"Haduh, abang Jefan selalu saja sibuk dengan urusan kantor!" Jonathan menggeleng-gelengkan kepalanya.
Daniel Prawira memiliki dua anak laki-laki, anak pertamanya adalah Jefan dan anak keduanya Jonathan. Jefan sudah menikah namun saat ia ia sedang berstatus sebagai seorang duda. Jelita adalah anaknya Jefan dan Vany selaku mantan istrinya Jefan."Ya begitulah ayahku," ucap Jelita dengan nada lirih.Jonathan langsung mengusap lembut kepala keponakannya, lalu ia berkata. "Tenang saja, ada om yang akan menemani kamu!" Jonathan memberikan senyuman manis pada keponakannya. Senyuman yang memiliki dua lesung pipi disana."Terimakasih, om!" Jelita langsung memeluk Jonathan namun langsung ia lepaskan lagi. Jelita menatap serius wajahnya Jonathan dan berkata. "Tapi, hari ini om tidak pergi, kan?" Jelita sepertinya sudah tau kebiasaan Jonathan tiap hari yang selalu pergi-pergi.Jonathan langsung melirik kearah jam dinding yang ada di dalam kamarnya, sudah pasti malam ini Jonathan akan pergi namun ia menatap wajah polos milik Jelita. Jelita sepertinya butuh di temani malam ini karena Jefan pasti akan pulang larut malam."Ya sudah kalau om mau pergi tidak apa-apa," ucap Jelita dengan lirih.Jelita seperti akan pergi dari kamarnya Jonathan, namun Jonathan menahan tangannya Jelita."Om tidak akan pergi malam ini," kata Jonathan."Wah, benar?" Suara Jelita kembali ceria dan sangat senang mendengar perkataan om nya itu.Jelita selalu merasa kesepian saat dirinya ada di rumah, karena orang-orang rumah sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Apa lagi Jefan yang selaku ayah kandungnya, ia selalu mengutamakan pekerjaannya dari pada anaknya. Karena Jefan masih merasakan sedikit sakit hati dengan ibu kandungnya Jelita. Perceraian antara Jefan dan Vany juga membuat banyak konflik antara keluarga Jefan dan Vany."Benar sayang!" Jonathan mengusap pipinya Jelita.Namun, Jelita memiliki seorang om yang sangat baik dan selalu mengutamakan dirinya yaitu Jonathan."Bagus kamu di rumah saja jaga Jelita!" Tuan Prawira menepuk pelan pundaknya Jonathan lalu melangkah pergi.Jelita hanya menatap datar kepergian kakeknya. Jelita langsung berlari dan membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur milik Jonathan. Jelita seperti anaknya Jonathan, bahkan jelita selalu menuruti apa yang di katakan oleh Jonathan ketimbang ayah kandungnya sendiri.Jonathan langsung melangkah menghampiri Jelita, ia juga menyalakan tv dan menonton film Barbie kesukaan Jelita."Om, kapan om akan menikah?" Tiba-tiba saja Jelita mengatakan itu pada Jonathan."Hem, kenapa kamu tanya itu?" Jonathan menatap Jelita dengan serius."Aku mau liat istri dan anak om nanti, pasti istri om akan cantik dan anak om pasti tampan dan cantik," ucap Jelita dengan wajah polosnya."Haha, nanti om akan menikah kalau sudah waktunya."Oh gitu, jadi sekarang belum waktunya om menikah ya?""Belum, karena om masih senang dengan karir om," kata Jonathan."Om tidak bisa meninggalkan pekerjaan om yang menyanyi itu?" Jelita mirip sekali seperti orang dewasa dan pertanyaannya terus-menerus muncul untuk Jonathan."Iya om masih suka menyanyi lalu om juga masih terikat kontrak dengan agensi om," jelas Jonathan."Oh begitu!" Jelita sepertinya sudah malas membahas itu, atau mungkin dia sudah bingung dan tidak mengerti dengan pembahasannya Jonathan.Jelita langsung fokus menonton tv dan Jonathan sibuk dengan ponselnya yang terus-menerus berdering.***1 minggu kemudian.Akhirnya Riani selaku anak dari Roni menyetujui dirinya menjadi asisten rumah tangga di rumah keluarga Prawira. Entah apa yang membuat diri Riani menyetujui akan hal itu."Selamat malam semuanya," ucap Riani sambil membungkuk sopan pada semua orang yang ada di dalam ruang keluarga."Oh, ayah. Siapa dia?" tanya Jelita sambil mencolek lengan ayahnya."Ayah tidak tau," jawab Jefan dengan gelengan kepalanya.Tidak lama kemudian. Daniel selaku tuan besar Prawira datang dan menatap semua yang ada didalam ruang keluarga."Ayah, siapa dia?" tanya Jefan sambil menatap Daniel selaku ayah kandungnya."Ini Riani yang akan bekerja di rumah kita," jawab Daniel dengan santai."Loh, emangnya bi Yani berhenti?" Jefan melirik kearah sekitar dan pasti sedang mencari keberadaan Yani.Yani adalah seorang asisten rumah tangga atau seorang pembantu di rumah keluarga Prawira. Yani sudah lama bekerja di rumah keluarga Prawira, ia juga bekerja disini dengan suaminya Yayan selaku supir di keluarga Prawira."Bi Yani masih disini dan Riani disini di tugaskan untuk menjaga Jelita dan bersih-bersih juga," jelas Daniel."Kakek, apa dia baik?" tanya Jelita dengan wajah polos."Sepertinya baik," jawab Daniel yang sekilas melirik ke arah Riani.Riani sedikit risih dengan tatapan Daniel, karena ia menatapnya dengan tatapan aneh. Lalu Daniel selalu menatapnya dari atas kepala hingga bawah ujuh kakinya."Cantik juga anaknya Roni," batin Jonathan yang dari tadi diam saja dan tidak berbicara apapun, namun matanya sudah menjelajah kemana-mana."Jadi, aku panggil dia siapa, ayah?" Jelita sangat cerewet dan menatap ayahnya."Terserah kamu saja," ucap Jefan yang sepertinya pusing dengan tingkah anaknya yang sangat cerewet.Sebenarnya Jelita bertingkah seperti itu hanya ingin dekat dengan ayahnya, Jefan. Namun sepertinya luka di hatinya Jefan masih belum sembuh, pada akhirnya Jefan melampiaskan semuanya pada sang anak. Anak yang tidak pernah tau apa yang terjadi pada ayah dan ibunya saat itu. Kini Jelita harus menjalaninya seorang diri, menjalani kehidupan yang mewah namun kesepian tanpa perhatian sang ayah.***1 bulan kemudian.Riani berhasil melewati masa-masa lelah bekerja menjadi pembantu di rumah keluarga Prawira. Namun lama-lama Riani bisa menikmati pekerjaan ini, Riani menjadi seperti ini karena terpaksa. Riani hanya ingin hutang-hutang ayahnya lunas dan ayah bebas dari hutangnya."Bibi Riani!" teriak Jelita yang sudah berdiri di depan Riani."Iya nona, ada yang bisa di bantu?" tanya Riani dengan suara formal."Bibi, jangan panggil aku nona. Tolong panggil namaku saja!" Jelita memberikan ekspresi wajah cemberut.Jelita sangat tidak suka kalau dirinya di panggil nona oleh Riani, jangankan dengannya dengan bi Yani aja dia tidak suka di panggil nona."Tapi, nona ...""Sudah, panggil nama saja jangan panggil nona!" Jonathan tiba-tiba masuk ke dalam dapur.Riani langsung membungkuk sopan padanya dan berkata. "Se ... Selamat siang tuan muda," sambut Riani pada Jonathan dengan sangat gugup.Bagaimana Riani tidak gugup? Saat ini Riani sedang bekerja di rumah seorang penyanyi terkenal. Penyanyi yang namanya selalu menjadi perbincangan banyak orang dimana-mana."Berhenti terlalu formal, tidak usah membungkuk seperti itu," kata Jonathan."Benar itu bibi, bi Riani jangan terlalu kaku gitu dong," goda Jelita sambil menarik-narik baju Riani."Ba ... baik," Riani langsung menundukkan kepalanya.Jonathan terus-menerus menatap Riani, menatap lekuk tubuhnya yang sepertinya sudah mengundang sesuatu di dalam otaknya Jonathan.Jonathan menelan ludah dan berkata. "Kenapa dia menggoda sekali," batin Jonathan.Jonathan menelan ludah dan berkata. "Kenapa dia menggoda sekali," batin Jonathan."Om sedang libur ya?" tanya Jelita sambil menatap Jonathan."Iya om libur, kenapa sayang?" jawab Jonathan yang diakhiri dengan pertanyaan lainnya."Tidak apa, sebenarnya aku ingin jalan-jalan ke mall tapi ...""Ayo kita jalan-jalan!" Jonathan bersuara penuh semangat."Tapi ayahku belum pulang," ucap Jelita."Sama om dan bi Riani saja!" Sekilas Jelita melirik kearah Riani.Riani langsung menatapnya dan berkata. "Ke ... kenapa dengan saya tuan?" Riani sedikit bengong dan gugup saat anak majikan menyebutkan namanya."Ya kau harus ikut biar tidak bosan di rumah terus, lagi pula tugas kau menjaga Jelita juga, kan?" Jonathan masih menatap asisten rumah tangganya itu."Iya benar tuan!" Lagi-lagi Riani menundukkan kepalanya karena malu saat di tatap oleh Jonathan.Namun, sebenarnya Riani bukan malu tapi sedikit salah tingkah saat Jonathan menatapnya. Bagaimana tidak salah tingkah, seseorang yang menatapnya adala
"Jonathan, kau sudah pulang? Tumben?" Ibunya Jelita langsung menatap kearah Jonathan."Ya kak Vany, aku pulang cepat!" Jonathan sudah berdiri di dekat Jelita.Vany adalah mantan istri dari Jefan. Vany juga dekat dengan Jonathan selaku mantan adik iparnya. Jelita langsung bertingkah manja pada Jonathan."Om, aku pakai gelang yang kemarin beli di mall!" Jelita memamerkan gelang itu pada Jonathan."Bagus!" Jonathan tersenyum dengan mengusap pipinya Jelita, sekilas ia melirik ke arah Riani dan berkata. "Apa kamu pake gelangnya juga?" tanya Jonathan padanya."Tidak tuan," jawab Riani dengan suara pelan."Loh, kenapa juga bibi enggak pakai!" Jelita menatap Riani dengan tatapan sedikit kecewa."Ma ... maafkan saya, saya merasa tidak pantas pakai itu dan ...""Sayang, bibi itu enggak pantas pakai sesuatu yang sama dengan kamu karena dia hanya pembantu!" Suara Vany terdengar seperti merendahkan Riani, namun Riani tidak merasa marah atau apa. Karena ia sadar diri posisinya di sini hanya sebatas
"Aku bingung harus memulainya dari mana," ucap Jonathan."Terserah kamu mulai dari mana!" Tuan Prawira selaku ayah kandungnya Jonathan sepertinya sudah membebaskan anak bungsunya untuk melakukan tindakan hal seronok seperti itu.Sebenarnya Daniel selaku tuan Prawira hanya ingin anaknya tidak main dengan banyak wanita di klub. Karena karir Jonathan juga yang seorang penyanyi terkenal membuat Daniel sedikit kesulitan untuk menghapus semua skandal yang selalu meliputi anaknya itu."Kalau begitu aku pergi dulu!" Jonathan seperti sudah memikirkan sesuatu, dan suaranya terdengar sangat semangat.Jonathan langsung bangun dari duduknya dan berlari keluar kamar sang ayah. Dani hanya tersenyum miring melihat kelakuan anak bungsunya itu."Semoga ibumu tidak akan mengetahui kelakuan nakal kamu ini Jon," batin Daniel.Daniel mencoba memakan makanan yang sudah di sediakan oleh pembantunya tadi."Aku harus melanjutkan aksi malam ini," batin Jonathan yang sudah ada didepan pintu kamarnya.Sampai dida
Jeri Andara adalah seorang artis terkenal, ia biasa memakai busana dari Wiguna Boutique."Aku ada urusan aja," ucap Jeri yang masih melirik kearah sekitar."Riani sudah keluar dari sini dan sudah lumayan lama juga," kata Heru."Keluar? Kenapa dia tidak memberitahu aku?" Jeri seperti orang kelabakan yang mencari seseorang."Aku tidak tau." Heru hanya menaik-turunkan pundaknya dan menatap Jeri dengan bingung.Jeri memang sering memakai busana di Wiguna Boutique, ia juga adalah ambassador di Wiguna Boutique. Jeri sering sekali di layani oleh Riani, maksudnya di layani dalam hal berpakaian."Mau cari pegawai yang mengantikan Riani?" Heru mengajak Jeri untuk melangkah menuju ruangannya, tapi Jeri menggelengkan kepalanya dengan pelan."Alamat Riani dimana ya?" Jeri langsung menanyakan alamat Riani pada Heru selaku pemilik Boutique dan bosnya Riani."Sudah pindah rumah," ucap Heru."Astaga!" Jeri memijat pelan pelipisnya dan seperti orang kebingungan.Jeri sepertinya memang membutuhkan Riani
"Bibi, aku mau menemani om saja disini," celetuk Jelita.Jonathan menatap keponakannya dengan dalam dan bukan ini yang ia inginkan, saat ini Jonathan hanya ingin berduaan dengan Riani. Bukan dengan anak kecil yang sangat cerewet seperti Jelita, tapi walaupun Jelita sangat cerewet. Jonathan sangat menyayangi dan mencintainya seperti pada anaknya sendiri."Jelita harus ganti pakaian dulu," ucap Riani sambil menatap Jelita yang masih berseragam sekolah dengan sangat lengkap dan tas yang masih ia gendong di belakangnya."Nah benar, sebaiknya kamu ganti pakaian dulu lalu makan siang setelah itu istirahat!" Terlihat jelas dari raut wajahnya Jonathan yang sepertinya tidak mengizinkan keponakannya untuk menemani dirinya.Tapi Jelita tidak menghiraukan itu karena ia benar-benar masih kecil dan belum peka, lalu Jelita mengatakan. "Ya sudah aku ganti pakaian dulu, om istirahat ya!" Jelita mengusap kepalanya Jonathan dengan lembut.Jelita benar-benar memiliki sikap yang lemah lembut dan sangat pe
Jonathan semakin menekan tubuhnya agar diriku tidak pergi. "Apa susahnya melayaniku? Bukannya kamu juga akan menyukainya?" Jonathan membelai pipinya Riani lagi."Tu ... Tuan, ku mohon lepaskan aku," ucap Riani yang sangat takut. Riani berusaha kabur darinya tapi percuma saja karena tenaganya Jonathan sangat kuat."Riani, apa kamu tidak merasakan sesuatu dibawah sana?" Jonathan malah menggesekkan miliknya pada milik Riani membuatnya semakin tidak nyaman."Tu ... Tuan, izinkan aku pergi karena aku tidak paham kenapa ayahku menjualku." Riani benar-benar ingin pergi dari bawah tubuhnya yang kekar itu."Tidak bisa sayang!" Jonathan menatap Riani dengan tatapan nakal dan membelai wajahnya layaknya diri Riani jalang.Ingin sekali rasanya Riani mendorong tubuhnya dan menendang miliknya, tapi sayang. Semua itu hanya ada dalam imajinasinya, karena tidak akan bisa ia melakukan itu padanya. Bisa-bisa Riani di tuntut olehnya atau mungkin ia mendapatkan kekerasan olehnya. Riani benar-benar bingung
"Apaan lagi sih!" Jonathan menggerutu setelah membaca sebuah pesan.Jonathan langsung menghapus pesan itu dengan wajah kesal, ia langsung melirik kearah tempat tidur."Sepertinya dia lelah," batin Jonathan yang terus-menerus memperhatikan Riani yang sedang tertidur.Sebenarnya Riani belum tertidur, karena posisinya sedang membelakangi Jonathan. Riani menatap kearah lantai dengan mata sembab, ia sedang menangis meratapi kesedihan malam ini. Riani masih tidak menyangka dengan apa yang di lakukan Jonathan padanya."Ternyata semua laki-laki memang mesum," batin Riani yang sangat sedih dengan nasib sendiri.Jonathan naik keatas kasur dan Riani langsung memejamkan mata, ia mencoba untuk tidur agar Jonathan tidak melakukan hal keji tadi lagi.Jonathan sudah masuk kedalam selimut lalu memeluk Riani dari belakang. "Wangi sekali tubuhmu sayang," bisik Jonathan di telinganya Riani setelah ia mengendus-endus punggungnya.Sangat geli saat Jonathan melakukan itu pada Riani, tapi ia harus diam saja
Jonathan kembali masuk kedalam dan pasti menghampiri kamarnya."Riani," ucap Jonathan setelah masuk kedalam kamarnya, tapi kamarnya sepi dan tidak ada siapapun disana."Pasti dia malah balik ke kamar!" Jonathan bergegas keluar dari kamarnya dan melangkah menuju kamar Riani.Sampai didepan kamar Riani. Jonathan tiba-tiba saja memeluk Riani dari belakang."Tu ... Tuan!" Sangat tau siapa yang berani melakukan ini pada Riani, ia mencoba melepaskan pelukan itu. Namun, Jonathan semakin mempererat pelukannya dan menyimpan dagunya di pundak Riani."Diam Riani, aku sangat nyaman dengan tubuhmu!" Suara Jonathan membuat Riani sedikit merinding, karena suaranya seperti hantu tapi membuat candu.Riani mencoba untuk diam dan tidak bertingkah apapun, tapi tangannya Jonathan semakin membuatnya tidak nyaman. Jonathan meraba-raba kedua gunung kembar milik Riani, ia sangat ingin melepaskan tangannya itu."Tu .