak kunjung datang yang membuat suasana hati Valen sedikit cemas. Bagaimana ia akan pulang?
Valen memandang sekitar. Terlihat di seberang jalan seorang nenek tua yang tidak memiliki payung, di tambah tidak ada tempat berteduh bagi sang nenek. Valen tanpa berfikir panjang mendatangi nenek tersebut dengan almamater sekolahnya. "Ayo nek kita ke halte aja." Kata Valen ketika sampai di hadapan nenek tersebut sambil menutupi tubuh nenek itu dengan almetnya sedangkan Valen sendiri kebasahan.
Nenek itu tampak haru melihat Valen.
"Kenapa kamu menolong nenek?"Valen tersenyum lebar tulus. "Sebagai sesama manusia harus saling menolong kan nek."
Senyuman Valen menular pada nenek itu dan ia mengangguk. "Terimakasih."
Mereka berjalan menuju halte dan berteduh di sana.
Nenek tersebut melihat Valen dari atas sampai bawah. "Kamu kebasahan, nanti kamu sakit."
Valen tertawa kecil. "Enggak bakal nek, saya kuat." Valen membusungkan dadanya bangga. Nenek itu hanya tertawa dan mengelus rambut Valen yang basah.
"Karena kamu baik, nenek akan kabulkan apa permintaanmu." Nenek tersebut tersenyum lebar pada Valen.
Valen yang tidak enak hati karena ia sebenarnya menolong bukan karena ingin imbalan. "Tidak apa nek, saya tulus kok nolong nenek."
Nenek itu terus memaksanya untuk meminta suatu permintaan. "Nenek tau kamu baik. Tapi nenek mau untuk balas budi kamu. Kalau nenek tidak balas budi nanti nenek akan selalu merasa tidak enak hati sampai kapan pun."
Kalau sudah begini mau ngak mau Valen harus buat permintaan. Tapi apa?
"Emm, kalau begitu saya ingin mendapatkan..." Kalimatnya terputus karena tidak tau mau minta apa.
Valen mendapatkan ide yang cemerlang. "Di elus nenek lagi." Valen tersenyum dan membungkukkan badan mengarahkan kepalanya ke hadapan nenek tersebut.
Nenek itu tertawa riang sambil mengelus kepala Valen. "Kamu orang yang sangat baik. Tidak mau menyusahkan orang lain."
Valen yang mendengar kalimat nenek tersebut tersenyum malu. "Ah nenek, bisa aja."
Nenek itu menatap Valen sangat hangat. "Kau mengingatkanku pada cucuku."
Valen jadi penasaran. "Siapa namanya nek?"
Nenek itu menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya dengan berat. "Pompom"
Sepertinya Valen salah bertanya. Apakah ada sesuatu yang terjadi pada cucu nenek tersebut? Valen menggelengkan kepala agar jangan menanyakan hal lain kepada nenek tersebut mengenai cucunya. Nenek itu tampak menjadi sangat sedih.
"Kamu anak baik. Nenek senang lihat kamu. Nenek butuh kamu untuk membahagiakan seseorang." Ujar nenek tersebut dengan penuh harap. Dia menjentikkan jarinya dan seperti ada angin yang sangat kencang menerpa tubuh Valen namun Valen tidak terjatuh. Valen menyilangkan tangannya menutupi wajah.
Valen membuka mata. Seketika nenek itu menghilang. Dan sekarang Valen hanya duduk seorang diri dengan pakaian kering dengan almet yang terpakai rapih.
Bukannya tadi dia berdiri dan pakaiannya basah kuyup?
Valen sangat bingung.
Apa tadi Valen tertidur?
Valen memegangi kepalanya yang terasa pusing memikirkan hal itu. "Kalau itu mimpi, kok terasa nyata banget ya?"
Bush.
Suara hembusan asap bis berhenti membuat Valen tersadar dari lamunannya.
Valen melangkah masuk ke bis dengan pikiran yang sangat bercabang. Dia duduk di dekat kaca bis dan memperhatikan rintik-rintik hujan yang menepis di kaca yang di sebelahnya. "Ini apa sih?"
***
Sampai di rumah badan Valen terasa sangat lelah memikirkan hal yang tejadi padanya satu harian ini.
Ria yaitu nenek Valen, memegangi kepala cucu kesayangannya itu. "Valen sakit?"
Valen menggeleng tidak tau mau bilang apa. Sepertinya tenaganya habis terkuras memikirkan hal yang memberatkan otaknya. "Valen kecapekan nek. Valen tidur dulu ya."
Ria yang khawatir langsung mengantar Valen ke kamarnya. "Perlu nenek temani tidur?"
Valen sekali lagi menggelengkan kepalanya dan menatap ria dengan senyuman yang meyakinkan dia tidak apa. "Engga apa nek, Valen tidur sendiri aja."
Ria yang mempercayai cucu kesayangannya tersebut pun membalas senyuman Valen dan menutup pintu kamar Valen.
Valen menutup mata lelap dan rasanya sangat nyaman
***
Kring kring kring.
Terdengar suara jam beker yang terdengar berbeda, tidak seperti biasanya yang berbunyi kringgg yang hanya sekali bunyi namun berbunyi panjang. Valen terbangun dan mengusap matanya.
"Kok terang sih? Biasanya kan gelap."
Valen melihat sekitarnya dan bingung dia berada di kamar yang berbeda.Tiba-tiba seperti ada orang yang lain di kasurnya. Orang itu terbangun dan matanya membulat terkejut. "Kau ngapain di sini?!"
"Aaaaa..." Valen yang shock melihat sosok Jessen menjerit kencang.
Apa yang terjadi di sini? kenapa aku ada di sini?
semua pertanyaan itu berputar di kepala Valen. Hal gila apa yang terjadi padanya sekarang!
20 Tahun Kemudian"Mama. Cepetan. Fian ngak bisa terlambat ma."Valen cepat cepat memasang sepatu vansusnya dan segera berjalan ke arah anak lelaki nya yang cerewet. "Sabar dong sayang. Ini masih juga jam 7." Valen mengacak rambut anaknya.Sedangkan Jessen terkekeh kecil melihat anak dan istrinya. Bukan tanpa sebab, kenapa anak anak lebih taat waktu di bandingkan ibunya? Ckck, ada saja.Kemudian Fian masuk ke dalam mobil susuk di kursi belakang begitu pun Valen masuk ke dalam mobil tapi duduk di kursi d pan bersebelahan dengan Jessen yang mengemudikan mobilnya.Fian mengomel ngomel tanpa suara karena kesal dengan keterlambatan mamanya yang tak taat aturan. Di lain sisi Valen terkekeh melihat anaknya yang kopas banget dengan papanya.Brum...Mobil pun melajudengan kecepatan sedang.Fian: A
1 Tahun kemudianDrretRio terbangun dari tidurnya saat mendengar suara ponselnya yang bergetar."Em..." Rio merenggangkan badan. Dan langsung mengangkat ponselnya. "Ha apa. Aku udah punya pacar, ngak usah kecentilan." Rio langsung mematikan ponselnya malas dan kembali tidur.Selama Rio berkuliah memang banyak sekali gadis yang mendekatinya. Dia sangat muak, ntah dari mana mereka dapat nomor Rio. "Dasar Psikopat." Ucap Rio.DrettKen mengusap wajah nya jengah.Dia mengangkat ponselnya dengan kesal. "Apa sih! Kau budeg ya!""Rio." Kata orang yang ada di seberang sana.Mata Rio melotot mengenali suara ini. "Sayang?" Rio langsung melihat nama kontak yang menelpon nya.'Sayang ✨❤️'Buru buru Rio langsung duduk dan kembali menempelkan ponselny
"Jessenn.... Aku cape banget..." Kata Valen manja sambil memeluki Jessen yang tengah sibuk mengerjakan tugas kuliahnya.Jessen tersenyum kecil dan menoleh ke belakang melihat Valen yang mengenakan pyama tidur nya. "Tidur luan gih... Besok kan masih MOS."Valen mendengus kesal mengingat doa besok harus kuliah juga. "Hm.."Valen menegakkan badannya dan melepas rangkulannya kemudian berbalik berjalan ke ranjang. Namun langkah Valen terhenti mengingat sesuatu. "Oh ya." Valen kembalikan badan. "Temen kamu yang namanya Ken itu.."Mendengar nama Ken Jessen langsung kesal. Jessen tak suka kalau istrinya menyebutkan nama lelaki lain selain daripada nya. "Ken apa." Tanya Jessen datar."Kok marah.." Valen bingung.Jessen bangkit dari bangkunya dan langsung memeluk Valen. "Ngapain sih bahas dia. Dengar nya sayang. Aku ngak suka kamu nyebutin nama lelaki lain."Valen terkekeh. "Apa sih sayang. Aku cuma mau nanya, kamu itu ada ngasih tau kalau kamu
Beberapa hari kemudian.Jessen berjalan keluar dari parkiran mobil kampus bersama Valen menuju halaman kampus. Hari ini adalah hari pertama Valen berada di kampus. Menginjakkan kakinya sebagai Mahasiswa Baru atau dapat di sebut Maba.Ini adalah hari MOS pertama Valen!Jessen tak hentinya menatap sang istri yang sama sekali takkan bosan bagi matanya untuk di tatap. Di tambah lagi karena kejadian beberapa hari lalu yang benar-benar memuaskannya di kamar membuat Jessen ingin lebih sering melakukan nya lagi.Setelah berada di lapangan. Terdapat banyak mahasiswa yang mengenakan baju serba putih dan celana serta rok hitam. Menandakan mereka juga merupakan Maba di sini.Valen menghentikan langkahnya dan menatap Jessen dengan senyuman. "Sampai sini aja antarnya. Kamu ke kelas aja gih.." Suruh Valen.Jessen tersenyum. "Oh... Jadi ceritanya ngusir aku nih..." Jessen pura pura ngambek.Valen mencubit pipi Jessen sesaat kemudian melepaskannya. "S
Author POV(1 setengah tahun kemudian)"JESSEN!!!...." Valen menjerit kegirangan.Jessen menjauhkan ponselnya dari telinganya yang berdengung sakit mendengar teriakan Valen kemudian kembali mendekat kan ponselnya lagi. "Kenapa sayang?""AKU LULUS DI JURUSAN KEDOKTERAN!!!!!" Pekik Valen sekali lagi. Sedang orang yang di telpon di seberang sana malah terkekeh mendengar istrinya yang seperti bocil dapat lolipop."Selamat sayangggg....""AAAA.... AKU SENENG BANGET TAU NGAK..."Jessen tersenyum sumringah."Pokoknya, kalau kamu nanti kamu pulang, aku bakalan ngasih apapun... Hehe... Lagi baik soalnya..." Valen cengengesan.Jessen yang mendengar itu menaikkan satu alisnya. "Semuanya?""Iya.. semuanya."
Author POVRio duduk di meja makan sambil membaca buku sejarah. Mulai hari ini dia tak membiarkan waktu yang dia punya untuk bermalas malasan. Dia harus bisa meraih prestasi di sekolah.Pertama yang harus dia lakukan adalah mendapatkan nilai ujian yang tinggi, kemudian Ranking kelas dan bahkan Juara umum sekolah.Well. Agak berlebihan sih. Tapi itu harus dia lakukan demi Tessa.'Tessa. Kau harus jadi milikku! Titik!'Mama dan papa Rio cengo melihat anak nya yang bertingkah aneh.Mereka saling tatap dan kembali melihat ke arah Rio."Nak. Kalau makan, makan aja dulu. Belajar nya kan bisa nanti." Mama Rio menegur.Rio tak menggubris dan tetap makan sambil kembali membaca buku."Iya Rio. Lagipula. Tumben kamu belajar." Papa Rio bingung melihat anaknya.