Share

D4. Maid Cantik

Author: Cheezyweeze
last update Last Updated: 2024-12-02 16:55:56

"Kenapa kau malah bengong di situ? Kau bisa masak atau tidak? Jika kau tidak bisa masak maka kau akan gugur!" Albertina menatap tajam pada Ara. "Kau tahu kan lowongan kerja apa yang sedang kami cari?" 

"Anda sedang mencari Chef," jawab Ara tegas kala tersadar.

"Lalu kenapa kau masih bengong di situ? Kau bisa memasak?"

"Eh--anu--itu---"

"Ganti!" sela Albertina.

"Tunggu! Maafkan Aku."

"Masih banyak yang antri dan kau tidak masuk dalam kriteria."

"Bagaimana bisa anda bilang jika aku tidak termasuk dalam kriteria, sedangkan anda sama sekali belum mempekerjakan ku."

"Semua keputusan ada di tanganku."

"Hmm ... jika kau mencari yang sempurna, maka semua yang antri di sini tidak ada yang masuk dalam kriteria," celetuk Ara membela dirinya sendiri juga yang lainnya.

Pelayan di samping Albertina berbisik disusul senyum manis di bibir Albertina. "Baiklah. Kau diterima bekerja di sini."

....

"A-apa? Aku diterima?" Ara terlihat tidak percaya.

"Tidak diterima salah, diterima juga salah. Apa kau ingin protes lagi?" Albertina bangkit dari duduknya.

"Ti-tidak. Terima kasih atas kesempatan yang anda berikan untuk saya," kata Ara sambil menundukkan kepalanya.

Namun, begitulah yang terjadi.

Awal yang baik untuk Ara.

Dia mendapatkan pekerjaan dan dia tidak akan merepotkan Barnes lagi. 

Bagi Ara menjadi tukang masak tidaklah buruk, yang penting Ara tidak merepotkan orang lain dan dia tetap bisa melanjutkan kehidupannya. Berkutat di dapur bukan lah hal baru bagi Ara, tapi bekerja di rumah yang begitu besar bak istana dengan banyak pelayan bagi Ara itu adalah hal baru.

****

"Akhirnya aku tidak tidak tidur sendirian lagi. Akhirnya aku punya teman satu kamar." Jean memeluk Ara dengan erat.

Dia mengantarkan Ara ke kamar. "Ara, kau bisa tidur di ranjang itu," tunjuk Jean pada sebuah ranjang kosong dan belum terpasang seprai. Ranjang itu saling berhadapan dengan ranjang milik Jean. Ara masuk ke dalam dan menaruh tas jinjing yang dia bawa. "Maaf, ruang kamar kita tidak terlalu lebar," lanjut Jean.

"Tidak masalah, Jean. Yang penting aku punya tempat untuk berteduh dan melepas lelah setelah seharian bekerja," balas Ara tersenyum.

Jean membuka lemari plastik atom dan mengeluarkan seprai dan sarung bantal guling. "Pakailah ini untuk ranjangmu itu."

"Terima kasih, Jean. Maaf merepotkanmu."

"Tidak masalah, Ara. Aku justru senang kau diterima kerja di sini. Baiklah. Aku akan kembali bekerja. Kau bisa membereskan ranjang mu dan beristirahat. Kamar mandi ada di samping. Jika kau lapar, di dalam lemari kayu dekat ranjang ku ada beberapa cemilan. Kau bisa memakannya." Lalu Jean meninggalkan Ara di kamar sendirian.

Ara berdiri berkacak pinggang melihat ranjangnya. Terbesit dalam pikiran Ara untuk merapikan ranjangnya terlebih dahulu setelah itu dia akan menyusun pakaiannya di lemari. Ara juga mendapatkan lemari plastik atom untuk tempat pakaiannya.

Selesai merapikan semuanya Ara membuka lemari kayu yang ada di samping ranjang Jean. Ara melihat beberapa cemilan tapi perut Ara masih kenyang.

"Lebih baik aku istirahat sebentar. Tenagaku terkuras habis saat sesi wawancara tadi," keluh Ara.

Ara pun membaringkan tubuhnya di atas ranjang barunya yang sudah di desain sedemikian rupa bahkan wangi kopi aroma terapi yang dia gantungkan di pojok ranjangnya sudah menyebar dan menambah ketenangan dalam diri Ara.

***

Tak terasa, ini hari kedua Ara  bekerja.

Ara yang notabene-nya adalah gadis yang mudah berbaur dengan orang lain bahkan dengan mudahnya Ara dikenal dengan cepat oleh para maid senior di rumah itu. Kecantikan Ara pun menjadi buah bibir dikalangan maid terutama maid laki-laki.

Ara sangat kagum dengan keadaan rumah itu. Rumah yang begitu besar dan sangat luas serta taman-taman yang begitu indah. Saat tengah berjalan Ara tak henti-hentinya mendongak ke atas menatap ornamen dinding dengan pahatan demi pahatan yang begitu indah.

"Selera Tuan Chase sangat tinggi," cicitnya membuat Jean yang berjalan di depan menoleh ke belakang.

"Hah? Apa kau bilang?" tanya Jean. 

"Sepertinya majikan kita punya selera yang sangat tinggi," kata Ara mengulangnya dengan memegang ornamen yang ada di dinding.

"Eh, hati-hati," tukas Jean memegang tangan Ara.

"Apa? Kenapa?" ujar Ara terkejut.

"Hati-hati. Jangan sembarangan menyentuh ornamen ini. Kotor sedikit nanti Nyonya Marry akan marah," jelas Jean.

"Ketat sekali peraturan di rumah ini?"

"Benar. Parahnya jika beliau sudah tidak suka dengan salah satu maid yang bekerja di sini, siap-siap saja maid itu angkat kaki dari rumah ini," beber Jean.

"Hah? Angkat kaki? Maksudmu dipecat?" kata Ara, disambut anggukan dari Jean.

"Iya. Jika masih ingin bekerja di rumah ini harus menaati peraturan yang ada di rumah ini karena nyonya besar satu dan dua, mereka tidak suka dengan orang-orang yang suka usil, cari perhatian, atau cari muka. Kalau tuan besar, beliau selalu sibuk di kantor jadi jarang sekali ikut campur."

"Rumah ini begitu besar. Berapa orang yang tinggal di sini?" tanya Ara penasaran karena rumah itu begitu besar seperti sebuah istana.

"Ratusan," jawab Jean sambil menarik tangan Ara yang masih berdiri menatap taman yang ada di samping dekat dengan dapur.

"Hah? Serius? Ratusan?" Ara tampak terkejut mendengar penuturan dari Jean. "Aku jadi ingin jalan-jalan melihat sekeliling rumah ini," lanjut Ara antusias.

"Ara, sebenarnya bukan kapasitas kita untuk jalan-jalan mengelilingi rumah karena sebagai asisten chef tentu saja garis batas kita hanya di sekitaran dapur saja."

Ara menghela napas panjang. "Masa sih? Bahkan di jam istirahat pun tidak boleh?"

"Seperti yang aku bicarakan tadi. Jangankan kau yang masih baru. Aku yang sudah satu tahun kerja di sini pun sama sekali belum pernah menjelajahi setiap sudut yang ada di rumah ini bahkan wajah majikan kita pun aku belum pernah melihatnya," ungkap Jean.

Ara jadi merasa heran pada Jean. "Ah, merepotkan sekali. Apakah sesulit itu? Mereka membangun rumah ini dengan sangat megah dan indah, tapi kenapa para pelayan tampak seperti tinggal di penjara," cicit Ara.

"Hush, jangan bicara seperti itu. Di sini banyak CCTV." Jean menepuk bahu Ara dengan pelan. Ara pun mendongakkan kepalanya dan dia hanya melihat satu kamera.

"Hanya satu saja kok," tunjuk Ara dengan sangat polosnya.

"Eits ... bukan CCTV itu, tapi CCTV orang yang suka cari muka." Jean memegang tangan Ara.

"Maksudmu orang yang suka lapor ini dan itu."

"Tepat sekali. Jadi kita harus hati-hati dalam bertutur kata atau berbuat!"

Ara memutarkan kedua bola matanya.

Padahal, dia hanya pekerja di dapur, tapi sulit sekali!

"Sudahlah, Ara. Nikmati saja pekerjaan ini. Dari pada kau jadi pengangguran dan dikejar-kejar penagih hutang, kau mau pilih yang mana? Kau aman tinggal di sini, tidak ada penagih hutang yang berani masuk ke rumah ini. Keamanan terjaga dengan ketat. Kau bisa melihat para pengawal yang menjaga pintu gerbang depan," cicit Jean.

Ara hanya menganggukkan kepalanya beberapa kali. Sebenarnya dia tidak fokus mendengar celotehan Jean. Apa yang diucapkan oleh Jean masuk ke telinga kanan Ara lalu keluar dari telinga kiri. Sama sekali tidak terekam di otak Ara.

"Ara--kau mendengarkan apa yang aku ucapkan?"


Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D114. Akhir Cerita Hidup (END)

    Tanpa mereka sadari. Kejadian nahas yang menimpa Ara disaksikan langsung oleh Jaden. Di mana Jacob memang sengaja mengajak Jaden untuk menjemput ibunya pagi itu. Namun, karena sesuatu yang tertinggal di mobil, dia harus kembali dan melihat pertengkaran yang terjadi diantara mereka. Jaden hanya diam dan tidak berekspresi, tidak menangis atau bahkan panik. Jaden hanya diam seakan tubuhnnya mati rasa dan tidak bisa lagi memperlihatkan ekspresi marahnya. Mungkin karena terlalu sakit yang dia rasa dan terlalu hancur hati kecil malaikat tampan itu melihat sang ibu kini tergeletak bersimbah darah di sisi jalan. "Ara!" Kaki Jacob serasa lemas tidak bertenaga. Sama halnya dengan Tobey, tetapi dia segera bergegas menerjang mobil yang berkeliaran lalu lalang di jalan raya. Dia segera menghampiri Ara. Ara terlihat terkulai lemas dengan ekspresi wajah tersenyum. Sulit untuk membayangkan melihat orang-orang yang kita cintai pergi dengan cepat. "Ara," ucap lirih Tobey dengan suara sendu. T

  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D113. Pertengkaran Berujung Maut

    Hati Tobey sungguh hancur dan dia begitu terlihat sangat menyedihkan. Begitu pula dengan Ara. Namun, dia harus segera pergi dari sana untuk menuntaskan segala penderitaannya. Tobey segera membelakangi Ara dan berjalan cepat pergi meninggalkan wanita yang dia cintai sejak kecil. Ara menangis sejadi-jadinya. Tangannya tidak mampu lagi menghalangi kepergian Tobey yang telah jauh meninggalkannya. Sementara di luar sana, ada tangan hangat Jean yang segera membantu Tobey mengusap kepiluan hati yang selama ini dia sembunyikan. Saking hancurnya hati itu, bahkan Tobey terlihat begitu lemah di hadapan Jean. Pria itu segera menangis sekuat-kuatnya sambil memeluk tubuh Jean, mengingat setiap waktu yang dia buang sia-sia untuk mengambil cinta pada Ara. "Harusnya aku sadar sejak awal," ungkap Tobey lirih dengan suara bergetar dan bulir bening menetes di pipinya. "Kau pria baik, kau pria hebat," ungkap Jean yang juga tidak bisa menahan sedih. Dua orang yang dia kasihi harus berakhir tragis

  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D112. Surat Cerai Untuk Ara

    Berita ditemukan sesosok mayat disekitar jurang membuat Harry dan Jaden terperanjat. Berita itu muncul di televisi dan sempat lupa disensor sehingga wajah korban terpampang jelas. Tentunya hal itu membuat Harry bertanya pada Jacob. Berhubung berita di televisi dengan gamblangnya menyebutkan bahwa itu adalah murni kecelakaan tunggal. Jacob tidak banyak bicara dalam menjelaskan pada sang putra, Harry. Terlebih lagi, Jaden sang putra kandungnya hanya cuek dan tidak bertanya hal yang aneh. Mungkin karena Jaden belum begitu mengenal sosok sang nenek. "Harry, kau sekarang bisa tenang, karena sudah tidak ada orang yang membuatku takut," jelas Jacob. "Ayah--bolehkan--hmm, kita menjenguknya untuk terakhir kali," celetuknya dengan kepala menunduk ke bawah dan jari jemarinya bermain di sana. Jacob menoleh menatap sang putra yang tertunduk. Pria itu begitu heran pada putra angkatnya. Padahal dia adalah termasuk korban yang hampir saja kehilangan nyawanya karena racun serangga yang sengaja dit

  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D111. Bangun dari Koma

    Akhir hidup yang mengenaskan. Wanita paruh baya itu jatuh menggelinding di jurang dan Jacob pun melaporkannya sebagai kecelakaan. Tak butuh menunggu lama di tempat kejadian, Jacob pun menyuruh TJ untuk segera pergi dari sana."Tuan, bagaimana dengan dokumen ini?" tanyanya sebelum pergi dari sana. Jacob melihat dokumen palsu itu berceceran di jalanan. "Bukankah dokumen itu ada nama anda? Jika semua dokumen itu tidak dibawa, maka anda bisa jadi tersangka utama," jelasnya.Jacob menarik napas panjang. "Tenang saja. Itu dokumen palsu. Tidak ada namaku di sana. Hanya ada nama Mandy," jelasnya.Setelah itu mobil pun bergegas pergi dari sana. Sebelum kembali ke rumah sakit, Jacob meminta TJ untuk tidak memakai mobil itu dalam jangka lama, karena pastinya polisi akan mengusut tuntas kasus kematian wanita tua itu.Satu persatu orang yang ada di belakang Nyonya Merry ditangkap termasuk Joey. Namun, tidak dengan TJ yang memang dia memakai identitas palsu.***Satu masalah sudah selesai. Tinggal

  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D110. Akhir Hidup Sang Mertua

    Memang tidak ada yang bisa disalahkan atas takdir yang terjadi, tapi peran utama-lah yang bisa disalahkan, karena dia tidak tegas dalam mengambil keputusan serta masih labil. Ara yang dari pertama sudah diberi nasihat oleh ibunya untuk tidak gegabah dengan seseorang, akan tetapi nasihat itu sirna saat Ara terperdaya oleh rayuan Jacob.Karma memang nyata. Entah itu datang lebih cepat atau lebih lambat, tapi itulah yang akan membuatmu merasa sangat berdosa pada diri sendiri."Semua memang salahku. Aku harus bagaimana jika bertemu dengan ibu?" ***Tawa keras membahana mengisi ruangan tersebut. Dia begitu sangat puas. Dia merasa jika hal itu begitu sangat gampang."Dasar wanita serakah. Begitu mudahnya kau masuk dalam perangkapku. Baiklah, aku harus bermain manis demi kelancaran kerjasama ini."Wanita paruh baya itu telah mengambil keputusan. Justru di sinilah semua orang berupaya berakting untuk saling menjebak. Semua orang sibuk mencari satu orang dan satu orang itu mendadak menjadi se

  • Maid Istimewa Tuan Arrogant   D109. Bayangan Masa Lalu

    Keadaan Ara begitu sangat mengenaskan. Perceraian yang dia alami membuatnya begitu sangat down. Semua memang salah dirinya sendiri hingga dia teringat bagaimana dulu dia bisa bertemu dengan Jacob.Flashback on.Ada pertemuan pasti akan ada perpisahan dan itu sudah pasti. Ara sangat sedih akan hal itu, tapi dia pun tidak mungkin berlama-lama tinggal di rumah Barnes. Namun, justru Barnes terlihat sedih. Laki-laki itu berpikiran jika dia tidak akan pernah bertemu dengan Ara lagi. Ara malah meledek Barnes hingga mereka berdua tertawa bersama.Ara benar-benar merasa terbantu, bahkan dia bisa melupakan kejadian yang telah menimpanya. Terlebih lagi dia bisa melupakan Ryan.Saat tiba di sebuah rumah yang elegan, Barnes berhenti. Barnes mengangkat kepalanya dan menatap rumah tersebut. Masih terlihat sepi, tapi di dalam sana pasti sudah disibukan dengan segala aktivitas."Apa kita sudah sampai?" kata Ara."Belum," balas Barnes."Lalu kenapa kita berhenti? Aku pikir kita sudah sampai tempat tuj

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status