Tok.
Tok.Tok.Terdengar suara pintu yang membuat Riani sedikit mengendus kesal, karena baru saja aku merebahkan tubuhnya di atas sofa."Permisi!" Seseorang itu terus-menerus mengetuk pintu seperti tidak sabar."Iya tunggu sebentar!" Riani sedikit berteriak dan mencoba bangun dari sofa dan melangkah menuju pintu.Saat Riani membuka pintu dan melihat seorang laki-laki tua yang sudah basah kuyup, seorang laki-laki itu langsung tersenyum pada Riani."Maaf, siapa ya?" tanya Riani pada laki-laki tua itu, dan Riani sedikit melangkah mundur. Riani hanya takut orang ini adalah pencuri yang akan menghipnotis dirinya."Ini aku, ayahmu," jawab laki-laki tua itu dengan wajah yang percaya diri."Ayah?" Riani mengulang ucapan laki-laki tua itu.Selama ini, Riani hidup dari sebuah panti asuhan dan Riani tidak mengenal siapa orang tua yang sebenarnya. Karena Riani di telantarkan sejak bayi dan bahkan sejak dirinya di lahirkan oleh ibunya. Namun, Riani tidak merasa benci pada ibunya. Mungkin saja ia memiliki maksud dan tujuan tersendiri saat menitipkan dirinya di sebuah panti asuhan."Ya, aku ayahmu! Roni Firmansyah!" Seorang laki-laki tua itu menyebutkan nama ayah kandung Riani."Bohong!" Riani sedikit terkejut dan teriak saat laki-laki itu menyebutkan nama ayah kandungnya.Semenjak Riani di telantarkan di sebuah panti asuhan, para pengurus dan pemilik panti asuhan itu mencari tau siapa orang tuanya dan sangat terekam kamera cctv saat seorang laki-laki menyimpan sebuah keranjang didepan panti asuhan. Panti asuhan memberitahu bahwa orang tuanya Riani masih hidup, dan nama orang tuanya adalah Roni dan Rini. Riani mencoba bertahan di panti asuhan itu agar kedua orang tuanya menjemputnya kembali, tapi ternyata tidak. Sampai akhirnya, Riani memutuskan untuk pergi dari panti asuhan dan hidup mandiri dalam kerasnya duniawi."Maafkan ayah saat itu meninggalkan kamu didepan panti asuhan, namun ayah sangat bingung saat itu karena ibumu meninggal setelah melahirkan kamu!" Laki-laki tua yang masih berdiri di hadapan Riani tiba-tiba saja meneteskan air mata."Panti asuhan? berarti dia benar-benar ayahku," batin Riani yang mulai mempercayai semua ucapan laki-laki tua itu."Riani, maafkan ayah!" Laki-laki itu langsung bertekuk lutut di hadapan Riani membuatnya sedikit terkejut.Laki-laki tua itu semakin menangis dan Riani langsung menuntunnya bangun, Riani mengajaknya masuk kedalam rumah kecilnya yang selama ini Riani hidup sendirian."Maafkan ayah, nak!" Laki-laki tua itu terus-menerus meminta maaf padanya dengan suara yang terdengar seperti menyesali atas semua perbuatannya.Saat ini Riani benar-benar bingung dan tidak tau harus melakukan apa, karena ia tidak pernah tau siapa orang tua kandungnya. Namun sebelumnya, Riani belum pernah menemui seseorang yang mengaku-ngaku orang tuanya."Apa buktinya kalau bapak adalah ayahku?" tanya Riani pada laki-laki tua yang masih menangis."Ini buktinya!" Laki-laki itu mengeluarkan sebuah foto dari saku celananya, lalu memberikan foto itu pada Riani.Riani langsung mengambil foto itu dan melihat foto itu, disana ada beberapa foto yang di berikan olehnya. Salah satu foto itu adalah sebuah keranjang saat dirinya di simpan di sana, di simpan di depan pintu panti asuhan."Ini ibumu setelah melahirkan kamu," ucap laki-laki itu sambil menunjukkan seorang wanita yang ada didalam foto.Foto wanita yang baru saja di tunjuk oleh laki-laki yang mengaku ayah Riani itu seperti menahan sakit saat menggendong dirinya. Entah apa yang di rasakan ibunya saat dirinya masih bayi. Namun, Riani masih tidak percaya kalau dirinya adalah ayah kandungnya. Sesekali Riani melirik kearah laki-laki tua itu, ia memakai pakaian compang camping seperti pengemis dan tubuhnya sedikit mengeluarkan bau-bau tidak sedap. Tidak tau sudah berapa lama laki-laki ini tidak mandi, tapi dari raut wajahnya sangat terlihat kalau dia benar-benar ayahnya. Tatapan mata seorang ayah saat melihat anaknya pasti akan menatap seperti itu."Ayah, apa benar kau adalah ayahku?" tanya Riani lagi pada laki-laki itu."Benar, ini aku ayahmu," jawab laki-laki itu.Karena Riani masih tidak percaya dengan apa yang di katakan laki-laki itu, namun laki-laki itu mencoba menceritakan semuanya pada Riani dan pada akhirnya. Riani mempercayai dirinya memang benar-benar ayah kandungnya.1 jam setelah bercakap-cakap. "Ayah istirahat saja didalam kamar, dan maaf kalau rumahnya terlalu sempit," ucap Riani sambil melirik rumah kecilnya yang selama ini aku tempati.Roni langsung mengusap kepala sang anak dengan lembut, lalu ia berkata. "Tidak apa rumah kecil, yang terpenting kamu memiliki rumah dan tidak seperti ayah," kata Roni dengan senyum tipis di wajahnya."Ayah istirahat saja di kamarku, aku akan membereskan kamar sebelahnya untuk ayah tidur!""Terimakasih, anakku!" Sekilas Roni mengecup kening anaknya yang sudah lama tidak ia temu, kecupannya itu sangat hangat.Sentuhan tangannya yang selama ini Riani harapkan, akhirnya Riani bisa merasakannya hari ini. Riani tidak tau semalam mimpi apa sampai-sampai ia bisa bertemu dengan ayah kandungnya hari ini.***1 bulan kemudian setelah Riani bertemu dengan ayah kandungnya. Hidup Riani sepertinya semakin rumit setelah bertemu dengannya. Ayahnya tidak bekerja dan dirinya yang selama ini memberikannya makan, kebutuhan bulanan dan lain-lain. Riani tidak mempermasalahkan semua itu, namun entah kenapa akhir-akhir ini sering banyak laki-laki berbadan besar datang ke rumahnya. Laki-laki itu mencari ayahnya dan ketika mereka bertemu selalu membahas uang, entah apa yang di lakukan ayahnya diluar sana saat sebelum bertemu dengannya."Ayah, apa ayah sakit?" tanya Riani setelah kami selesai makan malam bersama, karena wajah Roni sedikit pucat dan Riani mengkhawatirkan keadaannya."Tidak sakit," jawab Roni dengan suara lesu."Apa ini ada sangkut pautnya dengan laki-laki berbadan besar itu?" tanya Riani di dalam hati."Riani, sepertinya besok ayah akan pergi dari rumah," ucap Roni sambil menatap anaknya."Loh, ayah mau kemana?" tanya Riani dengan ekspresi wajah terkejut."Ayah amu mencari uang untuk melunasi semua hutang-hutang ayah," jawab Roni."Ayah, apa hutang-hutang ayah ada sangkut pautnya dengan laki-laki besar tempo lalu?" Riani mencoba memberanikan diri untuk menanyakan itu."Benar!" Roni menganggukkan kepalanya.Aku menghela nafas dan berkata. "Emangnya hutang ayah berapa?" tanya Riani yang ingin tau seberapa banyak hutang ayahnya."Sedikit," jawab Roni dengan suara yang masih lesu."Ya berapa?" Riani benar-benar penasaran."Satu milyar!""HAH?" Riani sangat syok saat Roni mengatakan seratus juta, ia tidak habis pikir kalau ayahnya memiliki hutang sebanyak itu. "Ayah, kenapa hutang ayah banyak sekali?" tanya Riani dengan wajah polos."Itu semua karena masa lalu saat bersama ibumu, ibumu memiliki kanker dan ayah harus mencari uang untuk kesehatan ibumu," jawab Roni yang matanya mulai berkaca-kaca.Melihat ekspresi Roni membuat Riani semakin bingung dengan keadaan yang ada. Riani sangat ingin membantu ayah namun ia tidak memiliki uang sebanyak itu. Wajah Roni semakin sedih dan hampir saja menangis."Ayah tidak memaksa kamu untuk membayar semua hutang-hutang ayah, karena ini semua memang murni hutang-hutang ayah untuk membantu almarhumah ibumu," jelas Roni."Ayah, apa hutang ayah bisa dicicil?" tany Riani yang mencoba menenangkan hati Roni, karena ia tau apa yang ada didalam hatinya Roni. Roni pasti sedang gelisah memikirkan hutangnya itu."SUDAH TIDAK BISA DI CICIL LAGI!" teriak seseorang yang tiba-tiba saja masuk kedalam rumah Riani.Riani langsung bangun dari duduk dan bersembunyi dibelakang tubuhnya Roni. Riani sangat-sangat takut melihat seseorang itu, seseorang yang memiliki perawakan besar. Ternyata seseorang itu tidak sendirian, ia membawa banyak temannya."Nak, kamu masuk saja kedalam kamar dan biarkan ayah menghadapi mereka," ucap Roni dengan pelan sambil melirik kearah anaknya."Tapi ayah ..." Riani benar-benar tidak bisa melihat ayah yang membereskan semua ini sendirian. Riani juga ingin membantu kesulitan ayah, hitung-hitung ia membahagiakan dirinya dengan cara seperti ini."Oh, jadi kau punya anak gadis!" Seseorang lainnya baru saja datang dan menata Riani dengan tatapan aneh."Tuan, berikan saya waktu lagi!" Roni memohon pada seseorang itu, sepertinya seseorang itu adalah bosnya."Tidak bisa, hutang kamu terlalu banyak!" Seseorang itu sepertinya sudah tidak memiliki toleransi apapun lagi."Tuan Prawira, saya mohon!" Roni langsung berlutut di kaki seseorang itu, seseorang yang ia panggil tuan Prawira.Seseorang itu adalah laki-laki tua yang sepertinya umurnya tidak beda jauh dengan Roni. Riani sangat takut melihat laki-laki yang sudah masuk kedalam rumahnya. Riani ikut berlutut di kakinya tuan Prawira, ia hanya ingin tuan Prawira memiliki hati nurani agar bisa memberikan keringanan pada ayahnya."Berikan saya waktu dan saya akan mencicil semua hutang-hutang ayahku," ucap Riani sambil menatap tuan Prawira.Tuan Prawira itu langsung menarik tangan Riani dan menyentuh dagunya dengan sedikit kasar, lalu ia berkata. "Hutang ayahmu terlalu banyak dan bunganya saja sudah sangat menumpuk!" Suara tuan Prawira membuat jantung Riani sedikit terhenti. Riani benar-benar takut dengan laki-laki ini."Tuan, jangan lakukan apapun pada anakku!" Roni langsung menarik lengan Riani.Beberapa detik kemudian.Tuan Prawira sepertinya sedang memikirkan sesuatu, sesekali juga ia menatapku dari atas hingga bawah."Aku akan membuat hutangmu lunas, tapi ada syaratnya!" tuan Prawira akhirnya membuka mulutnya kembali dan mengatakan itu."Apa syaratnya, tuan?" tanya Riani dengan suara penasaran."Bekerjalah kau di rumahku untuk menjadi pembantu!"Riani mulai mengatur napasnya dalam-dalam, dan mengikuti semua perintah dari sang Dokter agar lahirannya lancar dan normal. Jonathan selaku suaminya Riani masih setia berada di sampingnya Riani, bahkan tangannya Jonathan sudah sangat merah dan penuh luka akibat remasan dari Riani. Namun, Jonathan tidak mempermasalahkan itu, karena yang terpenting saat ini adalah proses lahiran Riani yang harus normal dan lancar.'Tuhan, lancarkan persalinan istriku,' batin Jonathan yang terus berdoa pada Tuhan agar persalinan istrinya berjalan dengan lancar.Hampir 1 jam lamanya, tangisan seorang bayi terdengar nyaring di dalam ruang persalinan membuat Riani dan Jonathan tersenyum bahagia, saat ini Riani dan Jonathan saling menatap satu sama lain, lalu air matanya Riani kembali menetes saat mendengar buah hati mereka sudah lahir, dan Jonathan juga ikut meneteskan air mata, air mata bahagia karena anak pertama mereka telah lahir ke dunia."Selamat Nyonya dan Tuan, anaknya seorang laki-laki dan tampan s
Waktu berputar begitu cepat, dan tidak di sadari saat ini kandungannya Riani sudah berusia sembilan bulan, Riani dan Jonathan tidak sabar menantikan kehadiran buah hati mereka, buah hati yang sudah di tunggu-tunggu sejak lama oleh mereka."Sayang, apa kamu belum merasakan sesuatu?" Entah sudah berapa kali Jonathan mengatakan itu pada istrinya, Riani."Belum, sayangku," jawab Riani dengan gelengan kepalanya, lalu memberikan senyuman manis untuk suaminya yang begitu tidak sabar menantikan dirinya melahirkan.Suami mana yang bisa sabar menunggu istrinya melahirkan anak pertama mereka, pastinya semua suami tidak akan sabar menantikan kehadiran buah hati mereka, apa lagi buah hati untuk anak pertama mereka."Kalau nanti gak kuat lahiran normal, sebaiknya lahirannya Caesar aja, ya?" Tidak tahu sudah berapa kali Jonathan mengatakan ini pada istrinya, tapi Jonathan sangat khawatir jika istrinya tidak kuat untuk melahirkan normal."Siap suamiku sayang." Riani manggut-manggut dan paham sekali d
Mendengar bisikan seperti itu dari Jonathan membuat Riani kembali mengulas senyum yang lebar, dan detak jantungnya Riani semakin berdetak tidak karuan, Riani mulai merasa bangga dan begitu bahagia saat Jonathan mengatakan seperti itu padanya seolah-olah Riani begitu berarti di dalam kehidupannya Jonathan."Aku akan selalu izin pada mu jika akan pergi ke mana-mana," balas Riani yang tidak akan tega membantah perkataan pria yang sebentar lagi akan menikahinya."Bagus." Jonathan langsung mengecup leher belakangnya sang gadis."Ih geli." Riani sedikit menjauhi tubuhnya agar sang pria tidak mengecupnya terus."Hei, sebentar lagi aku akan selalu mengecup ini," kekeh Jonathan yang terlihat sangat mesum sekali, dan sang gadis hanya tertawa saja saat mendengar kekehan seperti itu.Riani selalu melamun dengan mengingat semua nasib yang di alami olehnya saat ini, nasib yang entah baik atau buruk. Namun, Riani bersyukur bisa bertemu dengan sosok pria seperti Jonathan yang sebentar lagi akan menja
"Bawa Riani pergi dari sini," titah sosok gagah itu pada beberapa bodyguard yang ada di belakangnya."Siap Bos." Beberapa bodyguard itu langsung membawa Riani dengan menyentuh tangannya. Namun, Jihan menahan tangan para bodyguard itu agar tidak membawa Riani begitu saja."Biarkan Riani hidup dengan tenang di sini tanpa perdebatan kalian," ucap Jihan pada sosok gagah itu, dan terlihat sekali jika Jihan begitu berani dengan mengucapkan seperti itu.Riani sudah menggeleng-gelengkan kepalanya pada Jihan agar tidak bertingkah seperti itu pada sosok pria gagah itu, pria yang tidak lain adalah Ayahnya Jonathan, Daniel Prawira."Cepat bawa Riani!" Daniel kembali memerintahkan para bodyguard nya."Siap Bos." Para bodyguard itu langsung membawa Riani pergi begitu saja dari dalam kamar.Jihan terlihat ingin mengejar Riani, tapi Jihan di tahan oleh dua bodyguard yang berada di dekat Daniel."Riani ingin hidup bebas dari tekanan istri anda, Tuan Daniel!" Jihan begitu berani sekali saat mengatakan
Hari berganti begitu cepat, tapi Jonathan belum juga menemukan Riani semenjak dirinya sudah kembali ke Yogyakarta. Jonathan juga meminta orang suruhannya agar memantau Jeri, karena Jonathan yakin jika Jeri adalah dalang, dalang dari menyembunyikan Riani."Sayang, kamu di mana?" Jonathan terus saja bermonolog sendiri saat tatapannya memandangi foto gadisnya yang ada dalam wallpaper ponselnya.Jonathan pasti mengkhawatirkan Riani dan calon anak mereka, tapi Jonathan sulit sekali menemukan keberadaan Riani yang entah berada di mana. Jonathan juga sudah menghubungi nomor Jihan selaku sahabatnya Riani, tapi Jonathan tidak mendapatkan respon apapun dari Jihan."Oh Tuhan, aku harus ke mana." Jonathan memukul pelan kepalanya saat dirinya merasa bodoh tidak bisa menemukan gadis nya, gadis yang sedang mengandung anaknya.Setelah Jonathan di tipu oleh Tania yang katanya Daniel sakit dan di rawat di rumah sakit, Jonathan langsung kembali ke Yogyakarta menggunakan pesawat umum, dan Jonathan sudah
Mendengar pertanyaan Daniel membuat Dona membulatkan matanya dengan sempurna, Dona juga langsung menatap sinis ke arah Daniel karena bisa-bisanya memberikan pertanyaan seperti itu, pikir Dona."Tidak perlu menatapku seperti itu," celetuk Daniel saat melihat pandangan yang tidak mengenakan dari istrinya sendiri.Dona berdecih kesal dan berkata. "Apa-apaan kau memberikan pertanyaan seperti itu? Jelas-jelas Jonathan akan menikahi Tania," kekeh Dona yang akan menikahkan Jonathan dengan gadis pilihannya, Tania."Apa Jonathan mau menikah dengan Tania?" Daniel memberikan pertanyaan itu untuk istrinya dengan ekspresi seperti menertawakannya."Sampai kapanpun aku tidak akan pernah mau menikah dengan gadis itu," ucap Jonathan yang masih bersungut-sungut.Jefan hanya bisa geleng-geleng kepalanya saat melihat keluarganya yang selalu saja bertengkar seperti itu, dan Jefan juga tidak bisa mencampuri urusan Jonathan walaupun Jonathan adalah adik kandungnya."Aku akan kembali ke Jogja, tolong jangan
Jihan masih diam dan tidak berniat mengatakan apapun saat mendengar pertanyaan-pertanyaan yang di keluarkan oleh Riani, dan Jihan yakin jika saat ini Riani sedang bermonolog dengan diri sendiri, Jihan tidak mau ikut campur dalam hal ini, karena menurutnya ini hal yang wajar jika nomer Jonathan tidak aktif, mungkin saja ponselnya kehabisan baterai atau ponselnya sedang di charger dengan keadaan mati, semua bisa saja terjadi, pikir Jihan."Sudahlah, sepertinya dia belum bangun," ucap Riani yang terlihat menyerah saat dirinya terus menerus mencoba menelepon sang pria, tapi nomer sang pria tetap saja tidak aktif membuat dirinya hanya bisa pasrah saja.Cukup lama Riani menghubungi Jonathan melalui ponselnya Jihan, tapi nomernya Jonathan masih saja tidak aktif membuat Riani mengembalikan ponselnya pada Jihan."Masih gak aktif?" tanya Jihan yang berbasa-basi pada sahabatnya."Iya," jawab Riani dengan suara pelan dan seperti seseorang yang tidak bersemangat."Coba telepon nomer kamu, bukannya
"Gak perlu mengemasi barang-barang, aku hanya akan menengok Ayah saja, setelah itu akan kembali ke sini," jelas Jonathan pada sang Ibu.Dona yang tadinya ingin membalas penjelasan Jonathan, tapi tiba-tiba saja Tania memberikan kode dengan gelengan kepalanya dan tangannya menahan tahan Dona."Sudah, biarkan seperti itu," ucap Tania pada calon Ibu mertuanya dengan nada berbisik agar calon suaminya tidak mendengar ucapannya.Jonathan melangkah pergi untuk masuk ke dalam kamarnya, dan Jonathan akan mengambil tas dan beberapa barang yang akan di butuhkan olehnya saat pergi ke Jakarta. Jonathan juga berusaha percaya dengan sang Ibu, apa lagi semua ini menyangkut Ayahnya yang tiba-tiba sakit.'Tumben banget Abang Jefan gak hubungi aku dan memberitahu kalau Ayah masuk rumah sakit?' tanya Jonathan di dalam hatinya.Jonathan pastinya paham betul dengan Kakak kandungnya, Jefan. Jefan akan selalu memberitahu Jonathan jika salah satu keluarga mereka sakit, tapi kali ini Jefan adem ayem tanpa membe
Ke esokan harinya, pukul 8 pagi di unit Apartemen mewah yang sedang di tempati oleh Jonathan, Jonathan kedatangan tamu tidak di undang, tamu yang pastinya membuat emosinya memuncak saat melihat wajahnya, wajah yang sudah membuat gadisnya pergi dari Apartemen sejak kemarin."Ngapain kau ke sini?" tanya Jonathan dengan tatapan mengkilat pada sosok gadis di depannya."Mau menemui calon suamiku," jawab gadis itu dengan ekspresi wajah yang terlihat bahagia."Pergi, Tania!" Jonathan langsung mengusir gadis itu, gadis yang ada di depannya tanpa rasa bersalah sama sekali.Gadis yang ada di Apartemen Jonathan adalah Tania, gadis yang sudah membuat Riani pergi dari Apartemen nya sejak kemarin karena pesan yang di kirim Tania untuk Riani. Jonathan pastinya akan mengusir Tania secara terang-terangan, dan Jonathan tidak mau melihat Tania lagi setelah dirinya sudah membaca pesan itu, pesan yang menurutnya tidak pantas.Tania tidak memperdulikan perkataan pria yang ada di depannya, lalu matanya Tani