Share

Bab 6

Author: ruruwoppy
last update Last Updated: 2025-11-17 18:44:13

"Yang bohong akan terlihat takut, tapi sebaliknya, yang jujur akan terlihat tenang, Mom."

"Ya, Mommy juga berpikir begitu. Ya sudahlah, Mommy cek cctv dulu."

"T-tapi, Nyonya.." Sintia gelagapan, berusaha menghalangi langkah Lucy untuk mengecek cctv. Tapi Ara, masih menundukkan kepalanya.

"Kalau gak ngerasa, lawan. Jangan diam-diam aja."

"Iya, Tuan muda."

"Saya tidak suka perempuan lemah. Ingat itu." Davin pergi meninggalkan dapur setelah mengatakan hal itu.

Yang sebenarnya terjadi, kemarin malam Sintia mencuci cangkir kesukaan Lucyana tapi naasnya cangkir itu terjatuh dan pecah berhamburan.

Dia tahu cangkir itu berharga, mahal pula harganya. Alhasil, dia berpikir untuk menjebak Ara tapi Davin malah datang dan membuat rencananya gagal total. Tadi pagi, memang Ara yang membuang sisa pecahan itu tapi hanya serpihan kecil, dia tidak tahu menahu itu cangkir atau apa, Sintia yang memintanya membersihkan area itu.

Entah apa yang teradi, Ara diminta Davin untuk tenang saja karena Lucyana tidak akan memarahinya. Ara hanya mengangguk, kemudian minta izin ke Davin untuk menjenguk ibunya di rumah sakit.

Davin sebenarnya ingin ikut, tapi ada kerjaan yang harus dia lakukan sore itu. Akhirnya, Ara berangkat bersama Ratna, bibinya. Ratna hanya mengantar Ara sampai ke rumah sakit dan kembali menjadi maid karena tugasnya belum selesai.

Kini, tinggal Ara sendirian.

Pintu dibuka, Ara masuk lalu menutup kembali pintunya rapat-rapat. Gadis itu berjalan pelan, langkahnya terasa berat, kakinya seakan enggan untuk melangkah. Ara duduk di kursi yang telah disediakan.

Ara mengusap lembut wajah damai sang ibu, kelopak matanya tertutup rapat, namun terlihat tenang tanpa beban sama sekali, membuat hatinya luluh lantak detik itu juga.

"Ibu.." panggilnya lirih. Perlahan, air matanya luruh membasahi wajah cantiknya.

"Maaf, empat hari ini Ara gak jenguk Ibu. Soalnya sibuk kerja di rumah Juragan Patra. Gajinya lumayan buat nyicil uang semester sama biaya pengobatan ibu, orang-orang disana juga baik. Jadi, Ibu tidak perlu khawatir yaa."

"Bu, jangan lama-lama tidurnya yaa? Ara rindu sama Ibu, suara ibu, masakan ibu, pelukan ibu, semuanya Ara rindu. Ara sendirian, Bu. Takut. Tapi Ara gak bisa mundur, kan? Ara harus tetep kuat demi Ibu, kan?" Ara menggenggam erat tangan keriput sang ibu.

"Ibu boleh istirahat kok, tapi jangan lama-lama yaa, Bu. Soalnya Ara takut gak bisa jalanin semuanya sendirian, Ara butuh tempat bersandar."

Malam itu, Ara mencurahkan keluh kesahnya pada sang ibu, dengan derai air mata yang membasahi wajahnya, Ara tetap berada disana, beberapa kali mengecupi punggung tangan sang ibu. Tapi nihil, tak ada respon apapun. Ratih tetap dengan posisinya, masih sama, koma dan terbaring lemah di rumah sakit.

Sementara, Davin yang malam ini pergi keluar bersama teman-temannya, sedang perjalanan ke rumah, tepat ketika Ara juga kembali.

Davin bukanlah pria yang memiliki banyak teman, dia tipe orang yang tidak pandai berbaur dengan orang lain, apalagi orang asing. Dia sangat pilih-pilih dalam hal berteman. Jadi, bisa dipastikan orang-orang yang dekat dengan Davin itu adalah orang yang sudah lama mengenalnya. Itu orang yang telah lolos seleksi sebagai teman, benar-benar teman.

Davin meraih rokok lalu menyalakan pemantik dan menyesap batang bernikotin itu dengan perlahan, asap putih mengepul dari mulutnya.

"Masih sama tuh cewek?" tanya Theo, tangannya menuangkan minuman beralkohol ke dalam gelas kecil dan memberikannya pada Davin. Pria itu menerimanya lalu meminumnya sampai habis.

"Eitss, santai aja, bro." Theo terkekeh, jarang sekali mereka bertemu, sekalinya bertemu sudah pasti bertemu di club malam seperti ini.

"Masih."

"Apanya?"

"Lu tadi nanya apa?" Balik tanya Davin dengan kening yang berkerut, membuat David tertawa pelan.

"Udahan minumnya, udah habis satu botol. Jangan kebanyakan, Vin." Theo berusaha memperingatkan Davin, pasalnya tingkat toleransinya terhadap minuman itu tidaklah sekuat itu. Satu botol, biasanya mampu membuat Davin tumbang.

"Pulang ayo.." ajak David. Sebelum Davin semakin menggila, lebih baik membawanya pulang sesegera mungkin.

"Males banget di rumah tuh." jawab Davin dengan suara seraknya. Sejak dulu, Davin memang paling tidak betah berada di rumah. Dia lebih suka keluyuran karena berbagai alasan, salah satunya sepi.

"Kalo gitu, stop minumnya."

"Cerewet." Davin merebut sloki dari tangan Theo dan menuang minumannya lagi, ujung-ujungnya Davin tepar juga dan yaa, teman-temannya juga yang bertanggung jawab membawanya pulang.

Theo dan David mengantar Davin ke rumahnnya, bodo amat dengan mobil pria itu, yang jelas sangat tidak mungkin membiarkan Davin mengemudi sendirian dalam keadaan mabuk.

Sesampainya di rumah, keduanya berjalan pelan membopong tubuh Davin tapi dia meronta dan akhirnya, berjalan sendiri meski sempoyongan.

"Bisa?"

"Gue bisa sendiri." Jawabnya. Kedua temannya pasrah dan membiarkan Davin berjalan sendiri. Davin membuka pintu rumahnya pelan, terkunci. Davin menggedor pintu rumahnya sendiri.

Di dapur, ada Ara yang sedang mengambil minum.

Sepulang dari rumah sakit, entah kenapa dia tidak bisa tidur. Matanya enggan terpejam, rasa kantuk tak kunjung datang. Ada banyak kegelisahan yang menghantuinya. Alhasil, Ara pergi ke depan untuk mengambil minum.

Dia memicing saat mendengar pintu rumah di gedor dari luar. Gadis itu berjalan pelan, melupakan niat awalnya untuk mengambil air minum.

Ara mengintip dari celah gorden dan ternyata, itu Davin yang terlihat tidak baik-baik saja. Pria itu menyandarkan kepalanya di daun pintu, Ara khawatir dan bergegas membuka pintu.

"Tuan muda.." begitu pintu terbuka, tubuh besar itu limbung menimpa Ara. Untung saja, Ara bisa menjaga keseimbangan dirinya. Kalau tidak, sudah pasti mereka berdua akan jatuh dengan posisi yang sangat tidak estetik.

Pria itu menatap Ara penuh arti, kedua matanya memerah efek minuman yang ditenggaknya. Perlahan, tangan Davin mengusap wajah Ara dan secepat mungkin gadis itu menghindar, tapi gerakannya kurang cepat dibanding Davin.

Pria itu meraih dagunya, mencium bibirnya dengan liar. Ara meronta, memukul-mukul dada bidang Davin, namun jelas tenaganya tak seberapa dibandingkan Davin. Lagi dan lagi, bibir Ara terluka karena ulah Davin.

Davin menarik Ara ke pantry dan melancarkan kembali aksi bejatnya, mendudukan Ara di atas meja dan menciumnya dengan liar, kali ini lebih liar, bahkan tangannya mulai tak sopan menjamah bagian tubuh Ara.

Prang...

Gelas diatas meja itu jatuh, menimbulkan bunyi nyaring, namun itu tak mengganggu aksi Davin. Sampai suara yang familiar terdengar.

"Davin.."

Klek..

Pintu terkunci.

Ara didorong hingga punggungnya membentur tembok. Davin mengikis jarak keduanya, pria itu menatap Ara tajam, menarik kedua tangannya ke atas kepala dan kembali mencium bibir Ara.

Ara kembali meronta, tapi dia kalah dari segi kekuatan. Gadis itu memejamkan matanya, air matanya mulai menetes membasahi wajahnya.

Tapi, apa Davin iba? Tidak sama sekali. Pengaruh minuman itu membuatnya kehilangan akal sehat, sisi kemanusiaannya hilang. Davin semakin beringas, dia membanting Ara ke atas kasur.

Ara memekik pelan, membuat Davin membungkam mulutnya dengan sebelah tangan begitu suara itu kembali terdengar.

"Davin, kamu sudah pulang, Sayang?" Itu Lucyana. Begitu mendengar suara nyaring dari arah dapur, wanita itu segera mengeceknya, namun hanya pecahan gelas berserakan dilantai.

"Davin?" Lagi. Tapi hening. Tak ada jawaban sama sekali. Lucyana berpikir, mungkin itu kucing. Setelahnya, Lucyana memutuskan kembali ke kamarnya.

Aman.

Davin menyeringai, mulai menarik satu persatu kancing kemeja yang dikenakan Arabella hingga menampilkan lekuk tubuhnya yang molek. Lancang, pria itu menyentuh dada Ara dan membuat gadis itu kembali meronta.

Davin geram, dia mengambil semacam tali dari arah nakas lalu mengikat kedua tangan Ara.

"T-tuan, tolong jangan lakukan ini.."

"Tenang. Kau hanya perlu diam, nikmati permainanku!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Maid Pemuas Obsesi Tuan Muda   Bab 6

    "Yang bohong akan terlihat takut, tapi sebaliknya, yang jujur akan terlihat tenang, Mom." "Ya, Mommy juga berpikir begitu. Ya sudahlah, Mommy cek cctv dulu.""T-tapi, Nyonya.." Sintia gelagapan, berusaha menghalangi langkah Lucy untuk mengecek cctv. Tapi Ara, masih menundukkan kepalanya. "Kalau gak ngerasa, lawan. Jangan diam-diam aja.""Iya, Tuan muda.""Saya tidak suka perempuan lemah. Ingat itu." Davin pergi meninggalkan dapur setelah mengatakan hal itu. Yang sebenarnya terjadi, kemarin malam Sintia mencuci cangkir kesukaan Lucyana tapi naasnya cangkir itu terjatuh dan pecah berhamburan. Dia tahu cangkir itu berharga, mahal pula harganya. Alhasil, dia berpikir untuk menjebak Ara tapi Davin malah datang dan membuat rencananya gagal total. Tadi pagi, memang Ara yang membuang sisa pecahan itu tapi hanya serpihan kecil, dia tidak tahu menahu itu cangkir atau apa, Sintia yang memintanya membersihkan area itu. Entah apa yang teradi, Ara diminta Davin untuk tenang saja karena Lucyana

  • Maid Pemuas Obsesi Tuan Muda   Bab 5

    Ara sudah terlihat aktif di dapur semenjak kejadian kemarin, mengerjakan pekerjaannya seperti biasa, tanpa terganggu dengan tatapan sinis dari Sintia yang selalu mengintimidasinya. Sejak tadi, gadis itu terus berdekatan dengannya.Mungkin, ingin memastikan Ara tidak dekat-dekat dengan Davin.Namun, nasib tak selalunya mulus, bukan? Davin kembali meminta Ara untuk melayaninya seperti kemarin.Ara sempat melirik Sintia, gadis itu melengos dengan wajah kesal. Ara menghela nafasnya pelan lalu mulai menyajikan sarapan untuk Davin. Kebetulan, pagi ini Davin pergi berolahraga, dia baru kembali setelah keluar pagi-pagi sekali untuk jogging. Rambutnya masih setengah basah, sedikit acak-acakan tapi tidak mengurangi kadar ketampanannya, justru malah terlihat semakin tampan. "Maaf, Tuan muda.." Ara meletakkan piring berisi menu sarapan Davin pagi ini. Pria itu mengangkat sebelah alisnya, lalu mendongak menatap wajah Ara. "Kenapa begini?""Maaf?""Aku tidak biasa sarapan begini, Ara." Jawabnya,

  • Maid Pemuas Obsesi Tuan Muda   Bab 4

    "Ada di belakang, Tuan muda. Dia sedang—""Panggil dia kemari.""Tapi, Tuan mu—" perkataan Sintia terpotong saat Davin menatapnya tajam. Akhirnya, tak ada pilihan lain, Sintia pun pergi memanggil Ara. "Ara!""Iya, kenapa?""Ke dapur sana.""Ngapain? Kerjaanku udah selesai.""Ditanyain Tuan muda." Jawabnya ketus, membuat Ara mengernyitkan keningnya. "Cepet sana, Tuan muda tidak suka menunggu." Ucap maid yang duduk di dekatnya, sambil menyenggol pelan sikutnya. Ara menghela nafasnya pelan, lalu beranjak dari duduknya, melewati Sintia yang kelihatan bete kuadrat. Ara menghembuskan nafasnya sedikit kasar, lalu berjalan mendekati meja makan, dimana ada Davin yang telah menunggu disana. "Permisi, Tuan muda. Anda memanggil saya?""Hmm, siapkan makan malam untukku.""Baik, sebentar.." Ara mengambilkan makan malam untuk Davin. Sejujurnya, dia masih merasa takut pada Davin, apalagi setelah kejadian tadi pagi. "Teh chamomile.""Baik, Tuan." Ara kembali ke belakang saat mendengar perminta

  • Maid Pemuas Obsesi Tuan Muda   Bab 3

    “Davin!”"Yes, Mom.." Davin mengusap rambutnya yang basah dengan handuk, pria itu menatap sang ibu dengan kerutan di keningnya. "Kenapa belum turun? Yang lain sudah menunggu.""Mommy tau sendiri kan, aku tidak bisa sarapan, aku tidak terbiasa. Duluan saja.." jawab Davin dengan wajah datarnya, memang Davin ini jarang sekali sarapan apalagi dengan makanan berat. Paling hanya buah, susu atau yoghurt. Paling sereal atau granola, itu sudah cukup untuknya di pagi hari. Maka dari itu, badannya terbentuk sempurna. "Kamu bertemu dengan Ara?""Ara? Siapa itu?""Maid baru yang semalam berjaga, kamu pasti bertemu dengannya tadi malam.""Oh, namanya Ara?""Hmm..""Aku sudah menyuruhnya turun, apa dia tidak kembali ke ruang makan?" Tanya Davin lagi. Lucyana menggelengkan kepalanya, dia tidak bertemu Ara, atau berpapasan dengan gadis itu."Ya sudah, nanti sarapan yaa. Mommy mau ke kantor dulu sama Daddy." Ucap Lucyana. Davin hanya mengiyakan, jawaban singkat dan meyakinkan. Selepas kepergian Lucy,

  • Maid Pemuas Obsesi Tuan Muda   Bab 2

    "Maaf, Tuan muda." Ara membantu membawakan barang bawaan tuan muda yang baru saja datang itu dengan perlahan. Pria itu hanya memberi celah dan membiarkan gadis itu membawakan barang bawaannya. Hanya satu koper, tak ada lagi. Ara terlihat canggung, begitu pria itu masuk, buru-buru dia menutup pintu dan menguncinya. Kemudian mengikuti langkah tegap pria tampan dengan kacamata transparan itu, demi apapun dia adalah orang tampan pertama yang pernah dilihatnya seumur hidup. Jemian Ardavin Suseno, putra sulung keluarga Suseno. Usianya 29 tahun, dia pria yang cerdas, tampan, memiliki banyak sekali kemampuan, tak heran dia dipercaya untuk memegang perusahaan sang ayah. Kemarin, pria itu harus pergi kunjungan ke luar negeri selama dua bulan penuh karena ada permasalahan dengan cabang perusahaan disana, sekaligus mencari relasi baru untuk bisnisnya. Davin duduk di sofa, melonggarkan dasi yang mengikat ketat lehernya, menyugar rambutnya pelan lalu mengacaknya. Pemandangan itu tak luput dari

  • Maid Pemuas Obsesi Tuan Muda   Bab 1

    "Tolong..""Tolong, Pak. Ibu jatuh di kamar mandi.." ucapnya dengan derai air mata, dia tak bisa menahan rasa khawatir dan paniknya, dia takut. Beberapa orang masuk ke dalam rumah sederhana itu dan akhirnya membawa Ratih ke klinik terdekat. Namun, sepertinya benturan di kepala membuat Ratih kritis. Ara shock, dia menjerit histeris. Mau tak mau, Ratih harus dirujuk ke rumah sakit agar mendapatkan penanganan yang lebih intensif. Tangisannya terdengar pilu, dia menangis di ruang tunggu, bajunya bergetar menahan tangisan. Sampai akhirnya, pundaknya di tepuk pelan. Ara mendongak, dia mendapati Ratna ada disana. "Bibi, Ibu bi.." "Iya, bibi tahu.." Ratna memeluk tubuh lemah itu, mengusap punggungnya, menenangkan gadis yang tengah berduka dengan keadaan sang ibu saat ini."Bi, kalau ibu gak ada, Ara sama siapa?""Jangan bicara seperti itu, Ibumu pasti sembuh, Ara. Doakan dia agar bisa melewati semuanya." "Bi, di rumah itu ada lowongan jadi maid nggak?" tanya Ara pelan. “Ara bingung haru

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status