Jonathan menelan ludah dan berkata. "Kenapa dia menggoda sekali," batin Jonathan.
"Om sedang libur ya?" tanya Jelita sambil menatap Jonathan."Iya om libur, kenapa sayang?" jawab Jonathan yang diakhiri dengan pertanyaan lainnya."Tidak apa, sebenarnya aku ingin jalan-jalan ke mall tapi ...""Ayo kita jalan-jalan!" Jonathan bersuara penuh semangat."Tapi ayahku belum pulang," ucap Jelita."Sama om dan bi Riani saja!" Sekilas Jelita melirik kearah Riani.Riani langsung menatapnya dan berkata. "Ke ... kenapa dengan saya tuan?" Riani sedikit bengong dan gugup saat anak majikan menyebutkan namanya."Ya kau harus ikut biar tidak bosan di rumah terus, lagi pula tugas kau menjaga Jelita juga, kan?" Jonathan masih menatap asisten rumah tangganya itu."Iya benar tuan!" Lagi-lagi Riani menundukkan kepalanya karena malu saat di tatap oleh Jonathan.Namun, sebenarnya Riani bukan malu tapi sedikit salah tingkah saat Jonathan menatapnya. Bagaimana tidak salah tingkah, seseorang yang menatapnya adalah seorang penyanyi terkenal."Hore! Terimakasih om!" Jelita langsung memeluk Jonathan."Sama-sama!" Jonathan tersenyum dengan mengusap lembut kepalanya Jelita.1 jam kemudian.Akhirnya kami sudah bersiap-siap pergi menuju mall. Lalu kami sudah masuk kedalam mobil mewah milik keluarga Prawira. Sekilas aku melirik kearah Jonathan yang berpakaian sangat rapih hingga menutupi wajahnya."Tu ... Tuan, apa tidak gerah?" tanya Riani dengan suara pelan."Tidak, aku sudah biasa," jawab Jonathan."Haha, om Jonathan sudah biasa seperti itu bibi. Karena om Jonathan tidak bisa sembarangan pergi kemana-mana," celetuk Jelita yang sepertinya sudah paham betul masalah ini."Oh begitu." Riani hanya menganggukkan kepalanya."Pak Yayan, ayo kita ke mall!" titah Jonathan pada sang supir."Baik tuan muda!" Akhirnya pak Yayan menginjak gas dan meluncur menuju mall.Pak Yayan adalah supir di keluarga Prawira, ia juga adalah suami dari bi Yani. Mereka bekerja dengan keluarga Prawira sudah sangat lama."Om, kapan nenek kembali ke rumah?" tanya Jelita pada Jonathan.Jelita ini memang anak kecil yang sangat cerewet dan tidak bisa hening sedikit, selalu saja ia memiliki banyak pertanyaan di dalam otaknya."Sepertinya minggu ini nenek kembali," jawab Jonathan yang sedikit berpikir."Nenek betah sekali di Amerika," sambung Jelita."Nenek bukan betah tapi semua ini karena pekerjaan," ucap Jonathan sambil menyentuh pipinya Jelita.Melihat interaksi antara Jonathan dan Jelita membuat Riani bahagia, mereka seperti seorang ayah dan seorang anak yang sangat bahagia. Namun tiba-tiba saja Riani memikirkan ibunya Jelita. Benar, kemana ibunya Jelita? Ingin sekali Riani bertanya pada mereka. Tapi ia sadar diri kalau dirinya tidak ada hak untuk menanyakan masalah ini."Om, besok aku ingin ketemu ibu," celetuk Jelita dengan suara pelan."Ya sudah ketemu ibu saja, mau diantar om?" Jonathan menawarkan diri."Tidak, kalau aku minta diantar bi Riani boleh tidak?" tanya Jelita yang sekilas menoleh kearah belakang dan menatap Riani."Bertemu dengan ibu? Apa orang tuanya Jelita sudah bercerai?" Pertanyaan Riani di dalam hati dan tidak bisa aku lontarkan, karena Riani melihat dari raut wajahnya Jelita seperti sedih."Boleh, kalau bi Riani mau," jawab Jonathan dengan santai."Saya siap tuan menemani nona muda kemana saja," ucap Riani dengan bersemangat."Panggil nama saja!" Jelita merengek-rengek."Oh iya, maafkan saya!"Beberapa menit kemudian. Akhirnya bisa hening juga didalam mobil, dan tidak lama kemudian kami sampai didepan mall yang sangat mewah."Pak, nanti saya hubungi kalau sudah selesai," ucap Jonathan sebelum keluar dari mobil."Baik tuan!" Pak Yayan hanya bisa menurut dengan apa yang di perintahkan oleh majikannya.Riani, Jelita dan Jonathan langsung keluar dari mobil satu persatu. Lalu kami masuk kedalam mall secara bersamaan. Kami bertiga seperti sebuah keluarga yang hendak membeli kebutuhan bulanan."Om, aku mau main time zone boleh tidak?" tanya Jelita yang kembali melirik ke arah Jonathan."Boleh tapi jangan terlalu capek ya," jawab Jonathan.Saat ini Jonathan kembali melakukan penyamaran. Jonathan memakai kacamata hitam, topi hitam dan masker hitam. Pakaian yang saat ini ia gunakan pakaian yang tidak terlalu mahal dan berwarna biru gelap atau navy."Bi, nanti main sama aku ya temani aku pokoknya!" Jelita memberikan wajah ceria, sepertinya Jelita baru menginjak mall lagi."Siap Jelita!" Saat ini Riani tidak boleh melakukan salah di depan Jelita, karena ia tidak mau membuat dirinya sedih.Dan tujuan pertama kami masuk ke dalam mall ini adalah ke time zone.***Keesokan harinya.Pukul 12 siang. Jelita baru saja pulang sekolah dan langsung berlari menuju kamar Riani."Bi, ayo pergi ke rumah ibuku!" Suara Jelita terdengar sangat bahagia."Sebentar ya, bibi ganti pakaian dulu," ucap Riani yang sekilas menyentuh pipi mulusnya Jelita."Baik!" Jelita tersenyum dan menganggukkan kepalanya.Riani bergegas berganti pakaian dan Jelita duduk di kursi. Jelita melirik kamar Riani."Bibi, bibi suka warna apa?" tanya Jelita pada Riani."Suka warna biru," jawab Riani."Oh gitu, sama seperti om Jonathan sukanya biru," sambung Jelita."Kalau Jelita suka warna apa?" tanya Riani."Suka warna pink dong," jawab Jelita.Selang beberapa menit kemudian. Riani selesai berganti pakaian, lalu Riani dan Jelita keluar dari kamarnya. Namun saat kami ingin keluar dari kamar Riani, kami langsung menghentikan langkah masing-masing. Karena ada seorang wanita yang sedang menghampiri kami."Ibu!" Jelita berteriak pada wanita itu, lalu ia berlari dan memeluk wanita itu dengan erat."Ibu? Jadi ini ibunya Jelita," batin Riani yang terus-menerus melongo melihat wanita yang baru saja berdiri di depannya.Wanita ini sangat cantik, body nya juga sangat indah lalu stylenya sangat bagus. Pasti ibunya Jelita seorang model, namun sesekali Riani menatap terus wajahnya. Riani seperti pernah melihat ibunya Jelita namun entah Riani melihatnya dimana."Sayang, siapa dia?" tanya wanita itu pada Jelita dan menunjuk ke arah Riani."Selamat siang nyonya, saya Riani selaku pembantu disini," sapa Riani pada ibunya Jelita."Dia bibi baru disini," jawab Jelita."Oh gitu!" Sikap ibunya Jelita sangat dingin dan sorotan matanya seperti angkuh.Namun tidak masalah ibunya Jelita seperti itu karena Riani sadar diri, disini Riani hanya seorang pembantu dan pengasuh Jelita saja."Bu, kemarin aku ke mall sama om dan bibi Riani," celetuk Jelita yang sepertinya ingin menceritakan kesehariannya pada sang ibu.Tapi, tiba-tiba saja sorotan mata ibu Jelita padaku seperti benci. "Hei, untuk apa kamu ikut ke mall dengan anakku?" Sorotan matanya benar-benar seperti benci, entah kenapa ia menatap Riani seperti itu."Ma ... maaf nyonya, saya hanya ...""Aku yang mengajak Riani ke mall," celetuk Jonathan yang tiba-tiba saja datang."Jonathan, kau sudah pulang? Tumben?" Ibunya Jelita langsung menatap ke arah Jonathan."Jonathan, kau sudah pulang? Tumben?" Ibunya Jelita langsung menatap kearah Jonathan."Ya kak Vany, aku pulang cepat!" Jonathan sudah berdiri di dekat Jelita.Vany adalah mantan istri dari Jefan. Vany juga dekat dengan Jonathan selaku mantan adik iparnya. Jelita langsung bertingkah manja pada Jonathan."Om, aku pakai gelang yang kemarin beli di mall!" Jelita memamerkan gelang itu pada Jonathan."Bagus!" Jonathan tersenyum dengan mengusap pipinya Jelita, sekilas ia melirik ke arah Riani dan berkata. "Apa kamu pake gelangnya juga?" tanya Jonathan padanya."Tidak tuan," jawab Riani dengan suara pelan."Loh, kenapa juga bibi enggak pakai!" Jelita menatap Riani dengan tatapan sedikit kecewa."Ma ... maafkan saya, saya merasa tidak pantas pakai itu dan ...""Sayang, bibi itu enggak pantas pakai sesuatu yang sama dengan kamu karena dia hanya pembantu!" Suara Vany terdengar seperti merendahkan Riani, namun Riani tidak merasa marah atau apa. Karena ia sadar diri posisinya di sini hanya sebatas
"Aku bingung harus memulainya dari mana," ucap Jonathan."Terserah kamu mulai dari mana!" Tuan Prawira selaku ayah kandungnya Jonathan sepertinya sudah membebaskan anak bungsunya untuk melakukan tindakan hal seronok seperti itu.Sebenarnya Daniel selaku tuan Prawira hanya ingin anaknya tidak main dengan banyak wanita di klub. Karena karir Jonathan juga yang seorang penyanyi terkenal membuat Daniel sedikit kesulitan untuk menghapus semua skandal yang selalu meliputi anaknya itu."Kalau begitu aku pergi dulu!" Jonathan seperti sudah memikirkan sesuatu, dan suaranya terdengar sangat semangat.Jonathan langsung bangun dari duduknya dan berlari keluar kamar sang ayah. Dani hanya tersenyum miring melihat kelakuan anak bungsunya itu."Semoga ibumu tidak akan mengetahui kelakuan nakal kamu ini Jon," batin Daniel.Daniel mencoba memakan makanan yang sudah di sediakan oleh pembantunya tadi."Aku harus melanjutkan aksi malam ini," batin Jonathan yang sudah ada didepan pintu kamarnya.Sampai dida
Jeri Andara adalah seorang artis terkenal, ia biasa memakai busana dari Wiguna Boutique."Aku ada urusan aja," ucap Jeri yang masih melirik kearah sekitar."Riani sudah keluar dari sini dan sudah lumayan lama juga," kata Heru."Keluar? Kenapa dia tidak memberitahu aku?" Jeri seperti orang kelabakan yang mencari seseorang."Aku tidak tau." Heru hanya menaik-turunkan pundaknya dan menatap Jeri dengan bingung.Jeri memang sering memakai busana di Wiguna Boutique, ia juga adalah ambassador di Wiguna Boutique. Jeri sering sekali di layani oleh Riani, maksudnya di layani dalam hal berpakaian."Mau cari pegawai yang mengantikan Riani?" Heru mengajak Jeri untuk melangkah menuju ruangannya, tapi Jeri menggelengkan kepalanya dengan pelan."Alamat Riani dimana ya?" Jeri langsung menanyakan alamat Riani pada Heru selaku pemilik Boutique dan bosnya Riani."Sudah pindah rumah," ucap Heru."Astaga!" Jeri memijat pelan pelipisnya dan seperti orang kebingungan.Jeri sepertinya memang membutuhkan Riani
"Bibi, aku mau menemani om saja disini," celetuk Jelita.Jonathan menatap keponakannya dengan dalam dan bukan ini yang ia inginkan, saat ini Jonathan hanya ingin berduaan dengan Riani. Bukan dengan anak kecil yang sangat cerewet seperti Jelita, tapi walaupun Jelita sangat cerewet. Jonathan sangat menyayangi dan mencintainya seperti pada anaknya sendiri."Jelita harus ganti pakaian dulu," ucap Riani sambil menatap Jelita yang masih berseragam sekolah dengan sangat lengkap dan tas yang masih ia gendong di belakangnya."Nah benar, sebaiknya kamu ganti pakaian dulu lalu makan siang setelah itu istirahat!" Terlihat jelas dari raut wajahnya Jonathan yang sepertinya tidak mengizinkan keponakannya untuk menemani dirinya.Tapi Jelita tidak menghiraukan itu karena ia benar-benar masih kecil dan belum peka, lalu Jelita mengatakan. "Ya sudah aku ganti pakaian dulu, om istirahat ya!" Jelita mengusap kepalanya Jonathan dengan lembut.Jelita benar-benar memiliki sikap yang lemah lembut dan sangat pe
Jonathan semakin menekan tubuhnya agar diriku tidak pergi. "Apa susahnya melayaniku? Bukannya kamu juga akan menyukainya?" Jonathan membelai pipinya Riani lagi."Tu ... Tuan, ku mohon lepaskan aku," ucap Riani yang sangat takut. Riani berusaha kabur darinya tapi percuma saja karena tenaganya Jonathan sangat kuat."Riani, apa kamu tidak merasakan sesuatu dibawah sana?" Jonathan malah menggesekkan miliknya pada milik Riani membuatnya semakin tidak nyaman."Tu ... Tuan, izinkan aku pergi karena aku tidak paham kenapa ayahku menjualku." Riani benar-benar ingin pergi dari bawah tubuhnya yang kekar itu."Tidak bisa sayang!" Jonathan menatap Riani dengan tatapan nakal dan membelai wajahnya layaknya diri Riani jalang.Ingin sekali rasanya Riani mendorong tubuhnya dan menendang miliknya, tapi sayang. Semua itu hanya ada dalam imajinasinya, karena tidak akan bisa ia melakukan itu padanya. Bisa-bisa Riani di tuntut olehnya atau mungkin ia mendapatkan kekerasan olehnya. Riani benar-benar bingung
"Apaan lagi sih!" Jonathan menggerutu setelah membaca sebuah pesan.Jonathan langsung menghapus pesan itu dengan wajah kesal, ia langsung melirik kearah tempat tidur."Sepertinya dia lelah," batin Jonathan yang terus-menerus memperhatikan Riani yang sedang tertidur.Sebenarnya Riani belum tertidur, karena posisinya sedang membelakangi Jonathan. Riani menatap kearah lantai dengan mata sembab, ia sedang menangis meratapi kesedihan malam ini. Riani masih tidak menyangka dengan apa yang di lakukan Jonathan padanya."Ternyata semua laki-laki memang mesum," batin Riani yang sangat sedih dengan nasib sendiri.Jonathan naik keatas kasur dan Riani langsung memejamkan mata, ia mencoba untuk tidur agar Jonathan tidak melakukan hal keji tadi lagi.Jonathan sudah masuk kedalam selimut lalu memeluk Riani dari belakang. "Wangi sekali tubuhmu sayang," bisik Jonathan di telinganya Riani setelah ia mengendus-endus punggungnya.Sangat geli saat Jonathan melakukan itu pada Riani, tapi ia harus diam saja
Jonathan kembali masuk kedalam dan pasti menghampiri kamarnya."Riani," ucap Jonathan setelah masuk kedalam kamarnya, tapi kamarnya sepi dan tidak ada siapapun disana."Pasti dia malah balik ke kamar!" Jonathan bergegas keluar dari kamarnya dan melangkah menuju kamar Riani.Sampai didepan kamar Riani. Jonathan tiba-tiba saja memeluk Riani dari belakang."Tu ... Tuan!" Sangat tau siapa yang berani melakukan ini pada Riani, ia mencoba melepaskan pelukan itu. Namun, Jonathan semakin mempererat pelukannya dan menyimpan dagunya di pundak Riani."Diam Riani, aku sangat nyaman dengan tubuhmu!" Suara Jonathan membuat Riani sedikit merinding, karena suaranya seperti hantu tapi membuat candu.Riani mencoba untuk diam dan tidak bertingkah apapun, tapi tangannya Jonathan semakin membuatnya tidak nyaman. Jonathan meraba-raba kedua gunung kembar milik Riani, ia sangat ingin melepaskan tangannya itu."Tu .
"Apa lagi nona muda Jelita yang sangat cerewet, cantik dan sangat baik hati!" Bi Yani juga sangat mengagumi Jelita.Jelita memang gadis yang sangat cantik dan baik hati, ia juga selalu bersikap ramah pada semua orang. Namun, ia memiliki ibu yang sangat angkuh. Walaupun begitu, Jelita sangat menyayangi dan mencintai ibunya--Vany."Tapi bi, kenapa ibunya nona Jelita dengan tuan Jefan sangat berbeda ya?" Tiba-tiba saja Riani mengatakan itu dengan suara pelan seperti berbisik.Bi yani sedikit tersenyum dan berkata. "Nyonya Vany memang seperti itu dari dulu, tapi ia sangat baik," ucap bi Yani.Riani hanya menganggukkan kepalanya saja, setelah beberapa saat kemudian. Riani memilih untuk kembali ke kamarnya, karena saat ini tubuhnya benar-benar lelah dan ingin beristirahat di kamar saja."Sepertinya Riani terlihat berbeda dari biasanya," gumam bi Yani setelah melihat kepergian Riani begitu saja.Sampai di dalam