Artan mencoba memejamkan matanya saya mengabaikan suara ketukan pintu itu. Nanti setelah itu juga pasti tuh hantu merasa lelah. Namun sebaliknya, ketukan pintu itu tak berhenti dan semakin kencang dari sebelumnya, merasa lelah akhirnya Artan membuka matanya dan menoleh perlahan ke arah kaca jendela mobil.
Artan sudah menyiapkan mentalnya untuk menjerit apabila yang ia lihat setan dengan wajah yang mengerikan. Sayangnya, ketika Artan menoleh ke arah jendela kaca mobilnya ia tak menemukan hantu berwajah seram, melainkan wajah cantik Reva yang kelihatan kelelahan mengetuk kaca kaca mobil Artan sedari tadi.
Jeritan Artan tertahan di dalam hatinya, bukan jeritan ketakutan melainkan jeritan kebahagiaan. Dengan cepat Artan membuka pintu mobilnya u
Artan terus menyesap bibir mungil dan merah milik Reva yang berada dalam kuluman bibirnya saat ini. Bibir ini yang kerap kali mengeluarkan ucapan-ucapan pedas menggemaskan, sehingga kadang kerap kali Artan memimpikan bisa mencium kembali bibir itu.Entah setan apa yang merasuki Artan hingga nyaris nekat melakukan ini untuk yang kedua kalinya. Reva malam hari ini terlihat sangat menggiurkan baginya, suasana malam yang sunyi senyap pun semakin menambah kuat keinginan Artan.Artan bersorak gembira ketika Reva yang mulai terbuai dan kini membalas ciumannya yang tak kalah ganasnya dengan dia. Tak perduli pada sikap mereka sebelumnya, kini kedua orang itu tampak begitu mesra melakoni cumbuan mereka yang terasa panas dan memabukkan.Artan melepaskan bibir Reva yang otomatis membuat tautan bibir mereka juga terlepas saat di rasakannya pasokan oksigen mulai menipis. Reva dan Artan sama-sama ngos-ngosan dengan nafas yang tersengal-sengal sambil saling menatap.
Deva merasa menggigil kedinginan demi memantau mobil Artan yang menurutnya ada sang kakak di dalam sana. Deva ingin melihat sendiri secara langsung saat menciduk dua orang itu.Deva bahkan nekat bersembunyi di bawah pohon kedondong yang besar, jarak pohon dan mobil Artan tidaklah terlalu jauh. Namun bisa di pastikan jika dari mobil itu tak ada yang bisa menemukan Deva yang bersembunyi, semuanya sudah di rencanakan Deva semaksimal mungkin.Menghiraukan suara-suara horor seperti suara yang memanggil-manggil namanya, suara menjerit, menangis, bahkan tertawa. Deva sama sekali tak takut dengan itu semua, padahal sangat jelas kedua matanya melihat sosok-sosok putih yang terbang secepat kilat. Deva santai saja dan terus melanjutkan bermain games di ponselnya, jika memang makhluk-makhluk tak kasat mata itu berniat mengganggunya maka dengan senang hati akan Deva layani.Sayangnya sampai menjelang waktu subuh tak terjadi apa-apa, dan Deva sudah tak tahan lagi menahan kant
Artan masih betah mengekori Reva yang terus berjalan menuju kamar mandi, letak kamar mandi di rumah Reva berada paling ujung di belakang. Kamar mandi sederhana yang ukurannya sangat kecil, ukuran kamar mandi itu pun hanya cukup untuk dua orang dan itu pun sepertinya harus berhimpit-himpitan.Kamar mandi dan wc di rumah Reva terpisah, letak wc-nya sendiri pun berada persis di samping kamar mandi. Jangan tanyakan ukuran luas wc itu yang pasti sama besarnya dengan luas kamar mandi."Ini wc-nya bos, kalau bos mungkin kebelet buang air besar." kata Reva menunjukkan wc setelah menunjukkan letak kamar mandinya."Ah, iya," Artan mengangguk.Reva kembali melangkah ke kamar mandi dan langsung menimba air di dalam sumur untuk Artan. Artan yang berdiri di depan pintu kamar mandi yang terbuka hanya melihat Reva yang sedang menimba, melihat Reva kelelahan pun perlahan Artan melangkah mendekat setelah menutup pintu kamar mandi."Biar aku bantu," ucap Reva m
Artan panik saat pintu kamar Deva di ketuk berulang kali, ia yang memakai celana pendek seperti ini pun rasanya sangat malu untuk bertemu Reva dan keluarganya."Buka!" seruan suara seseorang dari luar yang Artan tahu jika itu suara milik Deva.Artan bisa bernafas lega dan melangkah untuk membuka pintu, Deva baru selesai mandi dan hanya berbalutkan handuk seperti Artan tadi."Kak Artan kok masih disini?" tanya Deva heran.Artan nyengir kemudian ia menunjuk dengan jarinya ke arah celana yang ia kenakan, Deva menyipitkan matanya dan langsung mengerti apa maksud Artan."Sebentar," kata Deva kemudian berjalan ke arah lemari pakaiannya."Aku tidak mengerti dengan jalan pikiran kakak ku Reva yang memberikanmu celana pendekku. Memang sih ketika aku pakai celana itu tak sependek seperti itu, tapi ya kalau dilihat dari segi tinggi badan aku kalah darimu." ucap Deva entah itu sebuah omelan atau apalah Artan tak tahu, yang pasti Artan hanya mendengarkan
"Mau kemana?" tanya Artan ketika kedua orang tua Reva dan Deva pamit pergi duluan. Sementara Reva akan menyusul nanti setelah siap membereskan semu pekerjaan rumah.Tugas ini biasa dilakukan ibunya ketika Reva di kota, mumpung ada Reva di kampung jadilah ia yang mengambil alih tugas sang ibu."Ibu, ayah, dan Deva berpamitan ingin ke kebun.""Kebun?" ulang Artan."Iya, kenapa?" tanya balik Reva yang sibuk membereskan meja makan dan mengumpulkan piring kotor untuk ia cuci di tempat pencucian.Tidak ada wastafel di rumah Reva, jika ingin mencuci piring atau baju maka di tempat khusus pencucian ini yang sudah di isi air dua ember penuh. Jika airnya habis, maka Reva sekeluarga harus mengambilnya dari sumur dari kamar mandi dan membawanya kesini."Kenapa tidak kamar mandinya saja yang disini? biar tempat ini di belakang bersama wc." tanya Artan sepertinya sudah mode on ke sikap cerewet dan memprotes."Jauh sekali kalau harus mengangkat piri
Saat makan malam berlangsung, tak terlihat sosok Reva berada di tengah-tengah keluarganya. Artan celingak-celinguk ke segala arah mencari keberadaan Reva yang tak terlihat, pantas saja tadi yang memanggil Artan untuk makan malam adalah Deva.Seketika rasa lapar dan selera makan Artan hilang, tak ada Reva berasa kurang lengkap disini. Artan ingin pamit pergi saja untuk tidak makan malam dengan beralasan masih kenyang. Tapi, Artan merasa tak enak jika pergi begitu saja, ibu Reva sudah susah payah memasak demi menyajikan hidangan makan malam ini."Nak Artan, cari siapa? Kok ibu lihat seperti mencari seseorang." tanya ibu Reva yang ternyata sedari tadi memperhatikan gerak-geriknya.Artan tersenyum menggeleng, mengisyaratkan bahwa tidak apa-apa."Cari Reva ya?" tanya ibu Reva kembali dengan tebakan yang luar biasa benar.Artan tersedak air liurnya sendiri saking kagetnya dengan pertanyaan ibu Reva yang tepat sasaran. Deva menyodorkan segelas air m
Dengan langkah malas Reva tetap berjalan membuka pintu kamarnya yang di ketuk seseorang berulang kali, mendengkus kesal dengan orang tersebut yang tidak mau berhenti mengetuk pintu kamarnya dengan cukup kuat. Lihat saja, jika itu si Deva adiknya yang usil maka Reva akan memberi pelajaran pada anak itu."K-kau?" kata Reva dengan suara tercekat ketika membuka pintu kamarnya dan melihat dia disana.Artan berdiri di ambang pintu kamar Reva yang terbuka, menatap Reva dengan tatapan cemas."Kau tidak apa-apa?" tanya Artan khawatir."Hah?" respons Reva bingung. "Aku memangnya kenapa?"Artan menghembuskan nafas beratnya, "tadi ibumu mengatakan jika kau sedang tidak enak badan, makanya kau tidak ikut hadir makan malam. Oleh karena itu aku kesini demi mengecek keadaanmu, kau tahu, jika aku khawatir saat mendengar kabarmu tadi."Kedua mata Reva mendelik kaget mendengarnya, "k-khawatir?"Artan tak menjawab pertanyaan
Reva menurut saja saat Artan menyeretnya untuk ikut ke rumah saudara jauh Johan. sesampainya disana, Reva dan Artan di sambut hangat Lila dan keluarganya. Johan dan istrinya yang duduk bersama keluarga Lila pun tersenyum menatap Reva dan Johan bergantian.Artan mengkode Johan untuk mengajaknya berbicara berdua di tempat lain, Johan yang mengerti pun mengangguk dan membisikkan sesuatu di telinga istrinya. Felly mengangguk mengiyakan seraya tersenyum sebelum Johan melangkah pergi bersama Artan.Felly melangkah mendekati Reva yang tengah mengobrol bersama keluarga Lila selepas Artan berpamitan pergi sebentar padanya.Reva menolehkan kepalanya saat merasakan tangan seseorang menepuk pundaknya, mendapati seorang wanita cantik yang tengah mengandung tengah tersenyum menatapnya."Kamu Reva?" Reva mengangguk."Bisa kita mengobrol berdua di tempat lain?" ajak Felly yang ingin mengobrol berdua bersama Reva.Reva menoleh ke arah keluarga Lila yan