Beranda / Romansa / Malam Penuh Topeng / Dia yang Tak Terlupakan (Bagian 2)

Share

Dia yang Tak Terlupakan (Bagian 2)

Penulis: Yuan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-04 11:36:37

“Aku tak percaya kau membawaku kemari.”

Dimitri tertawa, memperhatikan orang-orang yang lalu lalang. Para debutante duduk bersama keluarga mereka, beberapa anak memainkan lempar lingkaran dan bola, beberapa melayangkan layangan.

Para bangsawan berkumpul dan berbisik, memperhatikan gadis-gadis yang melewati mereka sebelum melanjutkan pembicaraan.

Promenade penuh dengan taktik perjodohan — gerakan kipas, pandangan mata, dan senyum penuh hormat. Dia mungkin akan menikmatinya jika itu bukan karena dia terlalu memikirkan malamnya bersama Aya.

“Ayolah,” mulai sepupunya. “Aku yakin kau akan menemukannya.”

Alaric berdeham, memperbaiki pakaiannya sebelum berjalan mengikutinya. “Apa yang membuatmu begitu yakin bahwa dia ada?”

“Entahlah,” dia membalas. “Aku juga tak yakin sebenarnya — tapi setiap debutante tahun ini akan berada disini. Aku yakin dia juga. Jika dia tak ingin, aku yakin ibunya akan membuatnya berada disini.”

Mungkinkah?

Dia melihat betapa gelisahnya Aya ketika dia belum menemuinya, dia tak yakin jika gadis itu adalah orang yang didampingi dan diajarkan oleh orang tuanya tentang apa yang terjadi di dalam sebuah pesta — terutama di dalam pesta yang tak mewajibkan mereka untuk membawa pendamping.

Atau mungkin ini adalah tahun pertamanya?

Alaric menatap para gadis, berjalan bersama ibu mereka, beberapa ditemani ayah atau kakak mereka. Beberapa membungkukkan diri padanya, mengenali baik dia dan putra sang duke.

Dimitri tersenyum pada mereka, mengangguk sopan sebelum beralih padanya. “Belum menemukan gadismu?”

“Sudah kubilang bahwa aku ragu untuk dapat menemukannya disini.”

Sepupunya tertawa. “Salahku.”

Seseorang memanggil mereka dan keduanya menoleh, memperhatikan seorang laki-laki dengan jas peraknya, topi tinggi menutupi wajahnya dari sinar matahari, namun cukup untuk membuat mereka melihat wajahnya.

Dia dapat melihat Dimitri berbinar. “Mistwatcher.”

Dan barulah Alaric mengenali putra sulung sang marquess.

Julian Mistwatcher tersenyum kecil. “Sudah lama sekali sejak aku melihatmu, Fernthier,” ucapnya sebelum menarik ujung topi padanya. “Yang Mulia.”

“Senang bertemu denganmu, Tuan Mistwatcher.”

Dia tersenyum kembali. “Apa Duke dari Flarevana juga ikut bersamamu, atau hanya kau yang datang untuk musim ini?”

“Sayangnya, hanya aku dan adikku yang datang, Mistwatcher. Aku akan menemaninya untuk dua musim ke depan.”

“Oh,” ucapnya, mengingat. “Silvia kecil.” Dimitri mengangguk, tersenyum untuk membenarkan. “Bukankah dia seumuran dengan adikku, Diora?”

Alaric menoleh pada sepupunya, menaikkan alis. Diora. Dia akhirnya memahami binarnya ketika menyadari bahwa Julian Mistwatcher berada disana. Dengan berbagai percakapan mereka, dia tahu bahwa sepupunya menyimpan hati untuk seorang gadis yang dia sebut sebagai teman kecilnya.

Diora, Diora, dan Diora.

Dia seharusnya tahu.

Dimitri masih mengulas senyumnya. “Aku takkan melupakan Nona Mistwatcher.”

Pangeran itu menghembuskan nafas, berdecih, sementara putra sang marquess hanya tersenyum, menganggukkan kepala. “Nah, aku harap kalian memiliki agenda promenade yang menyenangkan,” ucapnya pada akhirnya. “Fernthier. Yang Mulia.”

Keduanya mengangguk, memperhatikannya pergi.

“Diora?” ulangnya. “Diora Mistwatcher?”

“Jangan terlalu keras, Sepupu,” tahannya. “Kau akan membuatku seperti mengincar seseorang di bawah tahunnya.”

“Tapi kau memang,” tegurnya. “Aku seharusnya tahu. Kau membawaku kemari bukan untuk mencari Aya-ku. Kau hanya ingin mencari tahu jika keluarga Mistwatcher berada disini.”

Dimitri menarik nafas. “Kau seharusnya tidak berprasangka buruk padaku,” dia membela diri. “Bagaimana bisa kau melakukan itu padaku.”

“Mengingat bagaimana kau memanfaatkanku.”

Sepupunya tertawa. “Kau tak memberitahuku detailnya,” dia berucap pada akhirnya. “Bagaimana wajahnya, siapa namanya. Jika kau bisa mengatakannya padaku, aku mungkin bisa membantumu.”

“Dia terlihat seperti–”

Alaric terdiam. Ingatannya kembali ketika Aya mengangkat kepala, mendongak untuk melihatnya sementara dia menyapukan tangan pada rambut yang ada di dahinya. Gadis itu terengah, mencapai puncak yang dia berikan padanya, menatapnya ketika dia mengecup bibirnya.

“–seperti malaikat.”

Dimitri membuka mulut, menghela nafas. Dia tak tahu apa yang ada di pikirannya, namun kurang lebih yakin bahwa sepupunya itu tengah merutukinya dalam hati. Tapi memang benar. Jika dia memiliki sayap dan halo, Alaric akan dengan senang hati mencium jejak kaki yang dia pijakkan.

“Nah,” gumam sepupunya, meraih topinya untuk mengenakannya kembali. “Tak ada titik balik untukmu, Sepupu.”

Tentu saja. Dia sudah tahu itu.

“Aku sarankan padamu untuk mengatakan ini semua pada Yang Mulia Ratu,” ucapnya. “Aku sangat yakin bahwa dia akan begitu bahagia ketika menyadari putranya sudah sangat jatuh cinta telak pada seorang gadis.”

“Aku sangat yakin itu,” ujarnya, mengakui, berjalan kembali bersamanya melalui bata. “Kecuali fakta bahwa aku tak bisa menemukannya — dan itu akan membawa kita pada fakta lain dimana aku tak bisa mempersembahkannya di ruang singgasana.”

“Oh, itu akan membuatnya marah.”

Marah besar.”

Oh, Alaric,” ucap Dimitri, menirukan ibunya. “Aku ingin kau menemukan istri, bukan gadis khayalan yang gagal kau berikan padaku.”

Pangeran itu tertawa. Ibunya telah terlalu sering menjegalnya tentang urusan pernikahan, terutama ketika dia sudah menjadi putra mahkota dan belum menemukan tandingannya — bahkan ketika dia mulai beranjak dewasa.

Dia justru menghabiskan waktu bersama Dimitri dan terkena pengaruhnya (atau mungkin pengaruh para bangsawan lainnya di dalam klub). Hingga di waktu ketika Earl Greyhound mengadakan sebuah pesta topeng tak resmi dan dia menemukan kesempatannya untuk pergi sendirian tanpa pendampingan ibunya.

Mungkin itu adalah rencana yang buruk.

Atau berubah menjadi sebuah anugerah.

Dia menemukan Aya disana — gadis yang kini menghilang dari seluruh hidupnya seolah dia tak pernah ada, menyisakan kerlap-kerlip di rambutnya dan kenangan bibir dan kulit di dalam benaknya.

Dan dia tak mampu mengatakan pada ibunya bahwa dia telah jatuh total padanya.

“Jadi apa yang akan kau katakan padanya?”

Alaric menjauhkan diri dari pikirannya sendiri. “Siapa?”

“Kau,” ujar Dimitri. “Pada ibumu."

Pangeran itu mengalihkan pandangan. Untuk sekarang, dia takkan tahu apa yang akan dia katakan. Mungkin dia akan menyimpannya untuk dirinya sendiri hingga dia mampu menemukan Aya.

Mungkin itu takkan pernah terjadi.

Mungkin ibunya akan menyerah menunggunya menemukan orang yang dia inginkan dan berakhir menjodohkannya dengan seseorang yang dia pilih. Pikirannya mulai menimbang mana saja putri-putri dari orang kenalan sang ratu, menghela nafas.

Dimitri menepuk perutnya dengan punggung tangan, menatap lurus ke depan.

Alaric mengikuti pandangannya, melihat seorang laki-laki yang sangat dia kenali, pakaiannya persis dengan orang yang selalu dia lihat di samping ibunya. Orang itu berdiri di depan mereka, menghela nafas. Dan bahkan sepupunya ikut menahan setiap udara di paru-paru bersamanya.

“Yang Mulia,” panggilnya, membungkukkan kepala. Alaric mengangguk, menunggu. “Yang Mulia Ratu ingin anda menemuinya.” Dia menoleh pada sepupunya. “Dia juga mengundang anda untuk teh, Lord Fernthier.”

Dimitri menunjuk dirinya sendiri, berkedip penuh rasa terkejut. Sementara sang pangeran menghela nafas, menepuk pundak sepupunya sebelum berjalan mengikuti valet sang ibu, berangkat ke istana.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Malam Penuh Topeng   Epilog

    Enam tahun kemudianBloomingflame adalah sebuah pedesaan yang sangat sunyi. Begitu sunyi hingga bahkan teriakan Hiraya dapat terdengar malam itu.Sang putri mahkota telah memutuskan untuk menghabiskan masa kehamilannya yang kedua di rumah ibunya, mengulang apa yang Viscountess Clearwing alami selama dia memilikinya.Sang putra mahkota berada di luar, menggendong putra mereka yang dalam diam mengkhawatirkan ibunya.“Dia akan baik-baik saja,” Alaric meyakinkan. “Ibumu adalah orang yang kuat. Dia akan melahirkan adikmu dan segera kembali pada kita.”Vien menganggukkan kepala, namun terus mengeratkan pelukannya pada sang ayah, meneteskan air mata ketika mendengar ibunya berteriak kembali.

  • Malam Penuh Topeng   Pada Akhirnya (Bagian 3)

    Pesta dansa terakhir berada di Flarevana, tepat di kediaman putra sang duke dan istrinya — Dimitri dan Diora Fernthier.Itu berarti bahwa mereka yang diundang akan pergi dan diberikan penginapan selama mereka tinggal untuk pesta dansa tersebut. Termasuk pada putra dan putri mahkota kerajaan mereka.Hiraya mengintip dari jendela kereta mereka, sementara Alaric berada di depannya. Gadis itu tersenyum kecil, sementara suaminya menyentuh tangannya, menggenggamnya erat.“Ini adalah kali pertamamu datang kemari, benar ‘kan?”Dia menganggukkan kepala, tersenyum. “Kau sudah sering kemari?”“Tentu saja,” ucapnya. “Keluarga Fernthier adalah sepupu kita — aku telah menghabiskan

  • Malam Penuh Topeng   Pada Akhirnya (Bagian 2)

    Hiraya dapat merasakan seluruh pasang mata menghadap ke arahnya. Ruang singgasana begitu luas, dan mereka memberikan jalan padanya melalui jalur karpet merah menuju Alaric, bersama dengan sang raja dan ratu yang menunggu di depannya.Tidak.Dia berusaha untuk tidak menyentuh tangannya yang bergetar, sementara sepatu yang membawanya ke arah mereka teredam, menutup gema yang seharusnya ada ketika dia menapaki lantai marmernya.Akan sangat aneh jika dia mundur dan melarikan diri. Namun Hiraya dapat merasakan sesak di dadanya, dia terlalu gugup untuk ini.Berjalan menuju mereka terasa begitu mudah, namun sulit di saat yang sama. Takkan ada kesempatan untuk berbalik ketika dia sudah sampai di ujung sana.Dia akan benar-benar menja

  • Malam Penuh Topeng   Pada Akhirnya (Bagian 1)

    Sepanjang hidupnya, Hiraya tak pernah mengira bahwa dia akan menjadi salah satu dari daftar yang langsung diterima sang ratu ketika dia mengundangnya untuk datang dan minum teh di serambinya.Sang ratu duduk di depannya, menyeruput teh yang disediakan, bersamaan dengan kue yang telah dengan hati-hati Eloise susun di atas meja.“Aku yakin kau memiliki alasan untuk memanggilku kemari, Lady Clearwing,” ucapnya. “Kau takkan mengundangku kemari tanpa alasan.”Hiraya meletakkan cangkirnya, menghela nafas.Dia dan Alaric telah meninggalkan pesta pernikahan Fernthier lebih cepat, tepat setelah mereka menerima dokumen-dokumen dari Sir Phillips. Dan Hiraya telah menghabiskan malam dengan memilah dokumen yang akan diinginkan sang ratu, bersama dengan menyusu

  • Malam Penuh Topeng   Penentuan (Bagian 4)

    Kediaman keluarga Mistwatcher dipenuhi hiruk pikuk orang-orang, makanan disediakan di meja-meja bertaplak putih, sementara minuman berada di ujungnya.Diora berkeliling dengan gaun pengantinnya, putih bersih dengan pita mengelilingi rambutnya. Gadis itu tersenyum, menerima ucapan selamat dan memberikan terima kasihnya pada tamu-tamu yang datang.Hiraya mengawasinya dari salah satu meja, tersenyum kecil hingga temannya itu mendatanginya, minuman masih berada di tangan.“Lady Fernthier,” sapanya, membuat Diora tertawa, memeluk lengannya erat. “Kau benar-benar sangat bahagia ya?”“Tentu saja,” ucapnya. “Menurutmu dia akan segera melakukannya?”Hiraya merasakan jantungnya berdetak.

  • Malam Penuh Topeng   Penentuan (Bagian 3 — 18+)

    Hiraya memperhatikan dirinya di depan cermin, rambutnya telah tersisir dan terlepas dari ikat dan jepit — Eloise telah mundur dari ruangannya dan kembali sementara malam semakin larut.Dia menundukkan kepala, memainkan kalung yang ada di lehernya dan melepasnya, meletakkannya di atas meja riasnya. Bahkan saat itu, dia dapat melihat wajah Alaric yang tersenyum memperhatikannya dari cermin.“Apa apa?” sahutnya, mengetahui bahwa pangeran itu tengah duduk di ranjangnya. “Berhenti memperhatikanku.”Alaric tertawa, berbaring disana walaupun mengalihkan sisi tubuhnya hingga dia masih dapat terus memperhatikannya. “Kau sadar akan pandanganku?”“Setelah terlalu lama, aku akhirnya bisa menyadarinya bahkan ketika aku tak dapat melihat kehadiranmu.”

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status