Share

Bab 94 : Langkah Tepat

Penulis: Nadira Dewy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-21 21:06:01

Hari demi hari berlalu, dan proses pemulihan Wilson pun dilakukan secara intensif di rumahnya sakit.

Kondisi fisiknya mulai membaik, meskipun belum sepenuhnya pulih. Namun yang lebih mengganggu dari rasa sakit di tubuhnya adalah kekosongan dalam pikirannya yang sulit dijelaskan melalui kata-kata.

Sesekali, kilasan ingatan datang menghampiri, fragmen samar tentang seorang wanita. Ada tawa lembut, ada sentuhan hangat, dan suara yang entah mengapa membuat dadanya bergetar. Tetapi wajah wanita itu selalu kabur, seperti diselimuti kabut yang tidak bisa untuk ia tembus.

Semakin Wilson mencoba memusatkan pikirannya, mencoba mengingat siapa wanita itu, kepalanya justru terasa berdenyut hebat, seolah hendak pecah. Rasa sakit itu seringkali memaksanya menyerah, mengalihkan fokusnya pada hal lain.

Apalagi, Catherine, Luis, dan Karina selalu berada di sekelilingnya. Mereka tidak henti-hentinya memberikan keyakinan, atau lebih tepatnya, doktrin.

Setiap kali Wilson mencoba bertanya tentang
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Fahriani Bidaria
sedih bnget..segitunya ya jadi manusia jahatnya duo betina
goodnovel comment avatar
Luly Chan
karina ga bakal menang lawan Wilson. pikiran mungkin bisa dimanipulasi, tapi hati nurani akan tetap jujur
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 96 : Nathan dan Nathania

    Hari persalinan itu tiba lebih cepat dari jadwal. Larisa, nama baru Juliet yang kini resmi terdaftar secara legal telah bersiap untuk menjalani operasi caesar dua hari ke depan. Namun sejak pagi, kontraksi datang lebih awal dan jauh lebih menyakitkan dari yang dibayangkannya Juliet sendiri. Tubuhnya mulai melemah, keringat dingin membasahi pelipisnya, dan darah perlahan merembes dari celana tidurnya. Thom yang saat itu sedang mempersiapkan sarapan, segera berlari ke arah Larisa atau Juliet, (mari kita sebut saja dia Larisa sekarang, ya...) saat mendengar suara jatuh dari kamar. “Ya ampun, Kakak!” Thom mendekap tubuh Larisa yang terkulai lemas di lantai. “Tolong tahan, aku bawa ke rumah sakit sekarang!” Di perjalanan, Larisa menggenggam lengan Thom erat-erat, wajahnya pucat, tubuhnya mulai menggigil. “Aku… aku takut, Thom…” bisiknya lirih. “Kalau terjadi sesuatu… bayi-bayiku…” Thom menahan air mata. “Kau tentu akan selamat, Kak. Kau kuat. Jangan bicara seperti itu.” Begit

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 95 : Penolakan yang Jelas

    Enam bulan kini telah berlalu sejak kecelakaan itu. Secara fisik, kesehatan Wilson bisa dikatakan hampir sepenuhnya pulih. Tubuhnya sudah kembali bugar, dan aktivitasnya mulai berjalan normal. Namun, satu hal yang masih belum pulih adalah ingatannya yang paling berharga. Beberapa kilasan samar tentang seorang wanita, senyuman hangat, serta suara lembut yang terus bergema di kepalanya kerap menghampiri, namun semua itu seperti teka-teki tanpa potongan lengkap. Semakin ia mencoba mengingat, semakin kepalanya berdenyut hebat, seolah pikirannya sendiri menolak untuk membuka kembali kenangan itu. Terasa aneh, tapi juga membuat Wilson semakin penasaran. Di tengah tekanan yang dirasakannya, Wilson memutuskan untuk kembali bekerja di perusahaan milik keluarganya. Ia berusaha mengalihkan pikirannya dengan kesibukan, berharap rutinitas kantor dapat membantunya perlahan menemukan kembali sedikit dari dirinya yang hilang. Setiap pagi, ia mengenakan setelan jas rapi, menyapa karyawan den

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 94 : Langkah Tepat

    Hari demi hari berlalu, dan proses pemulihan Wilson pun dilakukan secara intensif di rumahnya sakit. Kondisi fisiknya mulai membaik, meskipun belum sepenuhnya pulih. Namun yang lebih mengganggu dari rasa sakit di tubuhnya adalah kekosongan dalam pikirannya yang sulit dijelaskan melalui kata-kata. Sesekali, kilasan ingatan datang menghampiri, fragmen samar tentang seorang wanita. Ada tawa lembut, ada sentuhan hangat, dan suara yang entah mengapa membuat dadanya bergetar. Tetapi wajah wanita itu selalu kabur, seperti diselimuti kabut yang tidak bisa untuk ia tembus. Semakin Wilson mencoba memusatkan pikirannya, mencoba mengingat siapa wanita itu, kepalanya justru terasa berdenyut hebat, seolah hendak pecah. Rasa sakit itu seringkali memaksanya menyerah, mengalihkan fokusnya pada hal lain. Apalagi, Catherine, Luis, dan Karina selalu berada di sekelilingnya. Mereka tidak henti-hentinya memberikan keyakinan, atau lebih tepatnya, doktrin. Setiap kali Wilson mencoba bertanya tentang

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 93 : Kebohongan Besar Mulai Tercipta

    Hari keberangkatan Juliet dan Thom ke luar negeri pun telah tiba. Suasana pagi itu begitu sunyi, seolah seluruh rumah memahami bahwa penghuninya akan meninggalkannya dalam waktu yang sangat lama. Juliet berdiri di depan jendela, memandangi halaman depan yang basah oleh embun. Hatinya berat, namun tekadnya sudah bulat, demi keselamatan anak-anaknya yang sedang tumbuh dalam kandungan dia akan melakukan apapun yang bisa dilakukannya. Thom muncul dari dalam kamar dengan dua koper besar di tangan. Ia mengenakan jaket tebal dan topi abu-abu yang membuatnya terlihat jauh lebih dewasa dari usianya saat ini. “Kak, mobil jemputan sudah di depan. Kita harus segera berangkat ke bandara,” ucap Thom dengan nada tenang, meskipun ia sendiri menahan kegugupan.“Mobil kakak sudah berhasil dijual, tapi baru dibayar 70% nya, sosialnya akan ditransfer sekitar dua bulan lagi. Tidak perlu khawatir, orang itu bisa dipercayai, kok,” ujar Thom.

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 92 : Wilson yang Begitu Dicintai

    Setelah mendapatkan saran dari dokter di klinik, Thom mengajak Juliet untuk melakukan pemeriksaan lanjutan di Rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara menyeluruh. Meskipun kondisinya masih agak lemah, Juliet berusaha tegar. Ia sadar, kini bukan hanya dirinya sendiri yang harus ia jaga, tetapi juga kehidupan kecil yang sedang tumbuh di dalam tubuhnya. Sesampainya di sana, mereka disambut dengan ramah oleh seorang perawat yang kemudian mempersilakan Juliet masuk ke ruang pemeriksaan. Sementara itu, Thom menunggu di luar dengan perasaan cemas.Perawat itu juga mengarahkan Juliet untuk masuk, menui dokter yang sudah menunggu. Beberapa saat kemudian, Juliet dipanggil untuk melihat hasil pemeriksaan ultrasonografi. Dengan perasaan gugup, ia mulai menatap layar monitor yang menampilkan citra dari dalam rahimnya. “Silakan lihat di sini, Ibu. Tampak ada dua kantung janin. Saat ini usia kehamilan diperkirakan baru sekitar tiga minggu,” jelas sang bidan dengan nada lembu

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 91 : Kehidupan Baru

    Malam itu terasa lebih sunyi dari biasanya. Juliet duduk di pojok kamar, memeluk lututnya sendiri. Matanya sembab, napasnya tidak beraturan, dan tubuhnya sesekali bergetar karena isak yang terus keluar meski sudah ia coba tahan. Setiap sudut rumah itu seperti berbicara, menyuarakan kenangan bersama dengan Wilson. Bantal di sofa, secangkir teh favorit Wilson di dapur, bahkan bekas cetakan kakinya di karpet ruang tengah, semuanya menyayat hati Juliet. Setiap benda, setiap aroma, bahkan keheningan pun terasa menyuarakan nama Wilson dengan begitu jelasnya. Juliet bergumam lirih, “Maaf... Aku janji tidak akan meninggalkan mu... Tapi aku tidak punya pilihan lain, Wilson. Aku benar-benar sedih, tapi aku juga tidak punya pilihan lain. Aku benar-benar tersiksa dengan semua ini. Aku tidak merasakan keputusasaan walaupun aku sudah menjalin hubungan dengan pria lain selama dua tahun. Tapi kenapa berpisah denganmu terasa begitu menyakitkan?” T

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 90 : Tawaran Menyebalkan

    Suara langkah tergesa menggema di lorong rumah sakit. Thom datang dengan napas terengah, langsung menoleh ke kanan dan kiri sebelum akhirnya melihat Juliet duduk di kursi tunggu. Di sampingnya masih ada Reiner. Tanpa memedulikan Reiner, Thom segera menghampiri Juliet dengan wajah penuh kecemasan. “Kak! Bagaimana keadaan Kak Wilson?” tanya Thom dengan cepat. Juliet menatap Thom dan berusaha tersenyum meski wajahnya tampak sangat lelah dan menahan pedih. “Wilson… sudah lewat dari masa kritis,” jawabnya pelan. “Dokter bilang kondisinya mulai stabil... tapi aku sudah tidak boleh menemuinya.” Thom mengernyit bingung. “Kenapa tidak boleh? Kau ‘kan istrinya.” Juliet menunduk, suara napasnya berat menahan emosi. Ia mengeluarkan secarik kertas dari dalam tasnya, lalu memberikannya kepada Thom untuk dilihat. “Aku... aku menandatangani surat perjanjian dari ayah dan ibunya Wilson,” katanya dengan pelan. “Isinya... aku harus pergi dari hidup Wilson. Kalau tidak, mereka tidak a

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 89 : Dia yang Berarti Besar

    Juliet berdiri di depan jendela rumah sakit, memandangi langit yang mulai berwarna jingga. Sejak ia menghentikan langkah kakinya sambil menyeka air matanya. Kabar bahwa Wilson akan segera sadar seharusnya membuat hatinya lega, dan memang begitu, sebagian dari dirinya bersyukur. Tapi di sisi lain, ada luka yang diam-diam menganga dengan begitu parahnya. “Wilson, aku harap kau benar-benar akan bisa hidup dengan bahagia. Maaf karena aku tidak bisa menepati janjiku padamu. Aku juga mencintaimu, sangat...” Keputusan untuk pergi bukanlah karena dia ingin menyerah, tapi karena dia tahu keberadaannya tidak lagi punya tempat di hidup Wilson dan ini adalah bayaran untuk keselamatan pria itu. Ia hanya bayangan yang pernah lewat di masa sulit, dan sekarang saat cahaya kembali datang, bayangan itu harus menghilang sepenuhnya. “Selamat datang kembali, Wilson... dan selamat tinggal. Jaga dirimu baik-baik. Walaupun kecil kemungkinan untuk kita bisa bertemu lagi, Aku akan terus mendoakan seg

  • Malam Panas dengan Atasan Mantan   Bab 88 : Demi Wilson

    Tuan Luis dan Nyonya Chaterine duduk dengan ekspresi dingin di hadapan Juliet, meletakkan selembar surat perjanjian di meja kecil ruang tunggu rumah sakit tempat Wilson berada saat ini. “Apa yang kau tunggu, hah?” nanya Nyonya Catherine dengan ada bicaranya yang terdengar begitu dingin. “Apa Kau bodoh, hah?! Anakku meregang nyawa karena ulahmu! Bagaimana bisa kau mengulur-ngulur waktu seperti ini terus?” Julia tertunduk. Dokumen itu adalah syarat, bukan permintaan. Jika Juliet ingin mereka membantu menyelamatkan Wilson, maka dia harus menandatangani perjanjian untuk pergi dari kehidupan Wilson selamanya, tanpa pernah kembali, apapun yang terjadi nanti. Juliet menatap kertas itu dengan pandangan kosong. Tangannya mengepal erat, matanya dipenuhi air mata yang tidak sanggup dia bendung lagi. Dadanya sesak, seperti ditimpa beban raksasa yang tidak mampu dia angkat. Surat itu begitu kejam, tapi lebih kejam lagi adalah kenyataan bahwa Wilson kini berada di ujung antara hidup dan mati

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status