Share

Bab 7.Uang

"Kau bisa memandikan Hyunki?"

Belum sempat Han membuka mulut, Evelyn kembali berkata, "Sudahlah jangan menjawab! Kau pasti tidak bisa."

"Hehe ... Kalau begitu tolong ajari!"

"Masalahnya aku juga belum pernah memandikan bayi." berpikir sebentar lalu mengeluarkan ponsel dari tas. Ia menonton sebuah video memandikan bayi di internet. Han juga ikut menonton.

"Aku tetap tidak berani melakukannya. Hyunki terlalu kecil," ucap Evelyn.

"Saya bisa melakukannya."

"Kau yakin?"

Sambil mengangguk, dia berkata, "Seperti yang saya bilang, saya bisa melakukan segala hal jika sudah pernah melihatnya."

Segera, Han memandikan bayi yang diberi nama Hyunki tersebut dan benar dia bisa melakukannya dengan baik.

"Wah, ternyata kau tidak bodoh sepenuhnya," puji Evelyn, "Kalau begitu, aku juga tidak perlu mengajarimu cara melakukan pekerjaan rumah sendiri. Kau tonton saja video di internet!"

"Tentu saja," balas Han sambil tersenyum.

Tak terasa, sudah seminggu Han tinggal bersama Evelyn.

Hari-hari dia lalui dengan pekerjaan rumah seperti, mencuci, memasak, menyapu, dan mengepel. Sementara itu, Evelyn sibuk bekerja di toko rotinya dari jam 10 pagi hingga 10 malam.

Malam ini, Evelyn pulang sedikit terlambat.

Jam sudah menunjukkan 22.45. Ia masuk ke apartemen, melepas sepatu, dan jaket. Lalu, dia meletakkan semua ke tempatnya. 

"Eh ... heh ... heh ... " Dia mendengar suara Han dari sofa ruang tengah. Han sedang tertidur sambil mengigau merintih seperti sesak nafas.

"Hei, Han! Bangunlah! Ada apa denganmu?" Evelyn berusaha menggoyangkan badan Han hingga terbangun.

"Apa kau bermimpi? Mimpi apa?"

"Entahlah. Semuanya terasa gelap dan badan saya terasa kaku." Nafas pria itu masih terengah-engah.

"Sebentar, aku ambilkan minum."

Evelyn pergi ke dapur dan kembali membawa segelas air putih untuk Han.

"Kenapa pulang sangat larut?" tanya Han penuh perhatian.

"Tidak apa-apa. Di mana Hyunki?"

"Dia sudah tidur di kamar. Saya menunggumu di sini dan tidak sadar tertidur."

"Tidurlah di kamar! Aku juga ingin tidur."

Evelyn mengusap kepala Han seolah Han adalah anak kecil.

 Han mengamati Evelyn yang terlihat lesu berjalan menuju kamarnya. Namun, dia tidak berani bertanya.

Mentari bersinar dan hari telah berganti.

Pagi-pagi, Han sudah selesai menyiapkan nasi goreng untuk sarapan.

Biasanya, jam segini Evelyn sudah pergi ke meja makan untuk sarapan. Tapi, tidak dengan hari ini. Bahkan, Han sudah menunggu lama di meja makan, namun Evelyn tak kunjung keluar. 

Karena lama menunggu, akhirnya ia menghampiri Evelyn ke kamarnya.

Dia mengetuk pintu dan memanggil-manggil Evelyn, tapi tidak ada jawaban.

Ia membuka pintu kamar yang tidak terkunci dan ternyata Evelyn tidak berada di sana. Lalu, ia menuju ruang tamu dan menemukan Evelyn sedang duduk melamun di sana.

"Saya mencarimu kemana-mana ternyata di sini," kata Han sambil ikut duduk.

"Ayo sarapan! Saya sudah selesai memasak nasi goreng."

"Aku tidak ingin sarapan."

"Evelyn kau kenapa?"

"Tidak apa-apa."

"Kau berkata tidak apa-apa, tapi wajahmu seperti kenapa-kenapa. Apa yang kau pikirkan?"

Menghela nafas, "Baiklah kalau kau memaksa. Sebenarnya, aku hanya memikirkan uang."

"Uang?"

"Iya. Akhir-akhir ini tokoku sangat sepi pembeli. Tabunganku semakin menipis. Ditambah aku terbebani kau dan Hyunki. Pengeluaranku jadi semakin banyak."

Han hanya terdiam merasa bersalah mendengar penjelasan Evelyn. Suasana menjadi hening.

"Ek ... ek ... " Tangis Hyunki memecahkan suasana. Han bangkit dari duduknya menghampiri Hyunki.

Beberapa menit setelah selesai menenangkan Hyunki, ia kembali ke ruang tamu. Tetapi, Evelyn sudah tidak berada di sana.

Han pergi ke meja makan dan melihat nasi goreng buatannya masih utuh. Evelyn pergi tanpa sarapan.

Kini, Han hanya duduk sendiri mengunyah menu sarapan sambil termenung.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status