Share

Black Hat Hacker

Author: Nia Kannia
last update Huling Na-update: 2025-05-30 09:44:51

“Gimana bisa foto itu hilang semua, Pak? Bahkan akun-akun gosip yang udah repost juga lenyap.”

Suara Bima terdengar pelan tapi penuh tekanan. Di tangannya, sebuah tablet menunjukkan dashboard pemantauan digital—kosong. Bersih. Seolah badai semalam hanya mimpi buruk kolektif yang tak pernah terjadi.

Rayyan berdiri di balik kursi dengan punggung menghadap jendela. Tangannya menyentuh dagu, dan pikirannya masih belum menyambung. Bahkan terasa mengambang.

“Kita gak minta take down, kan?” tanyanya pelan.

Bima menggeleng. “Saya cek semua kanal legal, komplain resmi, tim PR internal juga gak bergerak ke arah situ. Kita baru siapkan draf pengajuan pagi ini. Tapi semua udah lenyap bahkan sebelum laporan dikirim.”

Rayyan diam. Ada yang tidak biasa. Bahkan terlalu rapi untuk jadi aksi legal murni.

“Kalau begitu siapa yang melakukan?” gumamnya lirih.

***

Tak bisa dipungkiri jika riak mulai muncul di lingkungan perkantoran Cellofath Group.

Pagi itu, seorang manajer marketing menunduk sambil berbi
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Saulina Simbolon
itu mah kerjaan Azzam, papa mertuanya
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Catatan Kelam

    “Aku tahu kamu ngintip aku tadi malam, Mas.”Rayyan yang sedang memilih dasi langsung menoleh cepat. Lysandra duduk di meja rias sambil menyisir rambutnya. Matanya menatap tajam melalui pantulan cermin—seperti detektif yang baru saja menangkap basah tersangka di tempat kejadian.“Apa? Ngintip apa?” Rayyan berusaha tenang, tetapi sepertinya gagal.Lysandra menyipitkan mata. “Ngira aku tidur? Padahal aku cuma pura-pura merem.”Rayyan mengangkat tangan, menyerah. “Siapa suruh kamu cantik dan mempesona luar biasa walau pas lagi tidur?”Lysandra mencibir. “Masih pagi, udah mulai modus.” Rayyan tertawa pelan. Ia mendekat, mengambil dasi, dan menyodorkannya. “Kalau kamu gak bantu pasangin, aku bisa telat ngantor, nih.”Lysandra berdiri lalu mengambil dasi itu dan mulai mengikatkannya ke leher Rayyan dengan gerakan cekatan.“Bisa telat cuma gara-gara dasi? Enggak mungkin,” ucapnya lirih sekali, tetapi Rayyan tetap mendengar.Rayyan menunduk sedikit agar sejajar. “Kalau alasannya karena kamu,

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Kartu As

    “Sayang, kamu mau sarapan sekarang atau nanti?”Rayyan bersuara pelan dari ambang pintu, tangannya masih memegang nampan kecil berisi dua piring nasi goreng, dua gelas air putih, dan sendok yang ia tata dengan serius. Matahari belum tinggi, tapi aroma minyak wijen dan telur dadar tipis sudah memenuhi ruangan.Lysandra, yang masih menggulung diri di balik selimut, mengerjap pelan. Rayyan tadi meminta ia tidur lagi setelah salat subuh. Wanita itu memang terlihat sangat lelah setelah semalam dipaksa 'lembur' bersama Rayyan.Matanya menemukan suaminya yang kini berdiri di sana dengan ekspresi nyaris canggung. Ia tak menjawab. Hanya menatap. Lalu akhirnya mengangguk.“Sekarang aja.”Rayyan tersenyun lega. Meski mereka masih terlihat canggung, tetapi bahagia tak dapat ditampik. Ia meletakkan nampan di meja kecil, lalu duduk di ujung ranjang, sedikit berjarak.“Gak banyak, tapi aku pastikan rasanya gak memalukan,” ucapnya separuh menggoda, tetapi sedikit gugup.Lysandra duduk dengan malas. I

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Senja Pembuka

    Suara sendok bersentuhan dengan cangkir berbunyi pelan saat Rayyan menuangkan teh melati. Aroma khasnya menguar, menenangkan. Balkon kamar mereka tidak terlalu besar, tapi cukup untuk dua kursi malas, sebuah meja kecil, dan percakapan yang hanya perlu didengar oleh angin.Rayyan baru saja selesai mandi, rambutnya masih sedikit basah. Ia mengenakan kaus rumahan dan celana cino selutut. Wajahnya belum sepenuhnya pulih dari lelah, tetapi matanya terlihat lebih hidup dibanding beberapa hari terakhir.Masih dengan senyum yang seakan enggan lepas dari bibirnya, ia meletakkan cangkir jumbo berisi teh melati di tengah meja—di dekat kursi malah di balkon. Sengaja hanya satu dengan cangkir yang jumbo, agar mereka bisa minum dari cangkir yang sama.“Teh ini harusnya bisa lebih enak kalau kamu yang racik.” Ia membuka suara.“Masih tetap enak,” balas Lysandra sambil duduk. “Karena kamu yang bikinin.”Rayyan melirik cepat ke arahnya, tapi tidak berkomentar. Hanya senyum kecil yang menggantung di uj

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Rindu Bertepi

    Pintu utama kediaman keluarga Satria terbuka pelan. Seorang perempuan mengenakan gamis semi abaya berwarna dusty dengan hijab pashmina lebar berwarna hitam melangkah masuk. Langkahnya gontai dan juga tegas. Dia mengucapkan salam ketika langkahnya sampai di pintu ruang tengah. Alya yang tengah melintas, segera menoleh. Senyum semringah itu tak dapat ia simpan lagi ketika melihat sosok familiar di hadapannya. Ia memutar arah ke pintu, menghampiri yang baru saja datang."Ly, Kamu pulang, Sayang?" Alya meraih kedua pipi menantu yang sudah hampir genap satu bulan pergi. "Iya, Ma. Aku masih diterima kan di rumah ini?" tanya Lysandra. "Ih, kamu ngomong apa, sih? Selamanya ini rumah kamu, Nak." Alya menimpali. Tanpa sadar matanya mengembun.Dia kemudian memeluk anak menantunya itu, menyampaikan bahasa rindu yang tak terucap.Lysandra kemudian pamit ke atas setelah beberapa saat berbincang dengan mertuanya. Perlahan tangannya membuka handel pintu. Suasana kamarnya masih belum berubah, masi

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Black Hat Hacker

    “Gimana bisa foto itu hilang semua, Pak? Bahkan akun-akun gosip yang udah repost juga lenyap.”Suara Bima terdengar pelan tapi penuh tekanan. Di tangannya, sebuah tablet menunjukkan dashboard pemantauan digital—kosong. Bersih. Seolah badai semalam hanya mimpi buruk kolektif yang tak pernah terjadi.Rayyan berdiri di balik kursi dengan punggung menghadap jendela. Tangannya menyentuh dagu, dan pikirannya masih belum menyambung. Bahkan terasa mengambang.“Kita gak minta take down, kan?” tanyanya pelan.Bima menggeleng. “Saya cek semua kanal legal, komplain resmi, tim PR internal juga gak bergerak ke arah situ. Kita baru siapkan draf pengajuan pagi ini. Tapi semua udah lenyap bahkan sebelum laporan dikirim.”Rayyan diam. Ada yang tidak biasa. Bahkan terlalu rapi untuk jadi aksi legal murni.“Kalau begitu siapa yang melakukan?” gumamnya lirih.***Tak bisa dipungkiri jika riak mulai muncul di lingkungan perkantoran Cellofath Group. Pagi itu, seorang manajer marketing menunduk sambil berbi

  • Malam Pertama dengan Dosenku   Nyata tapi Bukan Realita

    "Aku perlu tag, gak?"Kalimat itu menari-nari di layar ponsel Rayyan. Wajahnya menegang, tapi jemarinya tetap diam. Ia tidak membalas. Tidak saat ini.Rayyan menurunkan ponsel perlahan ke meja, lalu menyandarkan kepala ke sandaran kursi. Napasnya berat. Ia memejamkan mata sejenak, mencoba menenangkan gelombang pikiran yang bertubrukan di kepalanya.Seketika ia bangkit, menggeser kursinya dan mengambil laptop.“Mas Bima, online?” tanyanya melalui panggilan internal.“Siap, Pak Ray.”“Track postingan itu. Statusnya sekarang gimana?”“Masih naik, Pak. Tapi tim kami sudah report via platform. Kemungkinan butuh beberapa jam sebelum mereka turunkan. Aira pakai akun dummy. Tapi kami identifikasi IP-nya, kemungkinan besar dia di salah satu coworking space, bukan rumah pribadi.”Rayyan mengetuk-ngetuk meja dengan ujung jarinya. “Kita harus cepat. Kalau perlu hubungi legal team sekarang juga.”“Sudah saya hubungi. Laporan draft sudah masuk ke email Bapak,” jawab Bima cepat.Rayyan menghela napa

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status