"Tolong lepasin, Om ...," pinta Gaia dengan air mata sudah berderai."Hey, jangan nangis. Ini Kak Atha," kata lelaki itu lalu melepaskan kostumnya dan mengulas senyum kala mata Gaia menatap ia dengan berkaca-kaca."Ihh ... Ka Ata jahat," pekik Gaia lalu memukul lelaki itu membuat Atha mengaduh pelan. "Maaf, ya sudah. Sebagai gantinya Kak Atha traktir deh," tawar Atha membuat Gaia mendengkus lalu mengangguk pelan."Sudah dong cemberutnya, jelek tau," ledek Atha membuat Gaia geram dan mencubit lelaki itu. "Eh, adu. Sakit Gaia," keluh Atha dan Gaia tertawa senang. "Biarin! Ka Atanya nyebelin sih," ketus Gaia lalu bersidekap dan melangkah pergi. "Kamu mau kemana," kata itu keluar kala Gaia melangkah."Katanya mau neraktir, ayo cepat! Siap-siap aja isi dompet Ka Ata habis," sahut Gaia membuat Atha terkekeh lalu mengikuti langkah gadis tersebut."Silahkan my princess, kamu mau beli apa," kata Atha kala membukakan pintu alfamart dan Gaia langsung tersenyum sumringah dan berlari mengambil
"Mendarat sampe rumah dengan selamat, bahkan uang di dompetku sampe habis nih. Si Gaia ngerjain habis-habisan," ujar Atha seraya mengeluh lelaki itu mendaratkan bokong di kursi dan menyodorkan struk pembayar yang tadi. Arka langsung mengambil struk pembayaran itu. Ia memandang kertas yang berisi apa saja belanjaan Gaia dan nominalnya. "Dia gak bakal morotin, kalau gak dikerjain duluan. Apalagi dibikin ampe nangis," ucap Arka dengan sinis dan menatap Atha yang hanya menyengir. "Hehehe ... udah kan, keluar dulu ya. Mau lanjutin kerjaan," pamit Atha lalu berlari keluar ruangan Arka. "Dasar!" Cibir Arka lalu merogoh saku yang ternyata handphonenya berdering. "Assalamualaikum, Papa!" pekik Gaia melambaikan tangannya diikuti Mona yang mengulas senyum walau tak terlihat oleh Arka karna yang memegang ponsel adalah Gaia. "Walaikumsalam, kalian sudah pergi," sahut Arka seraya bertanya dan dibalas anggukan perempuan itu."Gaia, itu ada toko buat peralatan bayi, ayo kesana!" ajak Mona, mata
*** "Mama ... kok Mama terus yang beli ini itu, Gaia kapan nih," keluh Gaia, perempuan itu akhirnya lesengan duduk di lantai menunggu sang Mama yang tengah memilih. "Eh, maaf, Sayang. Mama kesenangan liat ini itu buat calon adikmu, ayo abis ini kita beli sepatu dan beli makanan Mama laper nih," ujar Mona membuat Gaia langsung berdiri mengikuti sang Mama untuk membayar belanjaan. "Akhirnya Gaia bisa pilih-pilih sepatu," ujar gadis itu membuat Mona meringis, sang Mama mengikuti Gaia yang melangkah mencoba ke sana dan kemari. "Kalau kamu suka, beli beberapa sepatu, Sayang. Ini sebagai permintaan maaf, Mama," seru Mona lalu disambut pelukan gadis kecil itu dan lekas mengambil beberapa sepatu yang ia coba tadi. "Udah belum Gaia? perut Mama udah bunyi nih, malu," seru Mona membuat Gaia menoleh lalu mengangguk membawa beberapa sepatu yang akan di beli."Biar aku yang baca belanjaan, Mah. Mama bayar sepatu aku aja dulu," ujar Gaia membuat Mona mengangguk dan memberikan belanjaan milikny
"Kalian ayo cepat pesan, katanya udah laper pake banget, kan," ujar Aurel yang dibalas anggukan Gaia, gadis itu tengah memilih makanan yang akan di pesan lalu bilang pada Aurel. "Udah itu aja, Gaia?" tanya Aurel sekali lagi lalu dibalas anggukan mantap Gaia. "Kalau kamu apa nih, Mon. Gaia udah milih tuh, jangan sungkan sama aku mah, ayo milih atau mau aku pilihkan," celetuk Aurel yang dibalas gelengan Mona."Biar aku aja yang milih," kata Mona lalu wanita itu memegang buku menu dan memilih, mereka akhirnya berbincang seraya menunggu hidangan.Kala hidangan datang, mereka langsung menyantap. Gaia sangat lahap menyuapkan makanan ke mulut. Pipi yang masih terlihat tembem membuat beberapa orang gemas melihatnya. Aurel tak tahan mengeluarkan tawa lalu segera menyodorkan tisu. "Elap bibirmu, pelan-pelan aja Gaia. Makanan ini gak bakal lari," ujar Aurel yang hanya disambut cengiran Gaia."Enak makanannya Ka, lagian aku laper banget. Nungguin Mama lama banget belanja," seru Gaia membuat Mo
"Akhirnya, aku harus segera bersiap-siap," ucap Mona dengan bersemangat, ia memberikan area pribadinya dengan air lalu mengganti celana dalam dengan yang bersih. Mona mulai menikmati rasa sakit yang menyerang. Ia memang menunggu moment ini, walau rasanya ... sudahlah sulit banget dijelas. Yang pasti wanita kala telah merasakan itu, malahan ingin hamil lagi. Ada juga beberapa perempuan, pengen berbadan dua tapi gak mau merasakan sakit melahirkan. Termasuk trauma kayanya ya? Atau entalah. Tak paham. "Mama," teriak Gaia kala membuka pintu kamar Mona, membuat sang Mama menoleh kala tengah mengambil persiapan di dalam lemari. "Ada apa, Gaia?" tanya Mona menutup lemari kala telah mengambil tas yang berisi persiapan. "Gaia tadinya mau tidur bareng Mama, eh. Mama mau ke mana bawa tas besar gitu?" tanya Gaia mendekat dan mendaratkan bokong di ranjang. "Calon adikmu kayanya mau keluar, Sayang. Mendingan telepon Papa gih! Biar kita cepet pergi ke bidannya," ujar Mona seraya menyuruh membuat
Adzkia sampai saat anak Mona telah berada diluar. Senyuman bahagia terukir di bibir kala melihat sang cucu. Wanita paruh baya itu bergegas ke sini, takala melihat postingan Mona yang mengatakam meminta doa karna hendak melahirkan. "Cucu nenek ganteng banget sih," kata Adzkia kala sang cucu telah dibedong. "Adik aku dong, Nek. Harus ganteng, kan Kakaknya cantik," seru Gaia memamerkan senyuman tengilnya membuat Adzkia terkekeh dan mengacak-acak rambut Gaia. "Awas lho Nenek, ingkar janji. Jangan ampe pilih kasih ya sama aku atau dede," ancam Gaia membuat Adzkia tergelak lalu menutup mulut dengan telapak tangan."Nenek jangan berisik," ucap Gaia dibalas anggukan Adzkia. "Iya-iya, Nenek tadi kelepasan. Abisnya kamu lucu banget, tenang aja, Nenek gak bakal pilih kasih, karna kamu yang membuat Nenek pertama kali merasakan bagaimana memiliki cucu," tutur Adzkia membuat Gaia mengulas senyum lalu memeluk Adzkia dan dibalas wanita itu. "Nenek, coba gendong Dede. Gaia mau cium pipinya, gemes
"Gak papa, Mas. Ya sudah, aku pulang lagi aja ya, gak baik kalau berdua di apartemen gini," balas Aurel yang langsung disambut gelengan Kean. "Jangan, karna kamu sudah wow gini. Ayo sebagai gantinya kita dinner aja," kata Kean membuat yang awalnya hati Aurel kecewa berubah menjadi berbunga-bunga. "Tapi, apa kamu gak capek, Mas?" tanya Aurel kala mengetahui jam pulang kerja lelaki itu."Buat kamu mah gak bakal capek, Sayang. Kan cuma dinner, bukan lari maraton ini," seloroh Kean membuat Aurel tergelak dan perempuan itu memukul lengan sang calon suami. "Cantiknya calonku kalau lagi ketawa gini, semoga aku selalu buat kamu bahagia," tutur Kean membuat Aurel terdiam lalu rona merah mulai merambat ke pipi sampai perempuan itu menutup wajahnya. "Apaan sih! Sana mendingan kamu ganti baju. Katanya mau ajak aku dinner," usir Aurel kala mendengar Kean terkekeh dan meniup telinga gadis itu. "Iya-iya, my queen. King-mu ini segera berga
Adzkia begitu fokus menimang sang cucu. Sedangkan Gaia, gadis itu terlelap lagi. Beruntung sang mertua tidak tau jika menantunya tertidur, kalau saja ketahuan bisa gawat. Wanita paruh baya itu akan terus mengomel."Udah sampe," kata Arka setelah memarkirkan mobil, beruntung Mona sudah terbangun dari tidurnya. "Kalian disini aja dulu, aku buka pintu dulu," ujar Arka yang dibalas anggukan semua, sedangkan Gaia masih terlelap. "Gaia masih tidur, apa Mama bangunin aja?" tanya Adzkia membuat Mona menoleh menatap mereka."Gak usah, Mah. Biar nanti Mas Arka gendong aja. Kasian pasti badannya pegel-pegel pas tidur disana," ujar Mona yang dibalas anggukan Adzkia. "Iya, ini aja masih kerasa pegelnya," tutur Adzkia lalu menimang cucunya yang menangis membuat Gaia yang terlelap terbangun. "Ayo sini, Mas bantu," kata Arka membuka pintu lalu memapah Mona. "Aku masih ngantuk, lagi malam gak bisa tidur. Dede nangisnya kenceng banget." Gaia mengucek-ngucek matanya lalu keluar mobil dan masuk ke k