Share

2. Penawaran

"Bekerjalah kau di rumahku untuk menjadi pembantu!"

Karena Roni tau pekerjaan anaknya apa, ia langsung menuntun anaknya masuk kedalam kamar dan mengunci anaknya disana. Roni tidak ingin anaknya menjadi pembantu hanya karena hutangnya di masa lalu. Roni kembali menghampiri tuan Prawira setelah mengunci sang anak di dalam kamarnya.

"Jadi, kau bisa lunasi semua hutangmu hari ini?" Tuan Prawira menatap Roni dengan tatapan sinis.

"Berikan saya waktu, tuan!" Suara Roni terdengar memohon dan hampir saja ia ingin bertekuk lutut pada tuan Prawira agar dirinya mendapat tambahan waktu.

Tuan Prawira bersedih dan berkata. "Aku akan memberikan kamu penawaran," ucap tuan Prawira yang membuat Roni langsung menatapnya dengan tatapan penasaran.

"Penawaran apa, tuan?" Roni sangat penasaran dengan penawaran yang akan di berikan tuan Prawira kali ini padanya.

Karena selama Roni mengutang pada tuan Prawira selalu saja dirinya di berikan penawaran menarik yang membuat dirinya selalu ingin berhutang padanya.

Tuan Prawira tersenyum menyeringai dan berkata. "Jadikan anak gadis kamu bekerja di rumahku menjadi pembantu tanpa di bayar apapun, lalu semua hutang kamu akan lunas dan bahkan aku akan membayar kamu," ucap tuan Prawira.

"Membayar aku? Maksudnya bagaimana tuan?" Roni sangat tidak mengerti dengan apa yang di maksudkan oleh tuan Prawira.

"Aku butuh tubuh anakmu untuk mengobati anakku!"

"Hah? Tubuh anakku?" Roni mengerutkan keningnya.

Walaupun Roni berhutang bukan karena masa lalunya dengan sang istri, tapi Roni tidak mau melibatkan anaknya untuk membayar semua hutangnya itu.

"Bagaimana?" Tuan Prawira mencoba merayu Roni lagi.

"Tuan, maksudnya bagaimana? Bisa jelaskan kenapa anda menginginkan tubuh anakku untuk anakmu?" Karena Roni sangat tidak mengerti dengan apa yang di inginkan tuan Prawira.

"Jonathan membutuhkan mainan baru untuk di rumahnya." Tatapan mata tuan Prawira seolah-olah sudah mengetahui apa saja yang selalu di lakukan oleh anaknya.

"Mainan?" Roni bukan seorang ayah yang polos, ia tau apa yang di katakan oleh tuan Prawira padanya.

Roni kembali terdiam dan memikirkan semuanya, lalu sesekali ia melirik kearah kamar sang anak.

"Haruskah aku menjual tubuh anakku demi membayar semua hutangku?" batin Roni yang terus-menerus dibuat gelisah karena keadaan.

"Hei bagaimana!" Sepertinya tuan Prawira tidak sabar menunggu jawaban dari Roni, lalu ia kembali membujuk dan merayu Roni. "Aku akan membayar mahal tubuh anakmu, kamu butuh berapa untuk main judi lagi?" Suara tuan Prawira hingga tahapannya seolah tidak membujuk basa-basi saja. Tatapan matanya sangat serius.

"Judi," batin Roni yang sudah di buatkan oleh judi.

Hutang 1 milyar yang di miliki Roni pada tuan Prawira adalah hutang dirinya yang sangat hobi main judi. Judi dan wanita adalah kebiasaan Roni saat ini setelah almarhumah istrinya meninggal. Namun, ia tidak bisa menjadikan anak tunggalnya masuk ke dalam lingkaran hitam ini.

"Bagaimana!" Tuan Prawira sedikit menggebrak meja yang ada di depannya.

"Tidak bisa tuan!" Roni menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Oke, hari ini kau harus melunasi semua hutangmu!"

"Tuan, berikan aku waktu lagi!" Suara Roni terdengar seperti memohon lagi padanya.

"Aku bosan selalu memberikan waktu padamu!"

"Berikan aku waktu untuk tawaran tadi," ucap Roni sambil menatap tuan Prawira dengan tatapan serius.

"Oh masalah itu, oke aku berikan waktu maksimal satu minggu!"

"Terimakasih, tuan!"

Setelah itu, tuan Prawira dan beberapa bodyguard nya pergi keluar dari rumah milik anaknya Roni. Roni langsung melirik kearah kamar anaknya dan berpikir keras untuk semua perkataan tuan Prawira tadi.

"Kalau aku menjual anakku, aku bisa main judi lagi," batin Roni yang sudah tergoda oleh penawaran yang di berikan tuan Prawira padanya.

Karena otaknya Roni sudah sangat kacau dan yang ada didalam pikirannya hanya judi. Sudah pasti ia mementingkan judi di bandingkan anaknya.

"Tapi, aku tidak bisa membiarkan anakku masuk kedalam kehidupan aku," batin Roni yang kembali dibuat bingung dengan semua ini.

Roni memukul pelan kepalanya dan berpikir keras untuk masalah ini. Saat ini Roni hanya ingin melunasi semua hutangnya agar ia bisa kembali main judi lagi.

***

Pukul 8 malam di sebuah rumah mewah dan elegan. Seorang laki-laki tua baru saja masuk kedalam kamar seseorang.

"Jonathan!" panggil Daniel setelah memasuki kamar seseorang itu.

"Ada apa ayah?" tanya Jonathan pada laki-laki tua itu.

Daniel Prawira yang sering di panggil dengan sebutan Tuan Prawira adalah ayah dari Jonathan. Jonathan adalah anak kedua.

"Berhenti pergi ke klub," jawab Daniel pada anaknya.

Jonathan hanya menatap malas pada laki-laki tua yang saat ini ada didalam kamarnya, lalu ia mengatakan. "Ayah tidak perlu mengatur hidupku," balas Jonathan dengan tatapan dingin.

Jonathan mengambil sebuah tas kecil dan hendak pergi dari kamarnya, namun langkahnya terhenti karena...

"Ayah sudah memiliki mainan baru untukmu," ucap Daniel sambil menatap punggung anaknya yang hendak pergi.

Jonathan langsung menoleh kearah belakang. "Apa ayah yakin akan memberikan aku mainan baru?" Jonathan seperti tidak yakin dengan ucapan ayahnya.

Daniel menganggukkan kepalanya dan mengatakan. "Tentu yakin!"

"Jadi, kapan mainan itu bisa bermain denganku?" tanya Jonathan yang sepertinya sudah tidak sabar bermain dengan mainan barunya.

"Nanti, ayah sedang merayu pak Roni," jawab Daniel.

"Roni?" Jonathan sepertinya sedang berpikir keras. "Roni yang sudah memiliki banyak hutang pada ayah?"

"Betul!"

"Apa dia punya mainan yang bagus untukku? Apa ayah yakin kalau Roni memiliki mainan bagus? Kalau ..." Sungguh banyak pertanyaan Jonathan pada ayahnya sendiri.

"Ayah sudah melihat jelas mainan baru untukmu, dia itu anaknya Roni dan sepertinya masih sangat polos," ujar Daniel.

"Ya sudah, aku percaya saja padamu!" Jonathan tipe laki-laki tidak mau ambil pusing masalah ini, ia juga selalu percaya pada ayahnya yang selama ini selalu menyembunyikan setiap masalah yang di alami oleh Jonathan.

Cukup lama mereka bercakap-cakap, tidak lama kemudian seorang anak kecil perempuan datang dengan coklat di tangannya.

"Loh, ada kakek di kamar om Jonathan," ucap anak kecil itu yang seperti terkejut melihat Daniel ada didalam kamarnya Jonathan.

"Iya, kakek ada urusan sama om tapi sekarang sudah selesai," balas Daniel pada anak kecil itu. "Sudah malam kenapa makan coklat, Jelita?" tanya Daniel yang masih menatap anak kecil itu.

"Ini bukan untuk aku kakek, tapi untuk om Jonathan," jawab Jelita yang langsung memberikan coklat itu pada Jonathan.

Jonathan langsung mengambil coklat itu dan berkata. "Terimakasih Jelita," ucap Jonathan dengan memberikan senyuman manis pada anak kecil itu.

"Mana ayah kamu?" tanya Daniel sambil melirik sekitar.

"Katanya hari ini ayah lembur di kantor," jawab Jelita dengan wajah polos.

"Haduh, abang Jefan selalu saja sibuk dengan urusan kantor!" Jonathan menggeleng-gelengkan kepalanya.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
b3kic0t
yah mending jeflan sibuk urusan kantor daripada kamu Jhonatan sibuk sama gemerlapnya dunia malam yg un faedah
goodnovel comment avatar
b3kic0t
nah nah Roni udah kemakan rayuan pak prawira nih dia pasti mau nih jual tubuh Riani buat hobinya yg sesat itu
goodnovel comment avatar
b3kic0t
ternyata oh ternyata bapaknya Riani seorang pembohong ulung orang kayak gitu enaknya ditenggelemin aja ke kobokan biar tahu rasa kirain dia bukan laki2 bejat ternyata dia hanya seorang bandit tua yg kismin
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status