Share

Bab 8

Nazwa mengingat malam di mana Reza pertama kali melamarnya. Pria itu datang bersama kedua orang tuanya, mengkhitbahnya langsung di depan bapaknya.

Sebenarnya Nazwa dan Reza sudah mengenal sejak kecil. Karena kedua orang tua mereka berteman baik dan memang berencana menjodohkan anak mereka. Namun, sejak kecil keduanya hanya sebatas tahu nama. Mereka tidak pernah dekat bahkan sekadar untuk berteman. Menjelang dewasa pun demikian. Nazwa hanya tahu sifat-sifat Reza sepintas lalu berdasarkan cerita orang tuanya waktu mendiang ibunya belum meninggal.

Yang Nazwa tahu, Reza bukan sosok yang agamis. Banyak wanita yang pernah menjadi pacarnya waktu remaja. Namun, terlepas dari itu semua, Reza juga merupakan sosok pria yang baik, lembut dan penuh perhatian. Pun sebaliknya, Reza mengenal sosok Nazwa yang sholeha dari cerita orang tuanya.

Sebagai anak yang berbakti pada orang tua, Nazwa menerima perjodohan itu karena dia percaya pilihan orang tua tidak pernah salah.

Satu hari sebelum pernikahan mereka terlaksana, malam harinya mereka berdua pernah bercakap-cakap melalui  telepon.

"Aku tahu Nazwa, aku bukan lelaki sempurna dan sholeh yang pantas mendampingimu. Tapi aku mau berusaha menjadi lebih baik lagi dan pantas untukmu. Kamu mau kan bantu aku?" ucap Reza kala itu.

Nazwa tertawa mendengarnya. Lalu wanita itu menjawab. "Kita akan saling membantu. Kita punya banyak waktu untuk belajar ...."

"Kamu nanti yang akan menjadi guruku, Nazwa."

"Tapi memangnya kamu nggak malu belajar ilmu agama dari seorang wanita? Bukankah harusnya pria yang membimbing wanita-nya?" tanya Nazwa kemudian.

"Kenapa aku harus malu? Aku siap belajar apa aja bersama kamu, Nazwa," jawab Reza tanpa ragu.

"Alhamdulillah. Semoga Allah memberkati langkah kita."

"Aku nggak sabar deh nunggu hari besok."

Nazwa hanya tertawa pelan mendengarnya. Dan seiring berjalannya waktu, Nazwa semakin jatuh cinta pada Reza karena sifat baik yang ada dalam diri pria itu adalah dambaannya. Dan dia sama sekali tidak menyesal dan justru bersyukur menerima pilihan orang tuanya. Tapi hari ini semuanya berbanding terbalik.

Nazwa menangis dalam shalatnya di sepertiga malam.  Wanita itu tak dapat tidur lantaran banyak masalah yang dia pikirkan belakangan ini. Hingga wanita itu memutuskan sholat tajahud, mengungkapkan perasaannya pada Allah. 

Banyak hal yang dia pertanyakan dalam hatinya. Kenapa takdir pernikahannya seperti ini? Sejak awal dia tahu Reza memang jauh dari agama, tapi dia percaya pria itu bisa berubah. Dia selalu membayangkan, jika Reza berubah menjadi sosok yang sholeh, maka suaminya itu akan menjadi sosok paling sempurna yang pernah dia temukan. Sayangnya Nazwa lupa, tidak ada manusia sempurna di dunia ini.

Lantas apakah tindakannya menerima pinangan Reza tiga tahun lalu itu salah?

Di kepalanya berkelabatan adegan demi adegan. Termasuk kenangan manisnya bersama sang suami dulu. Sangat manis. Anomali dengan suasana saat ini. Dia sungguh tak menyangka, suaminya berselingkuh.

"Pernikahan itu adalah ibadah terpanjang, Nazwa. Hampir seumur hidup kita bersama pasangan kita." Nasihat bapaknya tentang pernikahan sebelum dia menikah terngiang di ingatan. "Sama halnya dengan sholat, maka melaksanakannya harus khusyuk. Tidak boleh asal, apalagi main-main. Hidup itu penuh ujian. Dan setiap pernikahan ada ujiannya masing-masing. Kuatkan iman, sabar dan ikhlas dalam menjalaninya." 

"Ya Allah jika bukan karena-Mu, hamba nggak akan kuat. Kuatkanlah hamba menerima ujian ini," do'a Nazwa di sela isak tangisnya sambil menengadahkan kedua telapak tangannya dengan linangan air mata.

"Ya, Allah, bukakanlah pintu hati suami hamba, sadarkanlah dia atas kesalahan yang dia perbuat, semoga dia mau berubah dan hubungan pernikahan kami kembali baik-baik aja."

Diam-diam, Reza yang terbangun, mendengar do'a istrinya. Dan itu membuatnya merasa bersalah. 

Aprillia D

Ikuti terus bab-bab selanjutnya, ya. Terima kasih.

| Like

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status