Share

4. Mengajak

Jonathan menelan ludah dan berkata. "Kenapa dia menggoda sekali," batin Jonathan.

"Om sedang libur ya?" tanya Jelita sambil menatap Jonathan.

"Iya om libur, kenapa sayang?" jawab Jonathan yang diakhiri dengan pertanyaan lainnya.

"Tidak apa, sebenarnya aku ingin jalan-jalan ke mall tapi ..."

"Ayo kita jalan-jalan!" Jonathan bersuara penuh semangat.

"Tapi ayahku belum pulang," ucap Jelita.

"Sama om dan bi Riani saja!" Sekilas Jelita melirik kearah Riani.

Riani langsung menatapnya dan berkata. "Ke ... kenapa dengan saya tuan?" Riani sedikit bengong dan gugup saat anak majikan menyebutkan namanya.

"Ya kau harus ikut biar tidak bosan di rumah terus, lagi pula tugas kau menjaga Jelita juga, kan?" Jonathan masih menatap asisten rumah tangganya itu.

"Iya benar tuan!" Lagi-lagi Riani menundukkan kepalanya karena malu saat di tatap oleh Jonathan.

Namun, sebenarnya Riani bukan malu tapi sedikit salah tingkah saat Jonathan menatapnya. Bagaimana tidak salah tingkah, seseorang yang menatapnya adalah seorang penyanyi terkenal.

"Hore! Terimakasih om!" Jelita langsung memeluk Jonathan.

"Sama-sama!" Jonathan tersenyum dengan mengusap lembut kepalanya Jelita.

1 jam kemudian.

Akhirnya kami sudah bersiap-siap pergi menuju mall. Lalu kami sudah masuk kedalam mobil mewah milik keluarga Prawira. Sekilas aku melirik kearah Jonathan yang berpakaian sangat rapih hingga menutupi wajahnya.

"Tu ... Tuan, apa tidak gerah?" tanya Riani dengan suara pelan.

"Tidak, aku sudah biasa," jawab Jonathan.

"Haha, om Jonathan sudah biasa seperti itu bibi. Karena om Jonathan tidak bisa sembarangan pergi kemana-mana," celetuk Jelita yang sepertinya sudah paham betul masalah ini.

"Oh begitu." Riani hanya menganggukkan kepalanya.

"Pak Yayan, ayo kita ke mall!" titah Jonathan pada sang supir.

"Baik tuan muda!" Akhirnya pak Yayan menginjak gas dan meluncur menuju mall.

Pak Yayan adalah supir di keluarga Prawira, ia juga adalah suami dari bi Yani. Mereka bekerja dengan keluarga Prawira sudah sangat lama.

"Om, kapan nenek kembali ke rumah?" tanya Jelita pada Jonathan.

Jelita ini memang anak kecil yang sangat cerewet dan tidak bisa hening sedikit, selalu saja ia memiliki banyak pertanyaan di dalam otaknya.

"Sepertinya minggu ini nenek kembali," jawab Jonathan yang sedikit berpikir.

"Nenek betah sekali di Amerika," sambung Jelita.

"Nenek bukan betah tapi semua ini karena pekerjaan," ucap Jonathan sambil menyentuh pipinya Jelita.

Melihat interaksi antara Jonathan dan Jelita membuat Riani bahagia, mereka seperti seorang ayah dan seorang anak yang sangat bahagia. Namun tiba-tiba saja Riani memikirkan ibunya Jelita. Benar, kemana ibunya Jelita? Ingin sekali Riani bertanya pada mereka. Tapi ia sadar diri kalau dirinya tidak ada hak untuk menanyakan masalah ini.

"Om, besok aku ingin ketemu ibu," celetuk Jelita dengan suara pelan.

"Ya sudah ketemu ibu saja, mau diantar om?" Jonathan menawarkan diri.

"Tidak, kalau aku minta diantar bi Riani boleh tidak?" tanya Jelita yang sekilas menoleh kearah belakang dan menatap Riani.

"Bertemu dengan ibu? Apa orang tuanya Jelita sudah bercerai?" Pertanyaan Riani di dalam hati dan tidak bisa aku lontarkan, karena Riani melihat dari raut wajahnya Jelita seperti sedih.

"Boleh, kalau bi Riani mau," jawab Jonathan dengan santai.

"Saya siap tuan menemani nona muda kemana saja," ucap Riani dengan bersemangat.

"Panggil nama saja!" Jelita merengek-rengek.

"Oh iya, maafkan saya!"

Beberapa menit kemudian. Akhirnya bisa hening juga didalam mobil, dan tidak lama kemudian kami sampai didepan mall yang sangat mewah.

"Pak, nanti saya hubungi kalau sudah selesai," ucap Jonathan sebelum keluar dari mobil.

"Baik tuan!" Pak Yayan hanya bisa menurut dengan apa yang di perintahkan oleh majikannya.

Riani, Jelita dan Jonathan langsung keluar dari mobil satu persatu. Lalu kami masuk kedalam mall secara bersamaan. Kami bertiga seperti sebuah keluarga yang hendak membeli kebutuhan bulanan.

"Om, aku mau main time zone boleh tidak?" tanya Jelita yang kembali melirik ke arah Jonathan.

"Boleh tapi jangan terlalu capek ya," jawab Jonathan.

Saat ini Jonathan kembali melakukan penyamaran. Jonathan memakai kacamata hitam, topi hitam dan masker hitam. Pakaian yang saat ini ia gunakan pakaian yang tidak terlalu mahal dan berwarna biru gelap atau navy.

"Bi, nanti main sama aku ya temani aku pokoknya!" Jelita memberikan wajah ceria, sepertinya Jelita baru menginjak mall lagi.

"Siap Jelita!" Saat ini Riani tidak boleh melakukan salah di depan Jelita, karena ia tidak mau membuat dirinya sedih.

Dan tujuan pertama kami masuk ke dalam mall ini adalah ke time zone.

***

Keesokan harinya.

Pukul 12 siang. Jelita baru saja pulang sekolah dan langsung berlari menuju kamar Riani.

"Bi, ayo pergi ke rumah ibuku!" Suara Jelita terdengar sangat bahagia.

"Sebentar ya, bibi ganti pakaian dulu," ucap Riani yang sekilas menyentuh pipi mulusnya Jelita.

"Baik!" Jelita tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

Riani bergegas berganti pakaian dan Jelita duduk di kursi. Jelita melirik kamar Riani.

"Bibi, bibi suka warna apa?" tanya Jelita pada Riani.

"Suka warna biru," jawab Riani.

"Oh gitu, sama seperti om Jonathan sukanya biru," sambung Jelita.

"Kalau Jelita suka warna apa?" tanya Riani.

"Suka warna pink dong," jawab Jelita.

Selang beberapa menit kemudian. Riani selesai berganti pakaian, lalu Riani dan Jelita keluar dari kamarnya. Namun saat kami ingin keluar dari kamar Riani, kami langsung menghentikan langkah masing-masing. Karena ada seorang wanita yang sedang menghampiri kami.

"Ibu!" Jelita berteriak pada wanita itu, lalu ia berlari dan memeluk wanita itu dengan erat.

"Ibu? Jadi ini ibunya Jelita," batin Riani yang terus-menerus melongo melihat wanita yang baru saja berdiri di depannya.

Wanita ini sangat cantik, body nya juga sangat indah lalu stylenya sangat bagus. Pasti ibunya Jelita seorang model, namun sesekali Riani menatap terus wajahnya. Riani seperti pernah melihat ibunya Jelita namun entah Riani melihatnya dimana.

"Sayang, siapa dia?" tanya wanita itu pada Jelita dan menunjuk ke arah Riani.

"Selamat siang nyonya, saya Riani selaku pembantu disini," sapa Riani pada ibunya Jelita.

"Dia bibi baru disini," jawab Jelita.

"Oh gitu!" Sikap ibunya Jelita sangat dingin dan sorotan matanya seperti angkuh.

Namun tidak masalah ibunya Jelita seperti itu karena Riani sadar diri, disini Riani hanya seorang pembantu dan pengasuh Jelita saja.

"Bu, kemarin aku ke mall sama om dan bibi Riani," celetuk Jelita yang sepertinya ingin menceritakan kesehariannya pada sang ibu.

Tapi, tiba-tiba saja sorotan mata ibu Jelita padaku seperti benci. "Hei, untuk apa kamu ikut ke mall dengan anakku?" Sorotan matanya benar-benar seperti benci, entah kenapa ia menatap Riani seperti itu.

"Ma ... maaf nyonya, saya hanya ..."

"Aku yang mengajak Riani ke mall," celetuk Jonathan yang tiba-tiba saja datang.

"Jonathan, kau sudah pulang? Tumben?" Ibunya Jelita langsung menatap ke arah Jonathan.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
b3kic0t
duh jelita kamu ini bikin gemes sikapmu yg kritis itu menandakan kalau kamu itu anak yg cerdas
goodnovel comment avatar
b3kic0t
kenapa ibunya jelita jutek banget yah baru juga bertemu pertama kali sudah membuat kesan jelek pantas saja dia diceraikan papanya jelita
goodnovel comment avatar
b3kic0t
Riani kamu jangan terlena nama besar Jonathan kamu harus hati2 dengannya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status