Home / Romansa / Malam Panas dengan Atasan Mantan / Bab 2 : Kehilangan Otak

Share

Bab 2 : Kehilangan Otak

Author: Nadira Dewy
last update Last Updated: 2025-03-17 22:56:42

“Aku dengar kekasih tercintamu itu ulang tahun kemarin. Kenapa kau justru ada di bar sendirian?”

Mendengar ucapan Wilson, Juliet yang memang sudah mengenakan pakaiannya seketika lesu.

Setelah meminum segelas air mineral yang tersedia, Juliet mulai mengingat dengan jelas apa yang terjadi semalam.

Dia benar-benar menyerang Wilson!

Bisa-bisanya Juliet seperti singa betina yang kelaparan mencium Wilson, membuka bajunya, menyentuh tubuh kekar pria itu, bahkan….

“Apa Kau diam karena sedang merasa bersalah sudah mengkhianatinya?” tanya Wilson lagi menyadarkan Juliet dari lamunan.

Merasa bersalah?

Yang benar saja! Kalau bukan karena pria itu, dia tak akan kehilangan akal, hingga berakhir seperti ini!

“Aku ingin memberikan kejutan untuknya, tapi malah aku yang terkejut menemukannya berselingkuh,” jawab Juliet tampak menahan emosi.

Di sisi lain, Wilson menyembunyikan senyumnya.

Setiap kali dia melihat Argan, dia pasti akan melihat Juliet.

Wanita itu selalu mengantar-jemput Argan dari perusahaan.

Wilson sampai bingung. Juliet itu kekasihnya Argan atau ibunya pria itu?

Rasanya cukup puas juga melihat perempuan bodoh dan gila cinta akhirnya tersadarkan.

“Makanya, kalau sudah tahu kau kekasihnya, bersikaplah sebagaimana mestinya jangan bersikap seolah-olah Kau adalah ibunya,” ujar Wilson.

Jleb!

Juliet hanya bisa menggigit bibir bawahnya.

Bukan hanya satu atau dua orang saja yang mengatakan hal itu, tapi Juliet terlalu mencintai Argan dan menulikan telinganya.

Siapa sangka, ucapan mereka justru terbukti….

Tanpa sadar Juliet menjedotkan kepalanya ke bantal, merutuki kebodohan.

Wilson sendiri menggelengkan kepalanya melihat tingkah juliet. “Sudahlah. Mengajakmu bicara sekarang ini percuma saja. Kita bertemu lagi malam nanti. Pagi ini, aku ada meeting penting.”

Mendengar itu, Juliet seketika menatap Wilson dengan tatapan terkejut.

Meeting penting?

“PAK!” teriak Juliet tiba-tiba yang membuat Wilson mengangkat alis.

“Bisakah kita bicara biasa saja?” tegur pria tampan itu pada Juliet.

“Maaf, Pak CEO,” ujar Juliet tak enak, tapi dia sungguh penasaran, “meeting penting hari ini apakah harus melibatkan Argan dan Rania?”

Wilson mengerutkan kening. “Kenapa?”

Juliet mengatur napasnya. “Pak CEO, sebenarnya... semalam aku...”

Ia mendadak ragu untuk menceritakan apa yang ia lakukan, takut itu akan membuatnya menjadi narapidana.

“Cepat, Juliet.”

Gadis itu menelan ludahnya. “Pak, sebenarnya semalam aku melakukan sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan. Itu ... karena aku sedang kalut, jadi aku memasukkan lem perekat super ke krim pelumas. Mereka berdua pasti sudah menggunakannya. Sepertinya mereka...”

“Pak, kalau ketahuan apa aku akan dipenjara?” panik Juliet ketakutan sekarang.

“Ehem!” Wilson berdehem guna mengusir rasa ingin tertawanya itu. Dia berusaha mengontrol ekspresinya. “Yah, bisa jadi.”

Juliet merasakan tubuhnya semakin lemas. “Ahhh! Bagaimana ini?! Cicilan mobil belum lunas, biaya sekolah adik belum lunas juga, listrik belum bayar, bahan makanan sudah mau habis, belum beli—”

“Jika kau tahu susahnya cari uang, kenapa sibuk menghidupi pacarmu juga?”

Deg!

Ucapan Wilson sedari tadi menyakitkan, tapi nyatanya selalu benar.

Mobil yang ia beli dengan sistem kredit itu, bukan dia yang menggunakan. Tapi, Argan! Sedangkan Juliet? Dia pergi ke mana pun harus menggunakan bus.

Memang sontoloyo!

Kalau buru-buru barulah dia akan pakai taksi.

“Sudahlah. Sekarang ini aku harus pergi. Kita bertemu di kafe nanti, ada banyak hal yang perlu aku bicarakan padamu,” ucap Wilson.

Juliet pun menganggukkan kepala dengan lesu.

Sudahlah...

Hilang semuanya.

Cintanya, kesuciannya, otaknya, dan harga dirinya. Bahkan... kemana pergi celana dalamnya?

Juliet rasanya ingin tertawa dan menangis bersamaan karena kehilangan akal.

“Ayo, aku antar kau pulang dulu atau mau langsung ke kantor,” ucap Wilson lagi.

Juliet memaksakan diri untuk bangkit. “Langsung ke kantor saja, Pak. Aku kebetulan sudah menyiapkan beberapa setel pakaian di sana karena aku sering lembur.”

Wilson menganggukkan kepalanya. “Yah. Kau memang gadis yang pekerja keras. Pacarmu itu memiliki gaya hidup yang tinggi, kau tentu harus lembur lebih banyak daripada yang sebelumnya.”

Juliet sontak menatap tak percaya pada Wilson.

Kali ini, ia yakin CEO tampan itu memang tengah mengejeknya.

Tapi, siapa juga yang tak menertawakan kebodohan Juliet? Dia saja ingin mengatai dirinya sendiri, kok!

“Aku benar-benar bodoh,” gumam Juliet dalam hati, lalu mengikuti langkah Wilson ke dalam mobil.

Hanya saja, bersebelahan di mobil dengan Wilson membuatnya tak nyaman.

Terlalu hening! Tidak ada pembicaraan apapun di sana.

“Pak CEO, ini apa tidak akan terjadi masalah kalau pacarnya pak CEO tahu ada wanita lain yang duduk di mobil ini?” ucapnya mencoba mencairkan suasana.

Wilson menghela napas. Pria itu nampak fokus mengemudi, tapi juga tertarik untuk menjawab pertanyaan dari Juliet. “Aku tidak punya pacar.”

“Kenapa tidak punya pacar, Pak?” iseng Juliet bertanya.

“Takut kalau nanti pacarku bodohnya sepertimu,” jawabnya singkat, padat, dan nyelekit pada Juliet.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Elly Susilo wati
pelumas dicampur lem idenya boleh juga...
goodnovel comment avatar
Khristina farida
kata2 nya buat q ketawa terus...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 215 : Kesempatan Kedua

    Sore itu, Wilson sedang berada di ruang tengah sambil menemani anak-anaknya bermain ketika Juliet menghampiri dengan membawa dua cangkir teh. Dia duduk di samping suaminya, lalu berkata pelan, “Aku tadi melihat Ayah mu di depan rumah Ibumu lagi.” Wilson diam sejenak, lalu mengangguk pelan. “Aku tahu. Sudah beberapa kali juga. Kadang dia bantu bersih-bersih, kadang cuma duduk di teras, mengobrol sebentar dengan Ibu. Kadang juga membawa camilan.” Juliet memperhatikan wajah suaminya yang tampak tenang. “Kau tidak merasa khawatir?” Wilson menggeleng pelan. “Dulu aku mungkin akan marah. Tapi sekarang aku cuma ingin melihat mereka tenang, terutama Ibu. Setelah semua yang dia lewati, aku rasa dia pantas memilih sendiri, mau hidup dengan damai sendiri atau memaafkan Ayah dan memulai lagi dari awal.” Juliet menatap Wilson, lalu menggenggam tangannya. “Kau jadi sangat dewasa belakangan ini.” Wilson tersenyum pahit. “Aku cuma belajar dari

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 214 : Usaha Luis

    Luis tertunduk, matanya menatap lantai dengan pandangan kosong. Kata-kata Chaterine terasa seperti bilah tipis yang mengiris pelan-pelan, tidak membunuh, tapi menelanjangi penyesalan yang selama ini dia sembunyikan di balik gengsi dan egonya. Chaterine tersenyum tipis, senyum yang pahit, bukan karena benci, tapi karena luka yang terlalu lama dibiarkan membusuk. “Kesempatan untuk bersama lagi, Luis?” ucapnya pelan, hampir terdengar getir. “Itu hal paling bodoh yang pernah kudengar selama ini.” Luis mendongak pelan, sorot matanya mencari sedikit harapan yang tulus. “Dulu, kau sendiri yang bilang kau tidak pernah mencintaiku,” lanjut Chaterine. “Puluhan tahun aku mencoba tinggal di rumah itu, mencoba menjadi nyonya besar seperti yang semua orang harapkan… tapi kau selalu menunjukkan kebencianmu. Kau mendorong ku jauh-jauh. Kau membuat aku merasa kecil, tidak layak, dan tidak pernah cukup untuk bisa sedikit berharga di hadapan mu.” Dia menari

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 213 : Ketenangan yang Sesungguhnya

    Chaterine duduk diam di kursi tua dekat jendela, tempat yang akhir-akhir ini sering menjadi sudut favoritnya. Angin sore menyentuh lembut tirai tipis yang bergoyang perlahan. Matanya terpaku pada jalan di depan rumah, dan benar saja, sebuah mobil berhenti perlahan di sana. Mobil hitam itu sudah sangat familiar. Itu sudah pasti mobil Luis. Detik itu juga, dada Chaterine terasa berat. Tangannya yang menggenggam mug teh hangat gemetar pelan. Dia tidak bangkit. Dia hanya duduk diam, membiarkan mobil itu tetap di sana sementara pikirannya kembali ke masa lalu, puluhan tahun menikah, bertahan, berharap, meski berkali-kali hanya mendapat tatapan dingin dan kalimat penuh penekanan bahwa “aku tidak pernah mencintaimu.” Kini semuanya sudah berakhir. Pernikahan itu sudah bubar. Namun anehnya, setelah semua ikatan dilepas, Luis justru datang setiap malam. Duduk diam di dalam mobil. Menatap ke rumah ini. Tidak pernah turun. Tidak pernah bicara. Hanya menatap, lalu

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 212 : Kehilangan Kepercayaan

    Beberapa hari setelah pernikahan yang tenang dan penuh ketulusan itu, Reiner dan Karina menerima kejutan dari Veronica. Seorang asisten pribadi datang mengantarkan sebuah map kulit elegan berisi tiket perjalanan, itinerary, dan dokumen reservasi eksklusif. “Ini hadiah bulan madu dari Ibu,” begitu bunyi catatan tangan Veronica yang disisipkan di dalam map. “Nikmati waktumu, Karina. Kau pantas mendapatkan kebahagiaan seutuhnya. Ajak suamimu menikmati hidup.” Karina sempat terdiam membaca surat itu, matanya berkaca-kaca. Veronica memang tidak selalu banyak bicara soal perasaan, tetapi setiap tindakannya selalu memiliki makna yang dalam. Reiner yang duduk di samping Karina langsung menggenggam tangan istrinya, tersenyum penuh makna. Mereka pun memulai perjalanan bulan madu mereka ke berbagai negara yang sudah ditentukan. mulai dari Santorini yang romantis, menikmati senja di balkon hotel tepi tebing, kemudian ke Tuscany

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 211 : Kebahagiaan yang Jujur

    Malam itu Wilson baru saja mematikan lampu kamar dan menarik selimut ketika layar ponselnya menyala. Satu notifikasi masuk dari Reiner. Dengan setengah malas, Wilson mengambil ponselnya. Tapi saat dia membaca nama pengirim dan melihat thumbnail gambar yang menyertainya, matanya langsung terbuka lebar. Dia segera membuka pesan itu. Di sana, satu kalimat singkat tertulis. “Kami sudah menikah hari ini. Maaf tidak mengundang mu dan Juliet. Karina takut kalian tidak akan nyaman.” Disertai foto Reiner dan Karina yang berdiri berdampingan di altar dengan senyum bahagia. Wilson terdiam beberapa detik. Lalu, perlahan, senyuman kecil terbit di wajahnya. Ia menggeleng pelan, antara heran, lega, dan sedikit tidak percaya. “Sayang...” panggilnya pelan sambil menyodorkan ponsel. “Lihat ini.” Juliet yang sedang merapikan bantal menoleh dan mengambil ponsel dari tangan Wilson. Begitu melihat isi pesannya, mata Jul

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 210 : Sebuah Pernikahan

    Beberapa hari setelah Karina menyampaikan niatnya kepada Veronica dan mendapat dukungan, ia dan Reiner mulai melangkah dengan lebih serius. Mereka tidak menginginkan pesta yang besar. Tidak ada kemewahan yang mencolok, tidak ada sorotan media, dan tidak ada undangan dari kalangan sosialita. Hanya Veronica, saksi luar, saksi dari Reiner, dan orang dari pihak yang akan menikahkan mereka. Di sebuah sore yang tenang, mereka duduk bersama di kafe favorit Karina, kafe yang secara tidak langsung mempertemukan banyak takdir dalam hidup mereka. Di atas meja, ada buku catatan, laptop, dan beberapa brosur tempat pernikahan yang sederhana namun elegan. “Aku masih tidak percaya kita akan sampai di titik ini,” kata Karina, sambil menatap Reiner dengan senyum kecil. “Aku percaya dari hari pertama kita memiliki jalan untuk bersama,” jawab Reiner dengan nada hangat.Karina pun tersenyum. Mereka mulai memilih tema. Karina ingin ses

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status