Share

5. Mulai Dari Mana?

"Jonathan, kau sudah pulang? Tumben?" Ibunya Jelita langsung menatap kearah Jonathan.

"Ya kak Vany, aku pulang cepat!" Jonathan sudah berdiri di dekat Jelita.

Vany adalah mantan istri dari Jefan. Vany juga dekat dengan Jonathan selaku mantan adik iparnya. Jelita langsung bertingkah manja pada Jonathan.

"Om, aku pakai gelang yang kemarin beli di mall!" Jelita memamerkan gelang itu pada Jonathan.

"Bagus!" Jonathan tersenyum dengan mengusap pipinya Jelita, sekilas ia melirik ke arah Riani dan berkata. "Apa kamu pake gelangnya juga?" tanya Jonathan padanya.

"Tidak tuan," jawab Riani dengan suara pelan.

"Loh, kenapa juga bibi enggak pakai!" Jelita menatap Riani dengan tatapan sedikit kecewa.

"Ma ... maafkan saya, saya merasa tidak pantas pakai itu dan ..."

"Sayang, bibi itu enggak pantas pakai sesuatu yang sama dengan kamu karena dia hanya pembantu!" Suara Vany terdengar seperti merendahkan Riani, namun Riani tidak merasa marah atau apa. Karena ia sadar diri posisinya di sini hanya sebatas pembantu.

"Bu, ibu enggak boleh bilang begitu dong!" Kedua matanya Jelita menatap ibunya dengan sedikit sinis. "Walau bagaimanapun bibi Riani sama seperti kita," sambung Jelita.

"Benar itu!" Jonathan setuju dengan apa yang Jelita katakan.

"Loh, kenapa kalian jadi belain pembantu?" Vany semakin bingung.

Tatapan matanya Vany saat menatap Riani seperti sudah membenci dirinya, Riani langsung menundukkan kepalanya dan sangat bingung harus melakukan apa.

"Kak, pembantu juga manusia kok sama seperti kita!" tegas Jonathan yang menatap mantan kakak iparnya itu dengan sedikit kesal.

"Kalian ini benar-benar ..." Vany belum sempat menyelesaikan ucapannya.

Tiba-tiba saja seorang laki-laki datang dan menghampiri kami. Jelita langsung berlari menghampiri laki-laki itu dan memeluknya dengan erat.

"Wow, ayah pulang cepat hari ini!" Suara Jelita terdengar sangat ceria saat seseorang itu datang.

Seseorang itu adalah Jefan selaku ayah kandungnya Jelita. Jefan langsung menjauhkan anaknya dari mantan istrinya. Terlihat jelas sorotan mata Jefan pada Vany seperti memendam benci yang teramat dalam.

"Sengaja, karena ayah tau hari ini kamu mau menemui siapa," ucap Jefan yang masih menatap Vany penuh benci.

Padahal yang mengajak Jefan berbicara adalah anaknya, Jelita. Namun tatapan Jefan masih pada Vany. Jonathan selaku adiknya Jefan hanya menghela nafas dan sepertinya ia sudah malas melihat tingkah kakaknya yang seperti itu.

"Ri, buatkan aku jus!" Jonathan menatap Riani.

"Baik tuan," balas Riani menganggukkan kepalanya dan langsung pergi menuju dapur, namun saat Riani melangkah pergi. Jelita mengikuti langkahnya di belakang.

Vanya masih menatap kepergian Riani dengan sinis, dan Jonathan langsung meninggalkan mereka berdua disana. Sepertinya Jonathan malas melihat tingkah mereka berdua.

"Vany, apa kamu tidak bisa bersikap dewasa pada anakmu!" Suara ketus Jefan kini ia keluarkan dari mulutnya yang seksi itu.

"Apa maksudnya kamu!" Vany tidak kalah ketus pada mantan suaminya itu.

"Kau memang tidak bisa menjadi seorang ibu, untung saja aku sudah menceraikan dirimu!" Suara Jefan terdengar seperti senang saat membahas perceraian didepan mantan istrinya.

"Ya terserah kamu saja!" Vany ingin melangkah pergi namun tangannya di tahan oleh Jefan. "Apa lagi sih," ucap Vany sambil menatap mantan suaminya.

"Aku tidak suka kamu bersikap arogan didepan Jelita!"

"Haha, apa sekarang kamu perduli pada Jelita?" Vany sudah pasti sedang menyindir mantan istrinya itu.

Jefan melepaskan tangan istrinya dengan kasar, lalu ia berkata. "Aku harap ini kalo terakhirnya kamu menginjakkan kaki kotormu disini!" Jefan sudah sangat benci pada Vany, entah apa yang membuat Jefan jadi bertingkah seperti itu.

"Jelita juga anakku bukan anakmu saja, jadi terserah aku dong!"

Jefan tidak menghiraukan ucapan mantan istrinya itu, ia langsung bergegas pergi dari hadapan Vany dan meninggalkan Vany sendirian disana.

"Cih, kenapa laki-laki itu sok sekali!" Vany mendecih kesal.

Vany juga melangkah pergi entah kemana, ia benar-benar kesal hari ini.

***

Pukul 7 malam keluarga Prawira selesai makan malam. Namun Daniel tidak ikut makan malam, ia sedang tidak enak badan.

"Riani, tolong bawakan makan malam untuk ayah!" titah Jefan pada Riani.

"Baik tuan!"

Riani bergegas pergi dari ruang makan dan melangkah menuju dapur. Sampai di dalam dapur, Riani langsung memilih menu makan malam untuk Daniel selaku tuan besar di rumah ini.

"Semoga tuan Prawira lekas sehat," batin Riani yang selesai menyiapkan menu makan malam untuknya.

Riani langsung keluar dari dapur dan melangkah menuju kamar Daniel. Di depan kamarnya Daniel selalu ada salah satu bodyguard nya. Lalu Riani sudah di persilahkan masuk kedalam kamarnya.

"Permisi, tuan," ucap Riani setelah masuk ke dalam kamar Daniel.

"Ya, masuk saja!" Daniel sudah mengizinkan Riani untuk memasuki kamarnya.

Riani sedikit tersenyum saat melihat Daniel sedang duduk di kursi dekat tempat tidur. Riani langsung melangkah menghampirinya, sampai di dekat kursi. Riani menyimpan nampan yang sedang ia bawa di atas meja, lalu menata semua yang ia bawa di nampan itu.

"Selamat makan malam, tuan!"

"Terimakasih!" Daniel sedikit tersenyum.

Daniel sangat baik kepada Riani namun ia bersikap baik tidak hanya padanya melainkan pada semua pegawai yang ada di sini. Saat Riani ingin pamit pergi, tiba-tiba saja seseorang keluar dari kamar mandi milik Daniel.

"Riani!" Seseorang itu memanggil Riani.

Riani langsung menoleh dan sedikit membungkuk sopan padanya, lalu ia berkata. "Ya tuan muda, ada yang bisa saya bantu?" tanya Riani padanya.

"Panggil saja aku Jonathan!" Seseorang itu selalu saja protes.

"Ma ... maaf tuan!"

"Haha, Riani. Kamu tidak perlu kaku kerja disini dan anggap saja kami adalah keluarga," celetuk Daniel.

Keluarga? Riani berkeluarga dengan keluarga Prawira yang sangat terhormat dan terkenal ini? Wah, sungguh luar biasa. Tapi Riani tidak bisa menganggap mereka adalah keluarga, karena tugasnya di sini hanya bekerja agar bisa melunasi seluruh hutang-hutang ayahnya.

"Riani, tolong bersihkan kamarku!" Jonathan langsung mengalihkan pembicaraan.

"Bersihkan kamar? Ini masih malam tuan, kan biasanya saya membersihkan kamar tuan setiap ..."

"Jadi, kau tidak mau membersihkan kamarku?" Jonathan menatap Riani.

"Bukan begitu tuan, baik saya akan membersihkan kamar tuan," balas Riani tidak bisa menolak dengan apa yang di perintahkan oleh anak majikannya.

Namun, Riani benar-benar bingung saat Jonathan meminta dirinya untuk membersihkan kamarnya. Biasanya kalau Riani membersihkan kamarnya itu setiap pagi saja, itu juga saat Jonathan sudah pergi kerja.

"Kalau begitu saya permisi," kata Riani pamit dan melangkah pergi dari kamarnya Daniel.

Jonathan langsung duduk di samping ayahnya. Jonathan terus-menerus mantap kepergian Riani dari belakang.

"Apa kau belum menyentuhnya?" tanya Daniel sambil menatap anaknya.

"Belum," jawab Jonathan yang masih menatap kepergian Riani yang lama-lama menghilang dari pandangannya.

"Tumben sekali, biasanya kamu gerak cepat," ledek Daniel.

"Aku bingung harus memulainya dari mana," ucap Jonathan.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
b3kic0t
yahhh papa datang2 kok marah2 sih jadi penasaran apa alasa jefan menceraikan vany.........
goodnovel comment avatar
b3kic0t
dihhh vany pembantu juga manusia kali janganlah kamu mamandang sebelah mata karena pada dasarnya kamu sama pembantu itu simbiosis mutualisme sama2 menguntungkan
goodnovel comment avatar
b3kic0t
duh perasaanku kok nggak enak yah kenapa juga malam2 mendapat perintah dari Jhonatan untuk membersihkan kamar jangan2 ini hanya modus Jhonatan untuk menjerat Riani
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status