Home / Romansa / Malam Penuh Gairah Bersamamu / Bab 4. Ketika Kebenaran Menyakiti

Share

Bab 4. Ketika Kebenaran Menyakiti

Author: Dewiluna
last update Last Updated: 2025-03-21 13:45:50

“Ayo kita duduk di sana!”

Restoran itu ramai. Aroma pasta yang baru matang bercampur dengan wangi keju dan saus krim menguar di udara.

Tania duduk di sudut ruangan bersama Lia, Keisha, dan beberapa rekan kerja lainnya. Rachel, manajer mereka akan menyusul karena masih ada beberapa hal yang harus diselesaikan.

“Sekarang bisa katakan padaku apa yang kalian maksud dengan tukang selingkuh?”

Tania begitu penasaran. Sejak siang tadi, ia ingin bertanya. Namun, Rachel memotong pembicaraan mereka.

“Kita belum pesen!” Lia berusaha mengalihkan pembicaraan. Dia menyenggol Keisha, meminta bantuan.

“Bener!” Keisha mengangguk.

Kedua teman Tania sekarang sibuk melihat buku menu. Mereka membiarkan Tania menghela dan terpaksa menuruti kemauan mereka.

“Selamat!” Seruan keras membuat Tania menoleh.

Di sudut restoran yang lain, dia melihat kerumunan yang tidak asing.

Gilang sedang tertawa bersama sekelompok orang. Senyumnya lebar, ekspresinya penuh kebanggaan.

“Ck! Kenapa dia di sini juga, sih?!” Keisha mengomel.

Di sampingnya, Lia hanya bisa mengelus dada. Temannya ini terkadang tidak kenal situasi dan terus saja bicara seenaknya.

“Baiklah, aku merasa sudah cukup bersabar!” Tania meletakkan buku menu di depannya kasar.

Ditatapnya Lia dan Keisha bergantian. “Bicara,” ucapnya menuntut.

Kedua temannya mengkerut di tempat. Akhirnya, satu-persatu mulai membuka mulut.

Keisha menghela berat. "Gilang itu bukan cuma sekali selingkuh, Tan. Udah lama banget dia punya hubungan sama Bu Marcella. Sudah sejak sebelum kamu masuk Grand Velora."

Tania tersentak. ‘Sejak sebelum aku masuk?’ batinnya berteriak tak percaya.

“Iya,” sahut Lia. “Makanya kita kaget pas pertama kali kamu bilang kalau Gilang pacarmu ….”

Tania seketika menunduk. Belum pernah selama hidupnya dia merasa semalu ini.

“Kamu juga ngebanggain Gilang. Kamu bilang karena Gilang kamu bisa diterima di Grand Velora. Dia yang bawa kamu masuk jadi pegawai magang,” sambung Keisha.

Tania mengeluh dalam hati. Jadi enam bulan yang lalu, saat dia masuk pertama kali ke Grand Velora, tatapan yang diberikan rekan kerjanya ini bukan tatapan kebencian, melainkan pandangan iba.

“Gimana kita bisa kasih tau kamu?” Lia berucap serba salah. “Kamu juga kan bilang kalau kalian udah bertunangan dan mau menikah tahun depan.”

Keisha mengangguk. “Kita enggak mau jadi orang yang buat rencana pernikahan kamu gagal.”

Tania memegang pelipisnya yang terasa nyeri sekarang. Dia tidak menyangka. Menjalin hubungan bertahun-tahun dengan Gilang, tapi dia masih tidak mengenal kekasihnya sendiri.

“Sorry, Tan,” ucap Lia dan Keisha bersamaan.

Tania mengepalkan tangan di bawah meja. Semua orang tahu? Semua orang melihat? Dan tidak ada satu pun yang memberitahunya?

“Kita juga udah tau gosip Gilang yang diangkat jadi Front Office Manager dari kemarin, tapi kamu kayaknya lagi enggak mau diganggu.”

Lia membuat senyum terpaksa. “Kita juga enggak tau kalau mereka ngerayain di sini.”

Pandangan mereka tertuju ke meja Gilang. Tania melihat sebuah kue besar di sana.

Gilang menerimanya dari seorang wanita. Wanita yang sama yang dia dapati ada di dalam kamar sedang bercumbu dengan kekasihnya kemarin.

“Mereka benar-benar enggak tau malu!” Keisha mendesis kesal. Lia pun ikut memaki bersama sang teman.

“Bu Marcella memang udah dari lama deket sama Gilang. Dia enggak peduli sama statusnya.”

Tania melirik ke arah yang ditunjuk oleh Lia. Di sebelah Marcella, ada seorang pria.

Pria berpakaian rapi dengan jas yang licin duduk di samping Marcella. Tania, sungguh merasa tidak asing dengan pria itu.

“Itu Pak Romi, suami Bu Marcella.” Lia seolah tahu apa yang Tania tanyakan dalam benaknya.

‘Jadi Gilang berselingkuh dengan wanita bersuami?’

Berselingkuh dengan istri orang. Gilang bukan hanya lelaki tak berotak, tapi juga tak bermoral.

Tania tak tahu lagi apa yang lebih buruk dari ini.

“Bu Marcella itu pelukis terkenal. Dia sponsor penyumbang lukisan di Grand Velora.”

Keisha menggeleng kecewa. “Padahal hidupnya sudah sempurna, tapi dia malah mencari masalah dengan berselingkuh.”

Tania tidak mengerti. Lia dan Keisha mengenal Marcella. Keduanya bahkan sudah mengetahui perselingkuhan itu sejak lama, tapi kenapa?

“Kenapa kalian tidak melaporkan perselingkuhan itu?”

Tidak adil untuk suami Marcella, dan tidak adil juga untuk Tania. Ketidakadilan seperti itu, kenapa tidak ada yang membicarakannya?

Lia dan Keisha saling pandang. Terlihat keduanya bingung menjawab pertanyaan Tania.

Karena tak kunjung mendapatkan jawaban, Tania mengulang pertanyaannya lagi. "Kenapa enggak ada yang melapor?" desisnya.

Senyap. Hanya dentingan piring dan sendok di restoran yang terdengar.

"Karena itu Marcella," bisik Lia, pelan. "Istri Pak Romi, General Manager kita."

Kepala Tania terasa berputar.

Jadi Marcella bukan hanya selingkuhan Gilang—dia juga istri GM Grand Velora?!

Matanya kembali menatap pasangan itu. Gilang tampak begitu santai, tertawa tanpa beban. Seolah tidak ada yang salah dengan perbuatannya.

“Salah-salah, kita yang dipecat, Tania.” Lia mengeluh. “Aku enggak mau dipecat.”

“Cari pekerjaan itu sulit. Apalagi di hotel bintang lima seperti Grand Velora,” sambung Keisha.

Tania mengepalkan tangan. Dia tak bisa menyalahkan kedua teman-temannya. Bisa apa pegawai bawahan melawan para atasan?

"Kalau begitu, aku yang akan melaporkannya."

Lia tersedak. "Apa?"

Keisha menegang. "Tania, jangan gegabah! Itu—"

"Aku sudah muak," potong Tania tegas. "Aku akan menemui Pak Romi sekarang juga."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   S2 Bab 21

    “Ah, sudah sampai.” Tania mengalihkan pembicaraan dengan menunjuk ke arah jendela. Sedikit beruntung karena mereka tiba di rumah Anggi pada waktu yang tepat. Tania bisa mengalihkan pembicaraan. Ia kewalahan karena Rafael terus bertanya kapan dan di mana mereka akan bertemu dengan Bryan nanti. Tania langsung turun ketika mobil berhenti. Ia gegas mengetuk pintu setelahnya. Wajah Tania menjadi tiga kali lebih cerah saat melihat Zayne di depannya. Saat bersama Zayne, tak akan ada lagi pembicaraan tentang pekerjaan. “Kalian mau makan malam dulu di sini?” Anggi menawarkan ramah. Tania langsung menggeleng, karena ia tahu Rafael tak akan mampu menolak. Rafael tak pernah mengatakan tidak pada apapun yang kedua orang tua Tania katakan. “Nanti ngerepotin, Bu. Tania sama Rafael juga belum nyiapin apa-apa. Mungkin akhir pekan nanti, atau Ibu pilih aja waktunya. Asal kasih tau ke Tania lebih awal.”Anggi dengan berat hati mengangguk.

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   S2 Bab 20

    “Iya, aku mau lantainya berlapis marmer. Buat semewah mungkin.”Tania meringis sekilas saat ia mendengar suara Rafael. Baru saja Tania membuka pintu, tapi ketegangan dalam ruangan itu sudah sampai padanya. Rafael benar-benar serius saat mengatakan jika ia ingin membuat tingkat yang lebih tinggi dari pelanggan VIP. Suaminya itu benar-benar menyiapkan segalanya. Helaan napas Tania terdengar berat. Ia teringat kembali dengan kejadian beberapa hari lalu saat dirinya bertemu dengan Bryan. Kecupan itu, dan juga penolakan kontrak yang dibuat oleh Bryan. Tania masih merasa kesal sampai hari ini. “Sayang?” Rafael langsung menghampiri Tania. Seketika, lamunan Tania selesai. Ia harus fokus pada Rafael yang sedang ada di depannya, atau sang suami bisa mencium keanehan. “Apa aku mengganggu? Kamu belum selesai bekerja?” Rafael langsung menggeleng. Ia menunjuk Dika yang memang selalu berada di sampingnya untuk melanjutk

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   S2 Bab 19

    “Apa kamu sedang mengancamku?” Wajah Tania berubah penuh kemarahan. Ia tidak suka pada Bryan yang menggunakan cara kotor seperti ini. Bryan menjebaknya! “Tidak, Sayang.” Bryan membelai pipi Tania lembut. “Aku tidak sedang mengancam, hanya memastikan jika kamu akan terus ada di sisiku.”Tania melotot tak percaya. Tepat saat ia berniat membalas ancaman Bryan, terdengar suara teriakan dari luar. “Maaf!” Meski baru pertama kali bertemu, Tania tahu jika itu adalah suara Erik. Pria itu di luar sana seolah memberitahu jika ia sudah dekat. Jika mereka sudah dekat, Erik dan Farah tentu saja. Tania bergegas duduk kembali di tempatnya. Ia mengabaikan Bryan sempurna, seolah tak pernah terjadi apapun di antara mereka sebelumnya. “Aku benar-benar minta maaf.” Erik masih saja memohon meski pintu ruang VIP sudah dibuka oleh Farah. Tania dan Bryan menoleh bersamaan dari tempat duduk mereka masing-masing. De

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   S2 Bab 18

    “Ternyata kamu adalah orang yang licik, Mr. Ziv,” sindir Tania. Makanan di depannya terabaikan. Ia sibuk memandang Bryan dengan tatapan tajam. “Aku menyebutnya penuh strategi, bukan licik.” Bryan melebarkan senyum. Senyum yang membuat Tania segera mengalihkan pandang. Ia sungguh tak ingin Bryan melihatnya terpesona oleh senyum itu. Lelaki itu benar-benar memanfaatkan ketampanannya dengan baik. “Aku terus menunggu pesan darimu.” Bryan mengangkat tangan, menunjukkan bekas jahitan di sana. “Padahal aku sengaja membuat ini agar kamu peduli, tapi kamu sama sekali tak menghubungi aku.”Bryan memiringkan kepalanya. Pria itu menilik ekspresi wajah Tania. Mati-matian Tania berusaha agar tak terlihat tegang. Namun, apa daya. Mata elang Bryan berhasil menangkap kegelisahannya. “Ini masih sakit, Tania.”Bryan terus membuat Tania terpojok. Ia akhirnya menghela sebelum balas menatap Bryan. “Itu sudah

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   S2 Bab 17

    “Selamat pagi Mr. Ziv, saya ingin mengajukan kerja sama untuk wine eksklusif—”Tania menghela lelah. Ia sudah merangkai kata dengan baik, sekarang tinggal mengirimkan pesannya. “Kurasa aku harus menanyakan tentang keadaan tangannya juga. Ini bukan bentuk perhatian, tapi hanya kepedulian antar sesama manusia.”Setelah menambahkan pertanyaan pada pesan yang dikirim, Tania kembali duduk di kursinya. Ia menunggu tidak sabaran. Jari-jemari Tania mengetuk meja berkali-kali. Baru semenit, tapi terasa seperti sejam. Kenapa Bryan belum juga membalas pesannya? Apa Bryan sibuk? Ini kan jam istirahat. Farah bahkan sedang makan di luar. “Apa ia mengabaikan aku?!” Benak Tania penuh dengan tuduhan. Ia mulai membayangkan jika Bryan sengaja melakukan itu agar Tania merasa kesal. Dan sungguh, Bryan berhasil. “Apa aku harus menelponnya?” Jari Tania berhenti di atas tombol hijau. “Haruskah?” Tanpa menunggu, Tania me

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   S2 Bab 16

    “Penjualan wine Grand Velora naik pesat.” Laporan itu membuat senyum Tania merekah sempurna. Ia sedang berada di ruang meeting. Mereka sedang melakukan rapat bulanan seperti biasa. “Semua berkat Bu Tania, yang berhasil mendapatkan kontrak eksklusif dengan Mr. Ziv.” Di kursi utama dalam ruangan, Rafael mengulum senyum senang. Tania ikut merasa puas. Setelah bertahun-tahun, akhirnya ia diakui di dalam Grand Velora. Bukan karena statusnya sebagai istri Rafael, tapi karena usahanya sendiri. “Kalau begitu, kita harus membuat rencana yang lebih besar.” Rafael meminta peserta rapat untuk memberikan ide. Banyak manajer mengacungkan tangan dan menyampaikan usul. Namun, belum ada satu yang benar-benar membuat Rafael tertarik. Karena waktu istirahat sudah tiba, Rafael mengakhiri rapat dan meminta agar ide-ide dari rapat hari ini ditampung dan disampaikan padanya lewat Dika. “Tania, tetap di sini.” Rafael meminta Tania tidak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status