Share

Bagaimana ini?

Author: Disi77
last update Last Updated: 2023-02-17 08:15:44

Tubuh Zia mematung dan tak bisa bersuara. Ia hanya bisa memandangi tubuh Asti yang berjalan cepat meninggalkan dirinya. Banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan tetapi Zia bingung hendak bertanya pada siapa. Zia pun memilih masuk ke kamar yang ditujukan untuknya.

Kedua netra Zia membulat sempurna saat ia memasuki kamar yang dipersembahkan untuknya. Kamar dengan nuansa merah muda dan putih. Itu adalah warna favoritnya.

“Benarkan ini penjara untukku?” Zia menyindir dirinya sendiri,  sedari tadi ia mengoceh rumah tersebut adalah penjara untuknya.

Kring ... Zia terkejut. Kekagumannya pada kamarnya langsung sirna saat mendengar ponselnya berbunyi. Bukan ponselnya, tetapi ponsel pemberian pak Sadin. Gadis itu menatap layarnya dan bertuliskan Paman. Tangan dan hatinya bergetar hebat.

Paman siapa?”gumannya heran dan cemas.

Gadis itu meneliti ponsel tersebut hingga suara deringnya menghilang karena tak ada menjawabnya. Ia langsung menarik napas lega. Rasanya kejadian tadi sangat mengguncang hatinya.

Baru saja Zia selesai menghembukan napasnya, ponsel tersebut kembali berbunyi. Gadis itu terkejut kembali, perasaannya makin was-was. Terpaksa ia pun memberanikan diri menjawab telepon tersebut, menggeser layarnya ke arah tulisan jawab.

“Ha---halo,” sapa Zia gagap saat sambungan teleponnya sudah terhubung.

“Gadis Kecil, apakah kamu menyukai kamarmu?” sahut suara dari balik telepon.

“Hah?” pekik Zia terkejut.

Sontak saja kedua bola mata Zia membulat sempurna. Mulutnya menganga dan seluruh tubuhnya tiba-tiba gemetar hebat saat mendengar suara panggilan dari balik telepon tersebut. Tanpa sadar ponsel yang ia pegang terlepas dari genggamannya.

“Ga—gadis kecil?” gumannya tak jelas. Tampaknya ia tak asing dengan panggilan tadi.

“Halo ... Gadis Kecil! Gadis Kecil apa kamu ada di sana?” suara dari balik telepon kembali terdengar dan makin mengejutkan dirinya.

Pandangan Zia memberanikan diri menatap ke arah bawah tubuhnya, tepatnya ke arah ponsel terjatuh. “Pa--paman itu mengingatku?” gumannya masih dengan nada tak jelas, matanya sama sekali tidak mau diajak berkedip.

Indera pendengarannya masih menangkap suara di balik ponsel tersebut yang masih terhubung. Ia hanya bisa menatap detik demi detik pada tampilan layarnya, hingga tampilan detik itu menghilang dan tergantikan dengan tulisan panggilan berakhir. Gadis itu baru berani meraih ponsel tersbeut setelah suara dari ponsel itu hilang.

“Sebenarnya apa yang terjadi?” tanya Zia kebingungan, kini ketakutan menguasai dirinya.

“Jangan-jangan ...,” ucapnya terhenti.

Zia curiga. Kemudian ia langsung bergegas meraih koper yang sudah ada di samping ranjang tidurnya. “Aku yakin membaca dan menandatangani kontrak kerja itu sebagai Penulis dan tokoh biografi. Aku harus memeriksa lagi, khawatir isinya diganti menjadi Sugar Daddy dan Sugar Baby atau mungkin aku dijadikan simpanan, karena itulah aku terpenjara di sini dengan fasilitas mewah,” cerocosnya.

Seraya membongkar, mulutnya terus mencerca dirinya dengan berbagai pertanyaan yang membuatnya makin panik dan tubuhnya makin gemetar. Napasnya menggebu panik dan kesal. Ia seperti dibohongi dan dipermainkan, tetapi oleh siapa?

 “Ini dia. Aku harus membaca ulang dengan benar!” perintahnya pada dirinya sendiri.

Tangannya terlihat gemetar saat membuka lembaran isi map perjanjian kontrak. Indera penglihatannya mulai membaca dengan sangat teliti, bahkan jari telunjuknya mengeja setiap rangakaian kata-katanya. Tiba-tiba ia merasa kecewa karena tidak ada kata ataupun kalimat yang membuatnya khawatirkan. Isinya tertulis jelas kontrak kerja penulis dan tokoh biografi.

“Tapi, kenapa aku malah kecewa yah? Seharusnya aku lega karena aku bukan sugar baby ataupun wanita simpanan,” Zia kembali mencerca dirinya dengan pertanyaan yang makin membuatnya bertambah panik dan bingung. “Ada apa ini?”

Sudah satu jam Zia terlihat mondar mandir di tempat seraya menggigit telunjuknya untuk mengilangkan rasa cemas dan panik. Mencoba menduga jawaban dari semua kebingungannya. Ataukan dia sendiri yang membuat keadaan ini menjadi bingung?

Zia tersentak. Sebuah suara ketukan pintu sangat mengejutkan dirinya. Bahkan jantungnya serasa melompat dari tempatnya. “Astaga mengejutkan saja!” keluh Zia seraya mengatur napasnya.

“Siapa?” teriak Zia keras dari dalam.

“Saya Asti, Nona. Nona sudah ditunggu tuan Sean di ruang makan!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Hello friend
Hebat ka cerita ni
goodnovel comment avatar
Omakila
bagus pisan ceritana saru dan lucu
goodnovel comment avatar
Ahmad Abrar
penasaran bagettttt
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Malam Panas Dengan CEO   Tak Ada Yang Sia-sia (End)

    Bukan hal yang mudah untuk memancing tuan David menghampiri Resa. Wanita itu bahkan sengaja memilih kembali ke rumah bordil untuk melancarkan aksinya. Tentu saja ia sudah memikirkan segala konsekuensinya.Resa sengaja menyebar rumor kalau dirinya pernah bercinta dengan tuan David hingga diancam oleh Agnes, putrinya tuan David. Untungnya Resa mempunyai bukti pertemuannya dengan Agnes dan kebersamaannya dengan lelaki tua itu, hingga banyak yang percaya dengan rumornya.“Jadi selama ini Mami menghilang karena diancam sama Agnes, anaknya tuan David?” tanya salah satu wanita berpakaian minim seperti dirinya di antara kumpulan wanita lainnya saat menunggu para pengunjung datang.“Mau gimana lagi, aku harus cari aman ‘kan?” jawab Resa memasang wajah sedih.Tiba-tiba fokus para wanita itu berpindah pada laki-laki berpakaian rapi di belakang Resa. Lelaki itu berdehem keras hingga membuat Resa memutar tubuhnya. Wanita itu lantas tersenyum tipis si lelaki itu. Tentu saja, Resa mengenalnya.Tanpa

  • Malam Panas Dengan CEO   Perlindungan Resa

    Resa menerima panggilan telepon dari Nania, temannya yang dulu sama-sama bekerja di rumah bordil. Nania memberi info kalau ia mempunyai informasi tentang tuan David yang menjadi dalang kecelakaan Sean. Tentu saja ia memilih menemuinya, berharap mendapatkan informasi tentang lelaki itu dan membuat tuan David dipenjara.Sebelum Resa menemui Nania, ia mengintai wanita itu dari jauh. Ia harus memastikan kalau dirinya tidak dijebak. Ya, ini bukan kali pertamanya Resa melarikan diri dari rumah bordil, hingga ia tahu betul bagaimana orang-orang yang berada di balik rumah bordil. Para pemilik rumah bordil pastinya tak akan tinggal diam jika karyawannya yang menjajakan tubuhnya melarikan diri.“Kenapa suasananya tampak sepi, yah?” guman Resa saat mengawasi Nania yang berdiri di depan minimarket seberang jalan tempat dirinya berada. Resa terus mengawasi setiap sudutnya hingga ia menemukan keganjalan. Nania terlihat gelisah dan terus melirik ke arah kiri jalan. Resa pun menelusur ke arah terseb

  • Malam Panas Dengan CEO   Zia Dalam Bahaya

    Sean langsung dilarikan ke ruang operasi. Ia terlalu syok hingga jantungnya lemah dan terlalu memaksakan bergerak, membuat tulang rusuknya yang sudah retak bertambah banyak. Dokter memutuskan untuk memasang gips sementara pada tulang rusuknya sampai tulang rusuknya kembali pulih.Akan tetapi pasca operasi, lelaki itu belum menunjukkan tanda-tanda ingin membuka matanya, padahal sudah enam jam berlalu. Tuan Alan hanya bisa termenung memandangi tubuh anak lelakinya yang kini terpasang berbagai alat untuk memantau perkembangannya. Ada rasa bersalah pada dirinya karena sudah membuat Sean bertambah parah, tetapi lelaki tua itu masih tetap pada prinsipnya menjaga anak lelakinya dari Zia.“Tuan Alan, apa tidak sebaiknya membawa nona Zia kemari. Saya yakin sebenarnya tuan Sean sudah sadar, hanya saja ia menanti nona Zia,” saran pak Sadin yang masih mengenakan baju pasien pada tuan Alan.“Jangan sebut nama gadis itu! Sean hanya harus terbiasa hidup tanpa gadis itu! Lagi pula pertemuan mereka si

  • Malam Panas Dengan CEO   Amarah Sean Meluap

    “Zia, dengarkan Ibu! Lelaki itu sangat mencintai kamu, Ibu yakin dia bisa meyakinkan ayahnya untuk menerima kamu. Apa kamu tega meninggalkan lelaki itu, padahal kamu juga sangat mencintainya, ‘kan?” suara Resa terdengar lembut mencoba meyakinkan Zia.Namun, anak gadisnya menatapnya penuh curiga, padahal ia menunjukkan wajah sungguh-sungguh. Entah mengapa, Zia tak percaya dengan ekspresi ibunya. Gadis itu lalu tersenyum tipis dan kecut.“Apa ini rencana Ibu juga?” tanya Zia datar membuat Resa sedikit bingung.“Rencana apa?” Resa berbalik tanya.“Ibu berharap aku terus di sisi Sean agar dia terus menjamin kehidupan Ibu? Begitu ‘kan? Ibu sengaja membantu Sean dengan dalih berbagi informasi, padahal dia sangat melindungi dan menjaga keselamatan Ibu, karena dia tahu kamu adalah ibu dari gadis yang dicintainya.” Zia menduga pikiran wanita di hadapannya yang sudah melahirkan dirinya.Resa terkejut. Bibirnya sedikit gemetar dan wajahnya mulai pucat. Zia tersenyum ketir.“Ternyata benar. Ibu b

  • Malam Panas Dengan CEO   Sean Selamat, Zia Sakit

    “Zia, maafkan Ibu, Nak.” Resa menghampiri putrinya yang duduk bersimpuh di depan teras rumah sakit. Air mata Zia mendadak terhenti saat melihat Resa meraih pundaknya dan ikut duduk bersimpuh di hadapannya. Marah, kesal dam emosi menyelimuti dirinya, tetapi gadis itu tengah tak berdaya untuk meluapkan semua rasanya. Tubuhnya bahkan terasa lemas hingga Resa dapat menarik punggungnya ke depan dan memeluknya erat. “Kenapa harus Ibu yang menjadi alasan aku dan paman Sean terpisah,” lirih Zia diikuti air matanya yang makin banjir. “Aku benci kamu, Bu,” ucapnya tanpa sadar. Namun, Zia tak kuasa melawan Resa yang justru makin memeluknya erat. Wanita itu terus terisak dan berulang kali mengucapkan kata maaf. Sementara Zia makin terlihat limpung dan tak bisa berpikir jernih, hingga Resa melepaskan pelukannya dan menatapnya pilu. “Ibu puas ‘kan? Hidupku hancur dan benar-benar hancur, Bu. Baru kali ini aku merasa hidup karena paman Sean, tapi Ibu membuatnya celaka dan aku yang disalahkan, Bu,”

  • Malam Panas Dengan CEO   Sean Harus Selamat!

    “Tuan Sean dalam bahaya,” seru Alex, anak buahnya Sean setelah mendapatkan telepon dari Sean. “Zaid dan Faris kamu jaga di sini! Sisanya ikut saya!” perintahnya pada anak buahnya yang sudah ia kumpulkan di ruang tengah.Seluruh anak buahnya yang tengah berjaga di rumah tempat Resa berada langsung bergegas sigap. Termasuk Resa yang mendengar suara Alex dari dalam kamarnya langsung bergegas ke luar. Bukan tanpa sebab, ia tahu kalau lelaki itu akan dalam bahaya sebab Resa tahu pasti tuan David tak akan tinggal diam.“Tunggu!” teriak Resa setelah berlari cepat keluar kamar.Alex dan anak buahnya langsung terhenti. Mereka langsung berbalik ke arah Resa. Wanita itu memasang wajah cemas, gelisah dan rasa bersalah.“Aku ikut dengan kalian,” pinta Resa dengan tatapan memohon.“Maaf, Nyonya. Kami tidak ada waktu untuk mengurusi Nyonya,” sahut Alex kesal. Ia merasa Resa membuang waktunya.“Aku tahu pelakunya adalah tuan David. Jadi, aku harus ikut dan membuktikannya sendiri,” seru Resa lantang.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status