Home / Romansa / Malam Panas Dengan CEO / Kamu Harus Pasrah!

Share

Kamu Harus Pasrah!

Author: Disi77
last update Last Updated: 2023-02-14 14:05:06

Reaksi Zia mengejutkan seluruh ruangan itu. Risma bahkan sampai memukul lengan Zia keras. Menurutnya reaksi penulisnya bereaksi berlebihan. Tentu saja, gadis itu protes.

“Kak, aku tidak mau tinggal satu rumah dengan laki-laki yang tidak aku kenal,” suara Zia tegas, kemudian ia menatap tajam pada CEO di hadapannya. “Jangan mentang-mentang Tuan Sean ini CEO! Anda kira saya wanita murahan!”

Sean yang mendapatkan cercaan Zia hanya tersenyum dan tertawa kecil. Ekspresi marahnya makin terlihat  menggemaskan di matanya. Cepat-cepat ia mengakhiri tawanya, gadis itu makin membulatkan matanya dan menggertakkan giginya.

“Tenanglah, Penulis Zia! Anda pikir saya ini lelaki cab*l?” Sean berusaha keras menahan tawanya.

Gadis itu kebingungan. Emosi Zia mendadak turun, ia menoleh pada Risma yang sama kebingungan dengannya. Lantas, ia menatap kembali pada Sean.

“Alasan saya kenapa meminta Penulis Zia untuk tinggal di rumah saya, agar mempermudah proses interview dengan saya. Pastinya Anda tahu kalau saya adalah orang yang sibuk? Jika Anda ada di rumah, kita bisa melakukan interview saat saya sedang bersantai di rumah. Bukankah itu ide lebih baik?” terang Sean detail. “Lagi pula rumah saya ini memiliki dua lantai dan ada empat pembantu di rumah saya, serta banyak kamar kosong yang memang selalu saya sediakan untuk kolega saya jika berkunjung ke sini.”

Wajah Zia langsung berubah merah. Ia bahkan langsung  menundukkan wajahnya menyadari kecerobohannya. Bahkan Risma mendesis kesal padanya. Zia menoleh pada wanita di sampingnya, meminta bantuan agar ia tak terlalu malu.

“Maafkan penulis saya, Tuan Sean. Penulis saya mempunyai masalah jika berhadapan dengan laki-laki. Apalagi laki-lakinya pria tampan seperti Tuan Sean, jadi gampang groginya,” Risma membela penulisnya.

Zia terkejut. Ia langsung menatap penuh amarah mendengar penjelasan Risma. “Kak Risma!” sentak Zia kesal. Penjelasan Risma justru makin membuatnya bertambah malu.

 “Tidak apa-apa, Zia! Tuan Sean pasti paham kalau kamu grogi, fokus saja dengan isi kontraknya!” pinta Zia seraya menarik lengan Zia agar tatapannya kembali fokus membaca rincian perjanjian selanjutnya.

**

Zia tidak punya pilihan lain untuk menandatangani perjanjian tersebut. Gadis itu memang sedang butuh uang banyak. Penghasilannya dari novel online dan buku cetaknya tidak cukup. Ia membutuhkannya untuk biaya operasi ayahnya.

Akhrinya Zia menemukan ayahnya setelah terpisah hampir 10 tahun. Namun, kondisi Darul, ayahnya sangat mengenaskan. Darul mengidap jantung koroner dan harus segera dioperasi.

“Baiklah, Zia, hanya 30 hari kamu tinggal bersama Pak Sean. Kamu pasti bisa!” Zia memberi perintah pada dirinya sendiri, saat ia sudah mengemasi baju-bajunya dalam koper yang diberikan Pak Sadin. “Tapi, bagaimana jika paman itu berbuat macam-macam? Bukankan Tuan Sean itu adalah paman itu?”

Tubuh Zia jatuh dengan sendirinya di atas kasurnya yang sudah menipis. Wajahnya terlihat frustasi dan tak berdaya. Ia tak hanya akan berhadapan dengan lelaki yang sudah merenggut kesuciannya lima tahun lalu, tetapi akan tinggal satu atap dengan lelaki itu. Tunggu, harusnya diralat! Bukan merenggutnya, bukankah dirinya sendiri yang memasrahkan tubuhnya pada lelaki itu.

“Tenanglah, Zia. Aku yakin paman itu sudah berbeda, sekarang dia adalah Tuan Sean. Seorang CEO, bukankah CEO sering gunti pasangan dengan mudah,”

“Lihatlah! Kemarin paman itu tidak mengenalimu kan?” Zia berdialog kembali dengan dirinya memastikan diri untuk yakin. “Benar! Kalau paman itu bersikap tidak mengenaliku, aku hanya perlu bersikap tidak mengenalinya. Hubungan kita saat ini adalah penulis dan tokoh biografi. Semangat Zia!”

Setelah Zia memberikan semangat pada dirinya, ia pun langsung menarik kopernya ke luar rumahnya. Rupanya pak Sadin sudah sabar menunggunya di depan rumah. Semangat gadis itu mendadak lenyap saat melihat senyuman ramah pak Sadin. Pak Sadin seperti algojo yang bertugas mengantar nyawanya pada Sean.

“Silahkan, Nona Zia! Saya akan antarkan Nona ke rumah Tuan Sean,” Pak Sadin membukakan pintu mobil mempersilahkan Zia masuk ke dalam.

“Terima kasih banyak, Pak,” ucap Zia seraya melangkah masuk ke dalam mobil.

Zia memandangi rumahnya yang mulai bergerak menjauh. “Kenapa aku merasa  akan berpisah selamanya dengan rumahku?” Zia bertanya dalam hatinya. Matanya ingin menangis, tetapi air matanya tidak mau ke luar.

“Nona, di samping Nona ada ponsel baru. Tuan Sean meminta Nona untuk menggunakan ponsel tersebut. Nona Zia tidak diperkenankan membawa masuk ponsel pribadi milik Nona. Itu adalah syarat susulan dan sudah di setujui oleh editor Nona,” jelas Pak Sadin ramah seraya menatap gadis itu dari cermin yang berada di atas kepalanya.

Wajah Zia terlihat terkejut dan kebingungan. “Sepertinya aku tidak hanya berpisah dengan rumahku tetapi berpisah dengan kehidupanku juga. Ponsel ini adalah hidupku,” Zia benar-benar menangis, tetapi kenapa air matanya tidak kunjung keluar.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Malam Panas Dengan CEO   Tak Ada Yang Sia-sia (End)

    Bukan hal yang mudah untuk memancing tuan David menghampiri Resa. Wanita itu bahkan sengaja memilih kembali ke rumah bordil untuk melancarkan aksinya. Tentu saja ia sudah memikirkan segala konsekuensinya.Resa sengaja menyebar rumor kalau dirinya pernah bercinta dengan tuan David hingga diancam oleh Agnes, putrinya tuan David. Untungnya Resa mempunyai bukti pertemuannya dengan Agnes dan kebersamaannya dengan lelaki tua itu, hingga banyak yang percaya dengan rumornya.“Jadi selama ini Mami menghilang karena diancam sama Agnes, anaknya tuan David?” tanya salah satu wanita berpakaian minim seperti dirinya di antara kumpulan wanita lainnya saat menunggu para pengunjung datang.“Mau gimana lagi, aku harus cari aman ‘kan?” jawab Resa memasang wajah sedih.Tiba-tiba fokus para wanita itu berpindah pada laki-laki berpakaian rapi di belakang Resa. Lelaki itu berdehem keras hingga membuat Resa memutar tubuhnya. Wanita itu lantas tersenyum tipis si lelaki itu. Tentu saja, Resa mengenalnya.Tanpa

  • Malam Panas Dengan CEO   Perlindungan Resa

    Resa menerima panggilan telepon dari Nania, temannya yang dulu sama-sama bekerja di rumah bordil. Nania memberi info kalau ia mempunyai informasi tentang tuan David yang menjadi dalang kecelakaan Sean. Tentu saja ia memilih menemuinya, berharap mendapatkan informasi tentang lelaki itu dan membuat tuan David dipenjara.Sebelum Resa menemui Nania, ia mengintai wanita itu dari jauh. Ia harus memastikan kalau dirinya tidak dijebak. Ya, ini bukan kali pertamanya Resa melarikan diri dari rumah bordil, hingga ia tahu betul bagaimana orang-orang yang berada di balik rumah bordil. Para pemilik rumah bordil pastinya tak akan tinggal diam jika karyawannya yang menjajakan tubuhnya melarikan diri.“Kenapa suasananya tampak sepi, yah?” guman Resa saat mengawasi Nania yang berdiri di depan minimarket seberang jalan tempat dirinya berada. Resa terus mengawasi setiap sudutnya hingga ia menemukan keganjalan. Nania terlihat gelisah dan terus melirik ke arah kiri jalan. Resa pun menelusur ke arah terseb

  • Malam Panas Dengan CEO   Zia Dalam Bahaya

    Sean langsung dilarikan ke ruang operasi. Ia terlalu syok hingga jantungnya lemah dan terlalu memaksakan bergerak, membuat tulang rusuknya yang sudah retak bertambah banyak. Dokter memutuskan untuk memasang gips sementara pada tulang rusuknya sampai tulang rusuknya kembali pulih.Akan tetapi pasca operasi, lelaki itu belum menunjukkan tanda-tanda ingin membuka matanya, padahal sudah enam jam berlalu. Tuan Alan hanya bisa termenung memandangi tubuh anak lelakinya yang kini terpasang berbagai alat untuk memantau perkembangannya. Ada rasa bersalah pada dirinya karena sudah membuat Sean bertambah parah, tetapi lelaki tua itu masih tetap pada prinsipnya menjaga anak lelakinya dari Zia.“Tuan Alan, apa tidak sebaiknya membawa nona Zia kemari. Saya yakin sebenarnya tuan Sean sudah sadar, hanya saja ia menanti nona Zia,” saran pak Sadin yang masih mengenakan baju pasien pada tuan Alan.“Jangan sebut nama gadis itu! Sean hanya harus terbiasa hidup tanpa gadis itu! Lagi pula pertemuan mereka si

  • Malam Panas Dengan CEO   Amarah Sean Meluap

    “Zia, dengarkan Ibu! Lelaki itu sangat mencintai kamu, Ibu yakin dia bisa meyakinkan ayahnya untuk menerima kamu. Apa kamu tega meninggalkan lelaki itu, padahal kamu juga sangat mencintainya, ‘kan?” suara Resa terdengar lembut mencoba meyakinkan Zia.Namun, anak gadisnya menatapnya penuh curiga, padahal ia menunjukkan wajah sungguh-sungguh. Entah mengapa, Zia tak percaya dengan ekspresi ibunya. Gadis itu lalu tersenyum tipis dan kecut.“Apa ini rencana Ibu juga?” tanya Zia datar membuat Resa sedikit bingung.“Rencana apa?” Resa berbalik tanya.“Ibu berharap aku terus di sisi Sean agar dia terus menjamin kehidupan Ibu? Begitu ‘kan? Ibu sengaja membantu Sean dengan dalih berbagi informasi, padahal dia sangat melindungi dan menjaga keselamatan Ibu, karena dia tahu kamu adalah ibu dari gadis yang dicintainya.” Zia menduga pikiran wanita di hadapannya yang sudah melahirkan dirinya.Resa terkejut. Bibirnya sedikit gemetar dan wajahnya mulai pucat. Zia tersenyum ketir.“Ternyata benar. Ibu b

  • Malam Panas Dengan CEO   Sean Selamat, Zia Sakit

    “Zia, maafkan Ibu, Nak.” Resa menghampiri putrinya yang duduk bersimpuh di depan teras rumah sakit. Air mata Zia mendadak terhenti saat melihat Resa meraih pundaknya dan ikut duduk bersimpuh di hadapannya. Marah, kesal dam emosi menyelimuti dirinya, tetapi gadis itu tengah tak berdaya untuk meluapkan semua rasanya. Tubuhnya bahkan terasa lemas hingga Resa dapat menarik punggungnya ke depan dan memeluknya erat. “Kenapa harus Ibu yang menjadi alasan aku dan paman Sean terpisah,” lirih Zia diikuti air matanya yang makin banjir. “Aku benci kamu, Bu,” ucapnya tanpa sadar. Namun, Zia tak kuasa melawan Resa yang justru makin memeluknya erat. Wanita itu terus terisak dan berulang kali mengucapkan kata maaf. Sementara Zia makin terlihat limpung dan tak bisa berpikir jernih, hingga Resa melepaskan pelukannya dan menatapnya pilu. “Ibu puas ‘kan? Hidupku hancur dan benar-benar hancur, Bu. Baru kali ini aku merasa hidup karena paman Sean, tapi Ibu membuatnya celaka dan aku yang disalahkan, Bu,”

  • Malam Panas Dengan CEO   Sean Harus Selamat!

    “Tuan Sean dalam bahaya,” seru Alex, anak buahnya Sean setelah mendapatkan telepon dari Sean. “Zaid dan Faris kamu jaga di sini! Sisanya ikut saya!” perintahnya pada anak buahnya yang sudah ia kumpulkan di ruang tengah.Seluruh anak buahnya yang tengah berjaga di rumah tempat Resa berada langsung bergegas sigap. Termasuk Resa yang mendengar suara Alex dari dalam kamarnya langsung bergegas ke luar. Bukan tanpa sebab, ia tahu kalau lelaki itu akan dalam bahaya sebab Resa tahu pasti tuan David tak akan tinggal diam.“Tunggu!” teriak Resa setelah berlari cepat keluar kamar.Alex dan anak buahnya langsung terhenti. Mereka langsung berbalik ke arah Resa. Wanita itu memasang wajah cemas, gelisah dan rasa bersalah.“Aku ikut dengan kalian,” pinta Resa dengan tatapan memohon.“Maaf, Nyonya. Kami tidak ada waktu untuk mengurusi Nyonya,” sahut Alex kesal. Ia merasa Resa membuang waktunya.“Aku tahu pelakunya adalah tuan David. Jadi, aku harus ikut dan membuktikannya sendiri,” seru Resa lantang.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status