Home / Romansa / Mainan Baru Tuan Montevista / 4: Nyonya Montevista

Share

4: Nyonya Montevista

Author: Ana_miauw
last update Last Updated: 2025-10-28 12:35:13

Bau whiskey dan cologne Axel semakin kuat, mencekik seperti belenggu tak terlihat. Aku menarik napas, mencoba menahan emosi yang bergejolak antara amarah, ketakutan, dan sisa-sisa gairah bodoh dari malam itu. Aku paham, setelah kontrak ditandatangani, tubuhku kini resmi menjadi aset Montevista, properti untuk tujuan produksi pewaris.

Axel tersenyum miring, senyum yang tidak pernah mencapai mata peraknya, yang kini berkilat penuh hasrat menguasai.

“Jangan membuatku menunggu, Keisha,” bisiknya, suaranya mengandung perintah mutlak yang tidak bisa ditawar.

Aku bangkit dari ranjang, merasakan lututku gemetar. Aku adalah Nyonya Montevista sekarang. Gelar ini adalah perisai sekaligus penjaraku. Aku harus memainkannya.

“Aku tidak lari, Tuan Montevista,” jawabku, mencoba meniru ketenangannya. “Tapi, karena ini adalah pernikahan, meski hanya sandiwara aku punya hak untuk tahu. Apa yang baru saja terjadi semalam? Mengapa kau memilihku?”

Axel tertawa. Dia menuang satu tegukan lagi whiskey ke gelasnya, meminumnya perlahan tanpa mengalihkan pandangan dariku.

“Kau terlalu banyak bertanya, Keisha. Kau tidak punya hak untuk tahu alasanku, kau hanya perlu patuh pada pasal-pasal yang sudah kau tandatangani. Mengenai apa yang terjadi semalam, itu adalah hasil dari perencanaan matang.”

Wajahku memanas. “Perencanaan matang? Kau menjebakku?”

“Tentu saja,” jawabnya santai. “Aku tidak punya waktu untuk mencari calon istri yang bisa kujadikan ibu dari pewaris dalam tiga minggu. Aku butuh target yang tepat, mudah dikendalikan, dan yang terpenting: subur.”

Aku terdiam. Apakah dia melakukan riset tentangku?

“Kau adalah Keisha Auristela, yatim piatu yang berjuang menghidupi dirinya dengan bakery kecil, dan yang secara genetik sempurna untuk menghasilkan penerusku,” lanjut Axel, suaranya tajam dan menghina. “Keturunan yang sehat. Kebetulan kau sedang mabuk, patah hati, dan rentan. Itu memudahkan pekerjaanku.”

Kata-katanya menembusku lebih dalam dari pisau. Aku bukan hanya boneka; aku adalah target yang sudah diteliti, dijebak, dan dieksploitasi.

“Kau menjijikkan,” bisikku.

“Begitulah dunia bekerja, Sayang,” Axel membuang whiskey-nya ke perapian kecil. “Aku menjijikkan, dan kau adalah baker miskin yang baru saja menjadi kaya raya dalam semalam. Sekarang, mari kita lanjutkan tugas kita.”

Dia mendekat, aura panasnya memenuhi ruangan. Kali ini, sentuhannya tidak lagi berupa janji gairah, melainkan klaim kepemilikan yang dingin. Jari-jarinya yang kuat merayap di sepanjang tulang rahangku, memaksa wajahku mendongak.

“Mulai saat ini, kehidupanmu hanya memiliki dua tujuan: menyenangkan aku, dan mengandung pewarisku,” desisnya.

Axel mengangkatku, membawaku ke ranjang berkanopi itu. Dalam kegelapan yang diselimuti kemewahan, aku tidak melawan. Aku sudah kalah. Rasa amarahku kini bercampur dengan kesadaran bahwa aku, Keisha, telah menjadi tumbal bagi kekuasaan Montevista.

****/

Keesokan paginya, aku terbangun sendirian. Axel sudah pergi, seperti phantom yang hanya meninggalkan bukti keberadaannya lewat rasa pegal di sekujur tubuhku.

Sebuah ketukan pelan terdengar di pintu. Seorang wanita paruh baya berseragam maid memasuki kamar.

“Selamat pagi, Nyonya,” sapanya dengan hormat yang tebal. “Saya Amelia. Adalah Kepala Pelayan Anda. Tuan Axel telah meminta saya untuk mengurus semua kebutuhan Anda.”

Dia membawa beberapa tumpukan kartu platinum dengan logo Montevista, smartphone baru, dan sebuah kotak perhiasan.

“Tuan Axel juga meminta Anda untuk menghafal jadwal hari ini,” katanya sambil menyerahkan tablet. “Anda akan bertemu dengan desainer pribadi Anda, penata rambut, dan pelatih etiket. Malam ini, Anda akan diperkenalkan pada dewan direksi dalam acara makan malam resmi.”

Aku mengambil tablet itu. Kehidupanku yang sederhana telah lenyap. Semuanya serba terstruktur. Aku bahkan tidak memiliki waktu untuk menangisi nasibku.

“Amelia,” tanyaku, “di mana letak bakery kecilku di kota?”

Nyonya Amelia tersenyum tipis, senyum yang terasa penuh rahasia dan simpati.

“Semalam, Tuan Axel telah mengirim tim hukum untuk mengurus aset-aset Anda. Toko kue Anda telah dibeli atas nama Montevista Group, dan semua utang keluarga Anda telah dilunasi. Anda tidak perlu memikirkan masa lalu, Nyonya. Mulai sekarang, Anda adalah simbol kekuasaan Montevista.”

Jantungku mencelos. Bahkan toko kuenya, satu-satunya hal yang kumiliki, telah dibeli dan diambil dariku. Aku benar-benar terputus dari Keisha yang lama.

Aku menatap pantulan diriku di cermin. Mantel sutra, kamar seluas apartemen, perhiasan di kotak, dan cek senilai lima puluh ribu dolar yang kini terkesan receh. Aku adalah Keisha Auristela, baker yang baru saja memenangkan lotre—tapi hadiahnya adalah kehilangan segalanya kecuali sangkar emas ini.

Aku adalah Nyonya Montevista. Dan aku harus mulai bermain peran ini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mainan Baru Tuan Montevista    8: Mungkin Aku Sudah....

    Setelah pengakuan Axel tentang DNA-ku—bahwa aku adalah solusi biologis untuk masalah garis keturunan Montevista—hubungan kami memasuki fase yang jauh lebih dingin dan penuh perhitungan. Aku tahu nilaiku. Aku bukan hanya ibu dari pewaris; aku adalah jantung biologis dari kelangsungan kekaisarannya.Aku memanfaatkan ini segera. “Aku butuh akses penuh ke pantry dan dapur kapan pun aku mau, tanpa pengawasan Amelia. Dan kau harus berhenti menyentuhku kecuali jika itu diperlukan untuk ‘tugas’,” kataku padanya pagi itu.Axel hanya membalas dengan seringai. “Deal. Tapi kau harus ingat, hari ini, kau harus tampil sempurna. Malam ini adalah Gala Montevista. Para dewan direksi yang kau temui waktu itu akan hadir, dan mereka akan mencariku. Jangan tunjukkan satu pun celah.”Aku menghabiskan seluruh sore untuk dipersiapkan. Paul, desainer pribadiku, membawakan gaun malam merah marun dengan potongan slit tinggi dan punggung terbuka. Itu jauh lebih provokatif dari yang biasa kupakai. Aku mengenakann

  • Mainan Baru Tuan Montevista    7: Berani, Tapi Axel Suka

    Pagi itu, aku menjalankan misi. Aku harus menemukan kelemahan Axel. Setelah Axel pergi untuk urusan bisnis, aku menyelinap ke perpustakaan pribadinya. Aku tahu aku melanggar batas, tetapi rasa ingin tahuku jauh lebih kuat dari rasa takut. Aku mencari petunjuk personal, bukan dokumen bisnis. Akhirnya, mataku tertuju pada sebuah bingkai foto perak kecil yang terbalik di atas meja. Aku meraihnya. Di dalamnya, terdapat foto Axel, jauh lebih muda dan tersenyum. Senyum itu hangat, tulus, dan sama sekali berbeda dari topeng Billionaire yang kukenal. Di sampingnya, berdiri seorang wanita cantik berambut cokelat dengan mata yang bersinar penuh kebahagiaan. Di balik foto, ada tulisan tangan yang indah: “Selamanya, di sini, di Montevista. M&A.” Jadi, ada seseorang yang pernah dicintai Axel. Kehancuran dalam matanya yang kulihat kemarin malam—ini alasannya. Aku buru-buru meletakkan foto itu kembali ke tempatnya. “Mencari sesuatu, Nyonya Montevista?” Suara berat dan dingin itu membuatku membe

  • Mainan Baru Tuan Montevista    6: Pemeriksaan Ovarium

    Udara di klinik Dr. Sam berbau steril dan mahal, jauh berbeda dari aroma antiseptik rumah sakit biasa. Ini bukan klinik, melainkan sebuah suite kesehatan pribadi yang mewah, didominasi warna putih pucat dan instrumen krom.Aku duduk di sofa kulit, sementara Axel berdiri tegak di sampingku, tangannya diletakkan di sandaran sofa seolah menandai kepemilikannya. Dr. Sam, seorang wanita paruh baya dengan senyum yang terlalu profesional, memasuki ruangan.“Selamat pagi, Tuan dan Nyonya Montevista,” sapanya, matanya terfokus pada Axel, seakan aku hanyalah lampiran yang harus diurus. “Tuan Axel sudah menjelaskan situasinya. Waktu adalah aset, jadi kita akan langsung ke inti.”Selama dua jam berikutnya, aku diperlakukan seperti barang inventaris berharga yang sedang diperiksa kelayakannya untuk tujuan produksi. Dr. Sam membahas pola ovulasiku, nutrisi, hingga “kondisi rahim yang optimal untuk menampung pewaris Montevista”. Axel mendengarkan setiap detail dengan ekspresi datar, sesekali mengaju

  • Mainan Baru Tuan Montevista    5: Perjuangan Dibalik Pintu Tertutup

    Sisa-sisa kemarahan karena kehilangan toko kue, justru memberiku kekuatan. Jika Axel menginginkan boneka yang sempurna, maka dia akan mendapatkannya. Tapi aku tidak akan pernah melupakan siapa diriku, dan aku akan menggunakan fasilitas yang dia berikan untuk menuntut balasan.Aku menghabiskan pagi itu di bawah pengawasan ketat Nyonya Amelia, Kepala Pelayan yang ternyata memegang kendali atas seluruh staf di mansion itu. Dia sopan, efisien, dan memiliki pandangan yang mengatakan bahwa dia telah melihat semua sandiwara pernikahan kontrak.Di ruang rias sebesar butik, aku bertemu dengan tim penata. Desainer pribadiku, seorang pria Italia bernama Paul, mengganti pakaian malamku yang kusut dengan gaun cocktail sutra abu-abu yang menjeritkan kemewahan tanpa usaha.“Rambut Nyonya indah, tapi terlalu polos,” ujar penata rambut, sementara penata rias sibuk mengukir kontur tajam di wajahku.Transformasi itu brutal. Keisha si baker yang wangi vanilla kini diganti dengan Nyonya Montevista yang me

  • Mainan Baru Tuan Montevista    4: Nyonya Montevista

    Bau whiskey dan cologne Axel semakin kuat, mencekik seperti belenggu tak terlihat. Aku menarik napas, mencoba menahan emosi yang bergejolak antara amarah, ketakutan, dan sisa-sisa gairah bodoh dari malam itu. Aku paham, setelah kontrak ditandatangani, tubuhku kini resmi menjadi aset Montevista, properti untuk tujuan produksi pewaris.Axel tersenyum miring, senyum yang tidak pernah mencapai mata peraknya, yang kini berkilat penuh hasrat menguasai.“Jangan membuatku menunggu, Keisha,” bisiknya, suaranya mengandung perintah mutlak yang tidak bisa ditawar.Aku bangkit dari ranjang, merasakan lututku gemetar. Aku adalah Nyonya Montevista sekarang. Gelar ini adalah perisai sekaligus penjaraku. Aku harus memainkannya.“Aku tidak lari, Tuan Montevista,” jawabku, mencoba meniru ketenangannya. “Tapi, karena ini adalah pernikahan, meski hanya sandiwara aku punya hak untuk tahu. Apa yang baru saja terjadi semalam? Mengapa kau memilihku?”Axel tertawa. Dia menuang satu tegukan lagi whiskey ke gela

  • Mainan Baru Tuan Montevista    3: Lakukan, Keisha

    Aku menahan napas, ujung bolpoin perak yang dingin kini berada di atas baris tanda tangan. Nama Axel Mardon Montevista sudah tercetak rapi di atas garis di sebelahnya.“Waktumu habis, Keisha.” Suara Axel, meski tenang, mengandung ketidaksabaran yang menekan.Aku tidak melihat ke arahnya. Mataku terpaku pada kata-kata di halaman itu: Kewajiban Istri, Kepatuhan Mutlak, dan Pasal Pewaris. Ini bukan pernikahan; ini adalah perbudakan legal yang kusepakati demi masa depan yang tidak pasti dan anak yang belum pasti ada.Dengan satu tarikan napas kasar, aku menorehkan namaku. Keisha Auristela.Seketika, ruangan itu terasa lebih dingin. Axel mengambil dokumen itu, memeriksanya dengan teliti. Seringai tipis yang tidak menyenangkan muncul di sudut bibirnya.“Bagus. Selamat datang di penjaraku, Nyonya Montevista.”Belum sempat aku memprotes sebutan itu, ia sudah meraih pergelangan tanganku dengan kuat. “Kita tidak punya waktu. Pernikahan ini harus sah hari ini.”Satu jam kemudian, aku duduk di ku

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status