"Hah? Apa?" sahut Ara melongo.
"Ah, sudahlah. Aku terlalu capek saat mengobrol dengan mu untuk saat ini. Aku seperti sedang bicara dengan patung." Jean memangku dagunya sendiri. Jean terlihat merajuk pada Ara. Ara pun berusaha untuk menghiburnya. Celotehan Ara berhasil membuat Jean tertawa. Bagaimana pun juga kedatangan Ara di rumah keluarga Chase memberi warna yang berbeda. Kadang sikap polos Ara membuat para maid yang bekerja di rumah itu menjadi heran, terkadang Ara juga bisa tegas. "Ara, apakah kau punya kepribadian ganda?" tanya seorang maid yang baru saja masuk ke dapur. "Hah? Enak saja kau bilang aku punya kepribadian ganda," protes Ara. Dapur kembali ramai karena celotehan Ara dan maid-maid lainnya, tapi setelah itu dapur yang ukurannya sangat besar seperti dapur di restoran ternama mendadak menjadi hening. Albertina masuk ke dalam dapur bersama dengan Georgina. Mereka berdua adalah maid senior di rumah itu. Mereka lah yang paling awet bekerja di sana. Kedua maid senior itu memberikan sebuah pengumuman. Jika nanti malam akan ada tamu yang datang ke rumah. "Nyonya Mandy akan kedatangan tamu, jadi aku minta pada kalian untuk menghidangkan menu spesial. Terutama kau," tunjuk Georgina pada Ara. "Aku sudah membaca CV mu. Kau pernah bekerja di restoran ternama, bukan? Tentunya kau sangat ahli dalam memasak. Tamu yang akan datang malam ini berasal dari korea, aku ingin kau memasak masakan Korea untuk tamunya Nyonya Mandy, paham?" Ara menganggukkan kepalanya. Setelah itu Georgina dan Albertina keluar dari dapur. Para maid yang terpilih segera bergegas untuk memasak masakan yang spesial, begitu juga dengan Ara. Namun, Ara justru malah bingung. Dia bingung ingin memasak apa. Ara berdiri di depan kulkas dan melihat isi kulkas. Ara memutar otaknya karena untuk memasak masakan Korea itu tidak mudah apalagi jika tidak ada bahannya. Sebenarnya Ara bisa mengolah apa saja yang ada di dalam kulkas tapi yang jadi pertanyaan apakah Nyonya Mandy suka makan masakan pedas. Sedangkan masakan Korea kebanyakan pedas. Akhirnya Ara mengambil tahu putih, jamur, daun bawang, daging sapi yang sudah diiris serta satu butir telur. Namun, Ara kembali membuka pintu kulkas dan mengambil beberapa telur, wortel, daun bawang serta bayam. Setelah dipikir-pikir Ara memutuskan untuk membuat dua menu masakan. Jari jemari Ara yang lentik dan indah bermain dengan pisau di atas talenan. Keahlian memasak Ara tidak diragukan lagi. Gadis itu dengan kilat mengiris semua bahan dan langsung mengeksekusinya. Jean yang melihat aksi Ara dibuat terpukau. Tidak butuh waktu lama satu menu masakan telah Ara selesaikan. Bau aroma pedas menyeruak masuk ke hidung yang berada di dalam dapur. "Ara, kenapa masakan mu berwarna merah? Ini pasti pedas rasanya." "Namanya juga masakan Korea," jelas Ara dengan santainya. Tinggal satu menu yang harus Ara selesaikan. Ara mengocok enam butir telur ke dalam sebuah mangkok besar, lalu Ara memotong wortel, daun bawang, dan bayam sekecil mungkin. Ara mencampurkan semua bahan menjadi satu lalu mengaduknya. Kemudian Ara menyiapkan wajan kotak datar untuk menggoreng. Para maid heran kenapa Ara memakai wajan tersebut. Ara dengan telaten menggoreng telur itu, lalu menggulungnya membentuk kotak persegi. Ara terus menyambungnya sampai adonan terakhir. Telur itu menjadi sebuah gulungan kotak yang sangat cantik karena dihiasi oleh merahnya wortel dan hijaunya daun bawang serta bayam yang diiris kotak kecil-kecil. Ara mengangkat telur itu dan menaruhnya di atas talenan. Lalu Ara memotong telur itu dan menaruhnya di atas piring serta menatanya dengan cantik. Kini dua menu masakan Ara telah siap. Semua maid yang ada di sana mengelilingi Ara. Mereka ingin melihat seperti apa penampilan masakan Korea. "Jadi ini yang namanya masakan Korea. Apa nama kedua menu ini, Ara?" tanya Jean. "Sundubu Jjigae dan Gyeran Mari," kata Ara sambil menunjuk masing-masing menu. "Apa ini pedas?" "Tidak juga. Masakan Korea memang identik dengan pedas dan hampar, tapi aku tadi memasak sengaja tidak terlalu pedas. Aku takut jika Nyonya Mandy tidak pedas jadi aku kurangi rasa pedasnya. Hanya saja memang tampilannya berwarna merah," jelas Ara sambil tersenyum. "Aku harap tidak ada yang akan komplain dengan masakan mu ini, Ara." Ara menarik napas, "Aku hanya memasak sesuai instruksi dari maid senior. Mereka memintaku untuk memasak masakan Korea jadi aku menjalankan instruksi itu." Ara melipat kedua tangannya di dada. Tepat jam 5 sore Nyonya Mandy menyambut kedatangan tamunya yang dari Korea. Tentunya hal itu tak luput dari pantauan si tua Nyonya Marry Feehily. Nyonya Marry adalah ibu kandung dari Mandy dan Marry-lah yang selalu mengatur ini dan itu. Marry menganggap dirinya adalah nyonya besar di rumah keluarga Chase dan satu hal yang sering dilupakan oleh Marry adalah bahwa rumah itu bukan rumah miliknya. Marry hanya menumpang di rumah tersebut. Setelah kedatangan tamu dari Korea pihak dapur disibukkan dengan mengeluarkan banyak cemilan serta minuman. "Hmm ... Nyonya Mandy pasti pintar berbahasa Korea, ya?" celetuk Ara saat melihat para maid keluar masuk dapur. Ara pun menyenggol lengan Jean. "Eh, aku kurang tahu soal itu. Aku pun baru setahun kerja di rumah ini," balas Jean. Ara semakin penasaran dengan isi rumah keluarga Chase, tapi hari itu Ara belum beruntung. Dia dan Jean tidak mendapat perintah dari maid senior untuk mengeluarkan hidangan. Padahal Ara ingin sekali jalan-jalan walaupun hanya mengeluarkan makanan ke ruang makan. Jam makan malam telah tiba, Nyonya Mandy mempersilakan tamu-tamunya untuk makan malam. Hidangan sudah tertata rapi di atas meja. Tamu dari negara Korea itu pun takjub karena di atas meja makan terdapat menu makanan korea walaupun hanya dua jenis saja. "Makanan apa ini?" celetuk nyonya tua yang melihat sayuran kuah berwarna merah. "Ini rasanya pasti sangat pedas," lanjutnya. "Pelayan!" teriaknya.Tanpa mereka sadari. Kejadian nahas yang menimpa Ara disaksikan langsung oleh Jaden. Di mana Jacob memang sengaja mengajak Jaden untuk menjemput ibunya pagi itu. Namun, karena sesuatu yang tertinggal di mobil, dia harus kembali dan melihat pertengkaran yang terjadi diantara mereka. Jaden hanya diam dan tidak berekspresi, tidak menangis atau bahkan panik. Jaden hanya diam seakan tubuhnnya mati rasa dan tidak bisa lagi memperlihatkan ekspresi marahnya. Mungkin karena terlalu sakit yang dia rasa dan terlalu hancur hati kecil malaikat tampan itu melihat sang ibu kini tergeletak bersimbah darah di sisi jalan. "Ara!" Kaki Jacob serasa lemas tidak bertenaga. Sama halnya dengan Tobey, tetapi dia segera bergegas menerjang mobil yang berkeliaran lalu lalang di jalan raya. Dia segera menghampiri Ara. Ara terlihat terkulai lemas dengan ekspresi wajah tersenyum. Sulit untuk membayangkan melihat orang-orang yang kita cintai pergi dengan cepat. "Ara," ucap lirih Tobey dengan suara sendu. T
Hati Tobey sungguh hancur dan dia begitu terlihat sangat menyedihkan. Begitu pula dengan Ara. Namun, dia harus segera pergi dari sana untuk menuntaskan segala penderitaannya. Tobey segera membelakangi Ara dan berjalan cepat pergi meninggalkan wanita yang dia cintai sejak kecil. Ara menangis sejadi-jadinya. Tangannya tidak mampu lagi menghalangi kepergian Tobey yang telah jauh meninggalkannya. Sementara di luar sana, ada tangan hangat Jean yang segera membantu Tobey mengusap kepiluan hati yang selama ini dia sembunyikan. Saking hancurnya hati itu, bahkan Tobey terlihat begitu lemah di hadapan Jean. Pria itu segera menangis sekuat-kuatnya sambil memeluk tubuh Jean, mengingat setiap waktu yang dia buang sia-sia untuk mengambil cinta pada Ara. "Harusnya aku sadar sejak awal," ungkap Tobey lirih dengan suara bergetar dan bulir bening menetes di pipinya. "Kau pria baik, kau pria hebat," ungkap Jean yang juga tidak bisa menahan sedih. Dua orang yang dia kasihi harus berakhir tragis
Berita ditemukan sesosok mayat disekitar jurang membuat Harry dan Jaden terperanjat. Berita itu muncul di televisi dan sempat lupa disensor sehingga wajah korban terpampang jelas. Tentunya hal itu membuat Harry bertanya pada Jacob. Berhubung berita di televisi dengan gamblangnya menyebutkan bahwa itu adalah murni kecelakaan tunggal. Jacob tidak banyak bicara dalam menjelaskan pada sang putra, Harry. Terlebih lagi, Jaden sang putra kandungnya hanya cuek dan tidak bertanya hal yang aneh. Mungkin karena Jaden belum begitu mengenal sosok sang nenek. "Harry, kau sekarang bisa tenang, karena sudah tidak ada orang yang membuatku takut," jelas Jacob. "Ayah--bolehkan--hmm, kita menjenguknya untuk terakhir kali," celetuknya dengan kepala menunduk ke bawah dan jari jemarinya bermain di sana. Jacob menoleh menatap sang putra yang tertunduk. Pria itu begitu heran pada putra angkatnya. Padahal dia adalah termasuk korban yang hampir saja kehilangan nyawanya karena racun serangga yang sengaja dit
Akhir hidup yang mengenaskan. Wanita paruh baya itu jatuh menggelinding di jurang dan Jacob pun melaporkannya sebagai kecelakaan. Tak butuh menunggu lama di tempat kejadian, Jacob pun menyuruh TJ untuk segera pergi dari sana."Tuan, bagaimana dengan dokumen ini?" tanyanya sebelum pergi dari sana. Jacob melihat dokumen palsu itu berceceran di jalanan. "Bukankah dokumen itu ada nama anda? Jika semua dokumen itu tidak dibawa, maka anda bisa jadi tersangka utama," jelasnya.Jacob menarik napas panjang. "Tenang saja. Itu dokumen palsu. Tidak ada namaku di sana. Hanya ada nama Mandy," jelasnya.Setelah itu mobil pun bergegas pergi dari sana. Sebelum kembali ke rumah sakit, Jacob meminta TJ untuk tidak memakai mobil itu dalam jangka lama, karena pastinya polisi akan mengusut tuntas kasus kematian wanita tua itu.Satu persatu orang yang ada di belakang Nyonya Merry ditangkap termasuk Joey. Namun, tidak dengan TJ yang memang dia memakai identitas palsu.***Satu masalah sudah selesai. Tinggal
Memang tidak ada yang bisa disalahkan atas takdir yang terjadi, tapi peran utama-lah yang bisa disalahkan, karena dia tidak tegas dalam mengambil keputusan serta masih labil. Ara yang dari pertama sudah diberi nasihat oleh ibunya untuk tidak gegabah dengan seseorang, akan tetapi nasihat itu sirna saat Ara terperdaya oleh rayuan Jacob.Karma memang nyata. Entah itu datang lebih cepat atau lebih lambat, tapi itulah yang akan membuatmu merasa sangat berdosa pada diri sendiri."Semua memang salahku. Aku harus bagaimana jika bertemu dengan ibu?" ***Tawa keras membahana mengisi ruangan tersebut. Dia begitu sangat puas. Dia merasa jika hal itu begitu sangat gampang."Dasar wanita serakah. Begitu mudahnya kau masuk dalam perangkapku. Baiklah, aku harus bermain manis demi kelancaran kerjasama ini."Wanita paruh baya itu telah mengambil keputusan. Justru di sinilah semua orang berupaya berakting untuk saling menjebak. Semua orang sibuk mencari satu orang dan satu orang itu mendadak menjadi se
Keadaan Ara begitu sangat mengenaskan. Perceraian yang dia alami membuatnya begitu sangat down. Semua memang salah dirinya sendiri hingga dia teringat bagaimana dulu dia bisa bertemu dengan Jacob.Flashback on.Ada pertemuan pasti akan ada perpisahan dan itu sudah pasti. Ara sangat sedih akan hal itu, tapi dia pun tidak mungkin berlama-lama tinggal di rumah Barnes. Namun, justru Barnes terlihat sedih. Laki-laki itu berpikiran jika dia tidak akan pernah bertemu dengan Ara lagi. Ara malah meledek Barnes hingga mereka berdua tertawa bersama.Ara benar-benar merasa terbantu, bahkan dia bisa melupakan kejadian yang telah menimpanya. Terlebih lagi dia bisa melupakan Ryan.Saat tiba di sebuah rumah yang elegan, Barnes berhenti. Barnes mengangkat kepalanya dan menatap rumah tersebut. Masih terlihat sepi, tapi di dalam sana pasti sudah disibukan dengan segala aktivitas."Apa kita sudah sampai?" kata Ara."Belum," balas Barnes."Lalu kenapa kita berhenti? Aku pikir kita sudah sampai tempat tuj