Home / Fantasi / Maha Dimensi / Tidak Masuk Akal

Share

Tidak Masuk Akal

Author: Alen D.
last update Last Updated: 2021-10-22 12:46:51

Dewingga menatap tak percaya adegan yang sedang tayang langsung. Tepat di depan mata, tangan Maha menjulur dengan senyum terukir di bibir.

“Pak ....” Dewingga menatap Maha dengan pertanyaan yang tergambar di bola mata.

Maha menoleh, “Lihat saja.”

Deolinda yang masih mencerna apa yang baru saja dia lihat, menatap uluran tangan kanan Maha. Mata yang kosong dan otak yang berpikir keras.

“Berdirilah,” ucap Maha lagi. “Dan lihat sekelilingmu.”

Deolinda mengikuti perintah Maha dengan kepala yang terangkat perlahan seraya tangan menerima bantuan dari si bos besar.

“A-apa ini?” tanya Deolinda setelah dia melihat sekeliling.

“Ini dinamakan Vehritio,” jelas Maha.

“Ap ... apa ....” Deolinda terhenti saat Maha merentangkan kedua tangannya.

“Maha.” Dewingga mencoba memotong.

Maha menunjukkan wujudnya yang bukan manusia, wujud aslinya. Deolinda yang awalnya sudah berdiri, kembali terhuyung. Kali ini, dia pingsan.

“Maha, apa yang Anda lakukan?” tanya Dewingga tak paham akan tujuan Maha.

Kedua pria itu menatap Deolinda yang tak sadarkan diri di atas lantai. Tidak terlihat keinginan untuk membantu Deolinda yang pingsan dan terkejut luar biasa.

“Dia pemilik Mireco. Pemilik kekuatan terbesar.” Maha mengalihkan pandangan ke Dewingga. “Kemungkinan nyawanya terancam,” lanjut Maha seraya berubah menjadi wujud manusia.

“Benarkah?” Dewingga mendapat serangan kaget luar biasa. “Tapi ... bagaimana mungkin tubuh manusia bisa menerima kekuatan itu? Terlebih lagi kejadian itu sudah lama. Sudah 20 tahun. Perempuan ini masih seorang anak kecil, bukan?”

“Bahkan, aku pun tidak tahu rahasia Sang Pencipta. Dia sepertinya sudah mengatur dengan sengaja.”

Maha menggerakkan kedua tangannya, tanpa menyentuh gadis yang pingsan itu, dia memindahkan ke sofa panjang dan sudah jelas sangat mahal. Menurunkan tangan secara perlahan supaya wanita bernama Deolinda itu tidak terganggu.

***

Deolinda membuka mata perlahan, mengerjap dan memeriksa sekeliling.

“Ini di mana?” tanya Deo pelan. “Kok sepertinya asing?” Otaknya masih berusaha mencerna dengan baik, mencari jawaban yang tepat di setiap sel-sel darah yang mengalir di dalam kepala.

Dengan sisa-sisa kesadaran, gadis itu berusaha untuk bangkit. Tubuh terasa tenang dan sedikit lega, seperti baru saja melepaskan beban berat. Setelah duduk dengan tenang, punggung kecilnya bersandar di sofa lembut dan sangat halus.

“Bagaimana? Sudah baikan?” Pertanyaan dari seorang pria tentu saja mengejutkan Deolinda.

Jantung Deolinda seperti berhenti saat itu juga. Dia yakin, kalau dia mengenali suara itu. Sangat kenal.

Itu seperti suara Pak Affandra, ucap Deo dalam hati.

“Ya, memang aku yang bicara,” balas Maha yang mengetahui isi pikiran Deolinda.

Kembali Deolinda tersentak. Hari ini, entah sudah berapa kali dia merasakan kejutan. Kepala yang semula tunduk, terangkat perlahan dan terlihat takut.

“P-pak ... Affandra?” Deolinda merasa bingung. “Ba-bapak, kenapa bisa di sini?”

“Pertanyaan itu harusnya tujukan padamu saja.” Maha menyilangkan kaki dan kedua lengan ditumpu di atas pegangan sofa tunggal yang dia duduki. “Kenapa kau ada di sini?”

Deolinda memutar ingatan dan seketika itu juga, dia tersadar. Menatap Maha tidak percaya dengan apa yang dilihat tadi.

Tidak mungkin ada hal aneh seperti itu. Dia hanya orang kaya yang bisa merancang ruang kerja dengan teknologi canggih. Uang bisa mengatur semua. Dalam hati, Deolinda masih menolak penglihatan tadi.

Maha tertawa lepas mendengar perdebatan batin Deolinda. Lalu, dia pun bertepuk tangan. “Apa yang ada di kepalamu itu benar-benar sangat positif ya. Baguslah. Dengan begitu, Mireco berada pada tuan yang tepat,” ucap Maha yang tak dipahami oleh karyawatinya itu.

Mireco,” ulang Deolinda pelan. “Apa itu, Pak? Penyakit di dalam otakkah? Atau ....” Deolinda berhenti, dia benar-benar tak mengerti.

“Kekuatanmu.”

Maha dan Deolinda sama-sama terdiam. Saling menatap satu sama lain. Deolinda mencari-cari apa yang ada di dalam pikiran Maha. Akan tetapi, dia tak menemukan jawaban yang diinginkan.

Senyum Maha mengembang, se-detik kemudian, dia berdiri. Mau tidak mau, Deolinda mengikuti gerakan Maha.

Mireco adalah nama dari kekuatan yang ada padamu. Karena kekuatan suprantural itulah kau bisa membaca dan mengendalikan pikiran orang. Serta ....” Maha membungkukkan badan, sehingga wajah mereka berdekatan. “Serta memerintahkan manusia melalui pikiran mereka.”

Mata bening wanita berusia 29 tahun itu membulat, mulut ternganga tanpa sengaja. Lalu, langsung terbatuk kecil disebabkan tersedak oleh udara yang masuk. Jarak dia dan bos besar sangat dekat, mata Deolinda berkedip tiba-tiba karena perih yang dirasakan, mungkin bola matanya sempat kering.

“Bapak pasti sedang bercanda.”

Hanya mampu mengatakan itu demi menghindari tuduhan Maha atau si bos bernama Affandra. Kabur dari tempat ini adalah satu-satunya keinginan Deolinda.

“Tidak perlu kabur, Deolinda.” Maha tahu apa yang ada di pikiran Deolinda.

Deolinda merespon dengan meneguk sedikit saliva di dalam mulut.

“Kenapa Bapak bisa tahu?” Deolinda kebingungan, masih sulit mencerna.

“Tidak perlu takut seperti itu.” Pria yang tak dimengerti oleh Deolinda itu sedang menatap teduh. “Aku tidak akan membuatmu dalam situasi yang buruk. Justru aku akan melindungimu. Saat ini, nyawa dan hidupmu mungkin sudah terancam.”

“Terancam?” ulang Deolinda pelan. Keningnya berkerut tak paham.

“Ya. Mungkin saja, pemilik asli kekuatan itu masih hidup. Mungkin saja dia pun sudah menemukanmu.” Maha menarik napas pelan. “Karena itu, kau harus waspada. Jangan sembarangan memakai Mireco.”

“Tunggu, Pak.” Deolinda berdiri meskipun belum pulih seutuhnya. “Bapak bilang tadi pemilik kekuatan saya? Begini ya, Pak. Saya tidak paham yang Anda maksud. Sekadarb informasi, saya sudah punya kekuatan ini sejak lahir. Jadi, untuk apa ....”

“Orang tuamu meninggal tepat di ulang tahunmu yang ke-8. Malam itu kalian baru saja pulang dari panti asuhan.” Cepat sekali Maha Dimensi memotong ucapan gadis itu.

“Bapak mencaritahu identitas saya?” Netra Deolinda membola selebar mungkin. “Itu melanggar privasi saya, Pak. Anda bisa saya tuntut.” Entah dari mana keberanian itu muncul. Deolinda hanya tidak terima saja.

Maha tertawa lagi, merasa kalau dia sedang berbicara dengan seorang pelawak. Dewingga yang baru masuk tak percaya apa yang dia lihat. Kali ke-dua Dewingga menyaksikan aksi Maha.

“Sang Maha tertawa?” gumamnya penuh tanya. “Apa memang penguasa bumi itu bisa tertawa lepas seperti itu?”

“Ya,” jawab Maha. “Aku mencari tahu kehidupanmu. Melalui helaian rambutmu yang tadi sempat tersentuh tanganku.” Tangan kanan Maha terangkat dan bergerak seperti memutar bola.

Deolinda yang masih tak percaya merespon dengan tawa saja. Tidak bisa dia percayai ucapan atasannya itu.

“Mana mungkin, Pak. Memangnya ini dunia sihir. Anda sepertinya penggemar film fantasi tema penyihir? Kenapa ‘gak sekalian Bapak produksi film?” ketus Deolinda tidak terima.

“Tidak perlu kau suruh. Aku sudah punya sejak tahun 1925.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Maha Dimensi   Sesuatu dalam Diri

    Mata Deolinda membulat hampir keluar, seketika warna matanya pun berubah untuk se-detik ketika Affandra mengatakan sesuatu.“Jangan pernah melihat sosoknya, jika tidak ingin merindukan bentuk yang telah lama hilang. Sedikit lagi, dia akan menghilang. Bahkan, untuk berada dalam ingatan makhluk yang pernah menjadi pengikut setianya.”Setelah mengatakan itu, Maha menyunggingkan senyum licik.“Maksud ucapan Bapak tadi apa?” Deolinda benar-benar bingung dan tidak mengerti. “Memangnya apa yang akan terjadi kalau dia muncul?”“Raganya sudah lenyap ....”“Kalau sudah lenyap, kenapa harus takut?” Sambung Deolinda memotong.“Tidak dengan jiwanya,” lanjut Maha yang geram dengan kelakuan wanita ini. “Dan, jiwa sekarang bisa mengambil alih raga yang menjadi inangnya.”Deolinda paham. Sangat jelas maksud dari ucapan pria ini.“Artinya saya bisa mati?”“Tidak. Tentu saja tidak mati.” Affandra tersenyum. “Hanya saja, jiwa kalian akan tertukar. Mafalda akan mengendalikanmu, mengurung jiwamu yang seben

  • Maha Dimensi   Berita Viral

    Maha membawa Deolinda meninggalkan ruangan. Mereka yang tinggal di sana, menatap takjub, terpesona akan aksi gentle dari seorang Affandra Bhaumik. “Dimas benar-benar ‘gak punya kesempatan ya,” ujar Kirana sinis. Mata melirik dengan sorot mengejek. Yang sedang diomongi hanya mampu menatap pemilik suara dan hanya mampu menahan marah saja. Semua kembali ke meja masing-masing dan kembali bekerja. Di luar, Deolinda melepas tangan Affandra yang “entah kenapa” tadi disambut. Memastikan tidak ada orang di sekitar mereka. “Semua sedang sibuk bekerja saat ini. Tak ada satu makhluk pun berada di tempat ini, jadi tidak perlu khawatir.” Maha menjelaskan lalu memasukkan kedua tangan ke dalam kantong celana. “Lalu, kenapa Bapak datang ke ruangan saya?” Deolinda menyipitkan mata, seolah-olah menyelidiki. “Kepala dan telingaku.” Singkat, jelas dan padat jawaban Maha. Sayang sekali, Deolinda tidak paham maksudnya. “Memangnya kenapa dengan kepala dan telinga Bapak? Sakit?” tanya Deolinda terdenga

  • Maha Dimensi   Jangan Ikut Campur!

    Memang, manusia tidak akan pernah puas dengan apa yang sudah dimiliki. Ingin lebih dan lebih lagi. Bukan hanya manusia, Mafalda pun sama. Ingin menguasai dunia melalui Affandra Bhaumik dan bermaksud menyingkirkan wanita-wanita di sekitarnya.“Hitan, kau sudah tahu bagaimana caranya menyingkirkan tunangan Affandra?” tanya Mafalda di tempat gelapnya.“Maafkan saya, Yang Mulia. Nona Deolinda tidak bisa saya dekati. Dia tinggal di paviliun utama rumah Bhaumik.” Hitan melaporkan dengan penuh rasa takut.Tanpa dipikirkan, sudah tahu sosok dengan wujud manusia berjenis kelamin wanita adalah satu-satunya yang dia takuti di alam raya ini. Hitan sudah bersiap untuk menerima hukuman.“Nanti saja, urusan manusia bernama Deolinda itu bisa belakangan. Sekarang—“ Mafalda menoleh dan menatap Hitan. “Cari manusia yang bisa kau jadikan penguntit untuk Mulan. Kumpulkan semua informasi tentang dia. Jika perlu, semua manusia yang menjadi pelayan di rumah Affandra.”“Baik, Yang Mulia,” jawab Hitan dengan s

  • Maha Dimensi   Anastasia VS Mulan

    Mulan tidak percaya kemudian menatap sekitar dengan mata penuh tanda tanya.“Kenapa aku ada di sini?” Baru saja dia menyadari sesuatu. “Aku ke sini jalan sendiri?” gumam Mulan tak mengerti.“Oh, iya. Aku melamun tadi, astaga ... aku sampai lupa.” Sebuah suara berbicara dalam pikirannya.“Hai, Mulan, maaf sudah membuat kamu menunggu lama,” sapa Anastasia dan langsung duduk di depan Mulan.“Tadi aku dihubungi oleh manejer model ini.” Lagi, suara dalam pikiran Mulan bicara.‘Bagus, kau kini sudah paham skenarioku,’ ucap Anastasia dalam hati. ‘Di jarak dekat begini, sangat mudah menggunakan Mireco yang terbatas ini.’Mafalda membawa Mulan ke hadapannya untuk mempelajari karakter perempuan yang sedang berlakon di rumah Bhaumik.Mulan hanya mengangguk saja. Namun, ada sesuatu yang salah dari cara menatap.“Yang Mulia,

  • Maha Dimensi   Mulan, si Wanita Iblis

    “Aku akan menyusun drama dengan judul “Anak Brokenhome”,” kata Mulan, “yang menderita dan sangat kesepian. Nanti, akan kuatur waktu dan tempat yang tepat untuk membuat Tuan Muda melihatku. Seolah-olah tanpa sengaja, aku akan menangis, bersedih. Bukankah para lelaki menyukai kondisi itu? Setelah aku menceritakan penderitaanku perlahan dan pasti, aku akan membuat adegan yang tanpa sengaja memeluknya, selanjutnya terbawa suasana, kami pun berciuman. Mesra, lembut dan hangat, lalu akan berakhir di atas ranjang panas. Kami akan bercinta penuh hasrat dan gairah.”Panjang lebar Mulan membisikkan rencana jahatnya ke Delon.“Kau gila?” beo Delon.‘Benar-benar wanita tak berhati. Kaya, cantik dan berpendidikan tinggi tak membuat seseorang memiliki hati dan perilaku baik. Benar-benar perempuan iblis,’ ucapnya dalam hati.Setelah mendengar rencana Mulan, Delon mengakui perempuan ini adalah iblis berbe

  • Maha Dimensi   Keserakahan Manusia

    Mulan duduk menunggu ditemani secangkir latte panas dan sepotong “red velvet”di kafe milik model ternama, Anastasia Roesandi.“Dasar lelet. Orang itu mau duit, ‘gak sih?” gerutu Mulan yang sudah menunggu lima menit.“Jangan menggerutu begitu, nanti cantiknya hilang, Manis.” Suara berat pria mengejutkannya.“Berengsek! Kau hampir membuatku terkena serangan jantung,” gerutu Mulan dengan mata yang menatap tajam.Pria itu tertawa dengan kencang. “Kau terlalu berlebihan, Mulan. Jangan bermimpi terlalu tinggi, kalau jatuh pasti sakit sekali.”“Tidak perlu berfilofosi, Delon. Kau bukan filsuf.”“Tapi ....”“Cukup, aku menyuruhmu datang untuk memberikan pekerjaan, bukan untuk menggurui, paham!” tegas Mulan.“Baiklah, Manisku.” Delon memanggil pelayan dan memesan secangkir espreso dengan “double shoot&rdqu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status