Share

Two

Yanti menghela nafas panjang setelah kejadian tersebut yang baru saja mereka alami. Yanti tidak menyangka jika Sania sangatlah ceroboh apalagi ia termenung melamunkan majikannya itu.

“Kamu kenapa sih San?” tanya Yanti setelah masuk ke dapur

“Aku tidak sengaja ka, menumpahkan minuman ke Tuan Arvan. Aku sangat ketakutan tadi melihat Tuan marah”

“Tuan Arvan memang seperti itu San, dia memang garang terhadap siapun kecuali terhadap kedua orangtuanya dan kekasihnya itu.

“Maaf ka” lirih Sania

“Ya udah tidak papa San, kita lanjutin pekerjaan yang belum beres yuk” ajak Yanti

Saat mereka membereskan dapur yang sangat berantakan, tiba - tiba saja mereka dikagetkan dengan kedatangan Margaratte kekasih Arvan entah ada apa dia masuk kedalam dapur ini.

“Eh, pembantu. Kamu apa - apaan melihat calon suami aku seperti itu!” ucap Margarette geram

“Saa..saya tidak bermaksud seperti itu Non” jawabnya

“Jangan sekali - kali kamu dekatin Arvan, jika kamu macam - macam aku tidak segan - segan membunuh kamu! Paham!” ancamnya lalu ia pergi begitu saja

Sania sangat ketakutan dengan ancaman margaratte yang akan membunuhnya jika macam - macam dengan Arvan. Padahal Sania tidak ada maksud seperti itu, dia hanya mengagumi ketampanannya saja ridak lebih dari itu.

“Ka, aku takut dengannya, dia mengancamku” ucapnya dengan bergetar

“Tidak papa San, dia hanya menakutimu saja. Aku yakin kamu tidak akan seperti itu” ucapnya menenangkan Sania

“Iya ka”

“Ya udah selesaikan ini segera setelah itu kamu buatin mereka minuman ya”

“Iya kak”

Selesai membereskan dapur, Sania segera membuatkan minuman yang menyegarkan untuk mereka. Sania akan menebus kesalahan yang ia buat tadi dengan membuat minuman enak. Dengan hati - hati Sania membawa minuman ke hadapan majikannya, Sania melihat betapa bahagianya mereka seperti tidak ada yang dipikirkannya tidak dengannya selalu ada saja masalah yang datang.

Perlahan Sania meletakkan air tersebut ke meja keluarga dan mempersilahkan mereka untuk minum buatan Sania.

“Silahkan diminum” ucapnya

“Terima kasih Sania” ucap Maryam

“Saya permisi dulu” ucap Sania pergi dari hadapan majikannya, tetapi saat dia hendak pergi kembali ke dapur Arvan tiba - tiba melirik sekilas pada minumannya itu.

“Wait! Apa benar kamu tidak memberi racun kedalam minuman ini?” ucapnya dengan Senyum evilnya

“Maksud Tuan apa ya?” tanyanya

“Saya takut saja kamu sengaja memberi minuman ini dan menuangkan racun di dalamnya”

“Tidak Tuan, saya tidak mungkin melakukan itu” ucapnya

“Arvan kamu kenapa sih, kasian Sania kamu bilang begitu. Tidak mungkin dia seperti itu” ucap Margarette pura - pura membelanya

“Ya sudah Sania kamu pergi saja” ucap Maryam

“Permisi” ucap Sania lalu pergi kedapur

Margarette tersenyum licik, dia hanya pura - pura saja membela Sania di depan Arvan dan calon mertuanya dia tidak ingin mereka tau maksud dibalik sikap baiknya kepada mereka. Sebenarnya dia ingin mempermainkan Arvan saja lumayan uangnya bisa ia habis dengan sesuka hati. Margarette tidak benar - benar tulus mencintainya dia hanya mengincar hartanya, dia sebenarnya sudah memiliki kekasih selain Arvan, dan mereka sudah bekerja sama untuk merampas hartanya, Setelah nanti ia akan menikah Margarette akan pergi meninggalkan Arvan dan menjadi gila karena kehilangannya.

“Sayang, kami bisa kapan menemui kedua orang tuamu untuk membicarakan pernikahan kalian?” tanya Maryam kepada Margarette yang sedang termenung.

“Ah,, iya ma. Terserah mama aja bisanya kapan. Nanti aku bilang ke mami dan papi kalau mama dan papa akan kerumah”

“Kalau lusa gimana bisa?”

“Aku tanya mereka dulu ya ma” ucap Margarette

Sebenarnya Margarette tidak memiliki orang tua dia hanya tinggal apartement bersama kekasihnya itu, dan lagi - lagi dia akan menyewa orang itu lagi untuk menjadi orang tuanya margarette. Margarette harus segera pulang untuk membuat rencana selanjutnya, dia bangun dari kursi dan ijin pamit kepada calon mertuanya dan kekasihnya itu.

“Mah, pah, Van. Aku ada urusan yang harus aku kerjakan sekarang. Aku pulang dulu ya” pamitnya

“Ya udah kalau gitu aku antar kamu”

“Ah, tidak usah Van, aku bisa naik taksi sendiri. kamu dirumah aja. aku tau kamu pasti sangat lelah bukan”

“Tap...”

“Tidak papa sayang” ucapnya

“Ya udah kalau gitu. kamu hati - hati ya sampai rumah hubungi aku segera”

“Oke”

Margarette berpamitan dan segera pergi dari kediaman Damitri.

****

Di lain tempat Sania sudah berada didalam kamarnya pekerjaan yang ia kerjakan telah selesai. Benar - benar menguras tenaga apalagi dia tadi habis - habisan dimarahi oleh Arvan dan begitu tidak senang dengan kedatangannya.Apalagi tunangannya itu pura - pura baik dihadapannya jika bersama Arvan dan calon mertuanya, Margarette sangatlah bermuka dua.

Sania menatap langit - langit kamarnya berpikir kenapa majikannya sangat membencinya padahal dia hanya melakukan kesalahan yang tidak fatal tadi. Yanti berkata bahwa Arvan itu sebenarnya orang yang baik tetapi dia sangat dingin terhadap orang lain sekali kesalahan yang orang lakukan sangat dipastikan Arvan akan membenci orang tersebut sampai kapanpun.

“Uhuk... Uhuk... Uhuk....” Sania batuk tidak henti - hentinya, seperti ada sesuatu yang berada didalam tenggorokannya itu, Sania bangun dan segera pergi kedapur mengambil minuman disana.

“Ahh.. Leganya” ucapnya setelah minum.

Saat hendak ingin kembali kekamarnya tiba - tiba saja ada bayangan hitam yang meghampirinya. Sania sangat kaget dengan cepat dia berlari tetapi tiba - tiba saja tangannya dicekal dengan seseorang setelah Sania melihat kebelakang ternyata itu Arvan majikannya.

Sania sangat ketakutan ada apa lagi pikirnya.

“Ngapain kamu lari?”tanya Arvan

“Sa..saya habis minum, Tuan dan saya melihat ada bayangan hitam di pojok sana alhasil saya lari”

“Hahahahahaha, kamu takut sama hantu?” tanyanya dengan tawanya

Arvan tersenyum licik, ada ide didalam pikirannya sekarang. Arvan ingin mengerjainya.

“Kamu tidak tau?” tanyanya

“Tidak tau apa Tuan?” tanyanya penasaran

“Sebenarnya rumah ini sangat angker, apalagi kalau ada penghuni yang baru datang kesini pasti akan di ganggu” ucap Arvan menahan tawa

Sania bergidik ngeri “Tu..tuan jangan nenakuti saya seperti itu”

“Kamu tidak percaya, ya sudah kalau tidak percaya, tanyakan saja ke Yanti dia sudah terbiasa dengan makhluk disekitar sini. saya hanya bilang saja ke kamu. Kalau gitu saya pergi ya. Hati - hati kamu” ucapnya lalu pergi meninggalkan Sania begitu saja.

Ingin rasanya Arvan tertawa melihat ekspresi muka Sania begitu sangat ketakutan. Arvan melihat dari kejauhan jika Sania sangat ketakutan melihat ke arah sekelilingnya lalu berlari dengan sangat kencangnya.

Arvan tertawa terbahak - bahak melihat kelakuan Sania, lalu dia sadar dan menggeleng dan memukul kepalanya atas sikapnya itu. Dan menormalkan kembali ekspresi wajahnya menjadi datar kembali. Kembali kedalam kamarnya dan segera memejamkan mata agar melupakan kejadian yang dialaminya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status